Lompat ke isi

Rakai Gurunwangi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Rakai Gurunwangi
Rake Gurunwangi Dyah Bhadra
(menurut Prasasti Wanua Tengah III)
Sri Maharaja Rake Gurunwangi
(menurut Prasasti Munggu Antan)
Raja Medang ke-11
Berkuasa( 18 Januari 887 - 14 Februari 887 M )
PendahuluRakai Panumwangan
PenerusRakai Watuhumalang
WangsaSanjaya
AgamaHindu

Rakai Gurunwangi Dyah Bhadra adalah Raja Medang (Mataram Kuno) kesebelas yang memerintah sekitar tahun 887 M.[1][2] Dalam Prasasti Wanua Tengah III (908 M), ia memerintah antara 18 Januari 887 s.d. 14 Februari 887 M.[3][4] Sesudahnya, terjadi masa kekosongan pemerintahan (interregnum) selama 7 tahun yaitu antara 14 Februari 887 M s.d. 21 November 894 M.[5] Kemudian, pada 21 November 894 M Rakai Watuhumalang naik tahta.[5]

Selain dalam Prasasti Wanua Tengah III, namanya juga dikenal dalam Prasasti Munggu Antan (887 M) dengan gelar Sri Maharaja Rake Gurunwangi.[6][7]

Keterangan

Menurut daftar raja dalam Prasasti Mantyasih (907 M), nama Rakai Gurunwangi dan beberapa raja Medang lainnya tidak ditemukan.[5] Hal ini kemungkinan karena Prasasti Mantyasih menyebutkan hanya raja-raja yang memerintah lama dan berkuasa penuh, sehingga gelar pada nama raja-raja keturunan Sanjaya pada prasasti tersebut ialah Sri Maharaja.[8] Namanya disebutkan dalam Prasasti Wanua Tengah III yang memuat daftar raja Medang yang lebih lengkap, termasuk raja-raja yang memerintah dalam waktu yang singkat.[9][10]

Selain itu, pada prasasti-prasasti pendek di Candi Plaosan Lor ditemukan tokoh-tokoh bergelar Rakai Gurunwangi Dyah Ranu dan Rakai Gurunwangi Dyah Saladu sebagai penyumbang pada pembangunan bangunan suci.[7][11][12] Tulisan pada prasasti-prasasti pendek tersebut tanpa tahun, namun diperkirakan berasal dari pertengahan abad ke-9.[7] Terdapat dugaan bahwa Rakai Gurunwangi Dyah Saladu adalah gelar Rakai Pikatan Dyah Saladu sebelum ia naik tahta (menyumbang 2 candi di barisan luar); sedangkan Rakai Gurunwangi Dyah Ranu adalah gelar lain dari Rake Gurunwangi Dyah Bhadra sebelum ia naik tahta (menyumbang 2 candi di barisan dalam).[13]

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ Dwiyanto, Djoko. 1986. Pengamatan terhadap Data Kesejarahan dari Prasasti Wanua Tengah III tahun 908 Masehi. Dalam PIA IV (IIa). Jakarta: Pulit Arkenas, h. 92-110.
  2. ^ Boechari (2013-07-08). Melacak Sejarah Kuno Indonesia lewat Prasasti. Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 978-979-91-0520-2. 
  3. ^ Kebudayaan, Indonesia Departemen Pendidikan dan (1989). Pemugaran Candi Brahma, Prambanan, Candi Sambisari, Taman Narmada. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 
  4. ^ Arif, H. A. Kholiq (2010-01-01). MATA AIR PERADABAN ; Dua Milenium Wonosobo. Lkis Pelangi Aksara. ISBN 978-979-25-5331-4. 
  5. ^ a b c Ras, J. J. (2014). Masyarakat dan Kesusastraan di Jawa. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. ISBN 978-979-461-899-8. 
  6. ^ Sejarah nasional Indonesia: Jaman kuno. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1975. 
  7. ^ a b c Nastiti, Titi Surti (2016-01-03). Perempuan Jawa: Kedudukan dan Peranannya dalam Masyarakat Abad VIII-XV. Dunia Pustaka Jaya. ISBN 978-979-419-713-4. 
  8. ^ Hardani, Kayato (Mei 2010). "Rajya Rajya Ing Jawa Madhya, Raja-Raja Mataram Kuna Abad 9-10 Masehi: Perbandingan Antara Naskah Pustaka Rajya-Rajya I Bhumi Nusantara Dengan Prasasti Wanua Tengah III". Berkala Arkeologi Volume 30 No. 1 Mei 2010. Diakses tanggal 22 Januari 2020. 
  9. ^ Muljana, Prof Dr Slamet (2005-01-01). Menuju Puncak Kemegahan ; Sejarah Kerajaan Majapahit. Lkis Pelangi Aksara. hlm. 82. ISBN 978-979-8451-35-5. 
  10. ^ Notosusanto, Marwati Djoened, Poesponegoro, Nugroho (2008). Sejarah Nasional Indonesia Jilid 2: Zaman Kuno. Balai Pustaka (Persero), PT. hlm. 302. ISBN 978-979-407-408-4. 
  11. ^ BPCB Jateng (11 September 2014). "PRASASTI-PRASASTI PENDEK DARI CANDI PLAOSAN LOR". Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah, Direktorat Jenderal Kebudayaan Republik Indonesia. Diakses tanggal 29 Januari 2020. 
  12. ^ Sukamto (2018-07-04). Perjumpaan Antarpemeluk Agama di Nusantara. Deepublish. ISBN 978-602-475-476-1. 
  13. ^ Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde van Nederlandsch-Indië (dalam bahasa Inggris). M. Nijhoff. 2006. 

Bahan bacaan

  • Teguh Asmar & Nuriah. 1985. PRASASTI KOLEKSI MUSEUM NASIONAL JILID I. Jakarta: Museum Nasional
Didahului oleh:
Rakai Panumwangan
Raja Medang
(menurut Wanua Tengah III)
18 Januari 887 - 14 Februari 887 M
Diteruskan oleh:
Rakai Watuhumalang