Ancora Indonesia Resources
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Oktober 2022. |
Publik | |
Kode emiten | IDX: OKAS |
Industri | Investasi |
Didirikan | 2003 |
Kantor pusat | Jakarta, Indonesia |
Situs web | ancorair.com |
PT Ancora Indonesia Resources Tbk adalah sebuah perusahaan publik di Indonesia (IDX: OKAS) yang bergerak sebagai perusahaan investasi, terutama di anak usaha yang bergerak dalam bisnis pertambangan, baik itu penggalian, kontraktor maupun penyediaan bahan peledak. Berkantor pusat di Plaza Sentral, Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan,[1] perusahaan ini telah beberapa kali mengganti nama dan bidang usaha yang digelutinya.
Manajemen
- Komisaris Utama/Independen: Judi Magio Yusuf
- Wakil Komisaris Utama: Edwin Stamboel
- Komisaris: Galih Dimuntur Kartasasmita
- Komisaris Independen: Hotman Rambe
- Direktur Utama: Rolaw Samosir
- Direktur: Rafael Nitiyudo
- Direktur: N. Annisa Putri Fauzia Rahmi[2]
Kepemilikan
- PT Multi Berkat Energi (Gita Wirjawan): 52%
- Romo Nitiyudo Wachjo: 13,45%
- Banque Pictet and Cie SA, Burgundy Assets Corp.: 11,04%
- Publik: 23,5%[2][3]
Anak usaha
- PT Multi Nirotama Kimia
- PT Multi Nasional Kemitraan
- PT Bormindo Nusantara
- PT Ancora Shipping
- PT Ancora Indonesia Mining
- Indotan Lombok Pte. Ltd.
- PT Indotan Lombok Barat Bangkit[4]
Sejarah
Didirikan pada 15 September 2003,[1] PT Okansa Pratama awalnya dimiliki dan didirikan oleh Anton Santoso[5] dan bergerak di bidang perdagangan, terutama sebagai agen produk laboratorium dan kimia dari General Electric, Texas Instruments, Cerulean dan Tews Elektronik serta agen peralatan listrik dari Omicron Electronics GmbH yang ditujukan untuk keperluan industri. Mulai 17 April 2006 (kurang lebih dua tahun setelah didirikan), Okansa Pratama resmi menjadi perusahaan publik, dengan melepas 46% kepemilikannya di Bursa Efek Surabaya dengan harga penawaran Rp 110/lembar saham.[6][7] Kode emiten OKAS yang masih digunakan hingga kini berasal dari singkatan nama perusahaan saat itu. Okansa memiliki sebuah anak usaha, yaitu PT Navindo Geosat yang juga bergerak di bidang perdagangan.[7]
Tidak lama setelah IPO, pada 19 Desember 2007, nama PT Okansa Pratama Tbk diganti menjadi PT TD Resources Tbk seiring masuknya pemegang saham baru, yaitu Dayagin Ltd., Massive Holdings Ltd. dan PT Ancora Resources (kini bernama PT Multi Berkat Energi).[2] Ancora merupakan perusahaan yang dimiliki bankir (kemudian menjadi Menteri Perdagangan) Gita Wirjawan.[8] Melalui skema rights issue senilai Rp 90,5 miliar yang dilakukan pada 21 Oktober 2008[6] (diundur dari sebelumnya pada September 2008),[9] Ancora kemudian tampil sebagai pemegang 85% saham PT TD Resources Tbk. Dana rights issue itu kemudian digunakan untuk akuisisi 40% saham PT Multi Nitrotama Kimia (sebuah perusahaan yang bergerak di bidang bahan peledak untuk pertambangan) dari PT Ancora Mining Services (perusahaan terafiliasi). Nama PT TD Resources Tbk kemudian berganti nama menjadi PT Ancora Resources Tbk sejak 18 September 2008,[10] dan prosesnya tuntas pada Desember 2008,[11] menjadikan Ancora bisa masuk ke Bursa Efek Indonesia secara backdoor listing.
Ancora kemudian juga sempat mendapat 5% saham PT Bumi Resources Tbk dan 0,57% saham PT Apexindo Pratama Duta, dan mengakuisisi perusahaan pertambangan dan perusahaan pengolah limbah. Gita sendiri mengaku bahwa modal yang digunakannya dalam transaksi ini didapatnya dari beberapa investor Timur Tengah, Malaysia dan negara lainnya yang dikumpulkan oleh private equity/manajer investasi PT Ancora Capital (perusahaan afiliasi PT Ancora Resources).[12] Bagaimanapun, Bapepam-LK awalnya sempat mencurigai transaksi tersebut karena dianggap manipulatif.[13] Tidak hanya itu, pada Januari 2011, perusahaan ini sempat dibawa-bawa oleh Forum Masyarakat Peduli Keadilan (FMPK) yang melaporkannya ke Direktorat Jenderal Pajak (DJP) atas tuduhan penyelewengan laporan keuangan 2008 dan konflik kepentingan (saat itu Gita sudah diangkat menjadi Kepala BKPM).[14][15] Meskipun demikian, pihak PT Ancora Indonesia Resources membantah bahwa PT Ancora Mining Resources yang menjadi target dari para pelapor itu memiliki kaitan dengannya.[16]
Ekspansi terus dilakukan kemudian dengan mendirikan PT Ancora Shipping pada 29 Juni 2009, merencanakan akan masuk bisnis batu bara dengan mengakuisisi tambang batu bara di Sumatra dan Kalimantan Timur pada 2011,[17][18] berupaya membeli PT Raja Kutai Baru Makmur dengan rights issue dan berencana memperluas pabrik PT Multi Nirotama Kimia.[19] Pada tahun 2012 juga, perusahaan lewat anak usaha PT Bromindo Nusantara (diakuisisi 2009)[2] telah mendapat kontrak dari PT Chevron Pacific Indonesia.[20] Dengan adanya berbagai kontrak dan pembangunan pabrik amonium nitrat (yang diperkirakan menyumbang 85%) pendapatan perusahaan, PT Ancora Indonesia Resources menargetkan adanya kenaikan laba.[21][22] Meskipun pada 2017 tercatat sempat merugi US$ 1,28 juta sehingga memerlukan restrukturisasi hutangnya,[23] namun pada September 2018 perseroan berhasil mencatat peningkatan penjualan.[24] Di tahun 2017 juga telah dilakukan akuisisi atas Indotan Lombok Pte. Ltd. yang memiliki usaha pertambangan emas dan tembaga di Lombok Barat.[25] Meskipun demikian, izin tambang emas itu dicabut kemudian oleh BKPM pada 2022.[26]
Kini, perusahaan memfokuskan bisnisnya pada sektor bahan peledak, yang menjadi kontributor 86% penjualan PT Ancora Indonesia Resources Tbk. Penjualan amonimum nitrat sendiri pada akhir 2022 diperkirakan 118.000 ton, naik 7.000 ton dari periode sebelumnya dan detonator sebanyak 3,5 juta buah.[27] Tidak hanya itu, perusahaan juga berusaha meningkatkan penjualan catridge dan booster dengan misalnya membangun pabrik.[28] Meskipun juga menyatakan akan mengembangkan PT Bormindo Nusantara yang bergerak di bisnis pengelolaan pengeboran minyak,[29] namun baru-baru ini dikatakan sektor tersebut akan dilakukan efisiensi dengan menjual sejumlah rig yang dimilikinya.[30] Pada tahun 2021, perusahaan mencatatkan aset US$ 166 miliar, namun merugi sebesar US$ 5 miliar, dan memiliki 494 karyawan.[4]
Rujukan
- ^ a b LAP Tahunan OKSA 2020
- ^ a b c d SEKILAS AIR
- ^ Ancora Indonesia Resources Tbk
- ^ a b Laporan Keuangan Ancora Indonesia Resources Tbk (OKAS) 2021
- ^ THE JOURNEY OF OKANSA
- ^ a b Sejarah dan Profil Singkat OKAS (Ancora Indonesia Resources Tbk)
- ^ a b PROSPEKTUS OKAS 2006
- ^ LAPKEU OKAS Q2 2008
- ^ OKAS Tunda Rights Issue
- ^ TD Resources Ganti Nama Jadi Ancora Indonesia
- ^ Ancora Backdoor Listing Lewat TD Resources
- ^ Entrepreneur Jalur Cepat Ala Gita Wirjawan
- ^ Badan Pengawas Bakal Panggil Lagi Direksi Ancora[pranala nonaktif permanen]
- ^ Laporan Keuangan Aneh, Ancora Mining Service Dilaporkan ke Ditjen Pajak
- ^ BKPM Diminta Ungkap Konflik Kepentingan Gita di Ancora
- ^ OKAS Bantah Punya Anak Usaha Bernama Ancora Mining Service
- ^ Ancora Target Rampungkan Akuisisi Akhir 2010
- ^ Ancora Resources Dirikan Ancora Shipping
- ^ Ancora Indonesia plans a rights issue by mid-year
- ^ Ancora Resources Raih Kontrak Chevron USD6,19 Jt
- ^ 2014, Ancora Berharap Kenaikan Laba Bersih 300%
- ^ ANCORA INDONESIA RESOURCES Target Pendapatan Naik 15%
- ^ Ancora Resources Bersih-bersih Utang Rp 800 Miliar
- ^ Berkat Anak Usaha, Penjualan Ancora Tumbuh 37 Persen
- ^ US$ 2 Juta, Ancora Akan Kuasai Indotan Lombok Pte Ltd
- ^ Izin Usaha Tambang Emas Milik Ancora Dicabut BKPM
- ^ Simak Potensi Penjualan Bahan Peledak dan Detonator Ancora Indonesia (OKAS)
- ^ vAncora Indonesia Resources Siapkan Capex US$ 5,2 Juta
- ^ Ancora Indonesia Resources (OKAS) gencar memacu bisnis anak usahanya
- ^ Ancora Indonesia Resources (OKAS) Berencana Menjual Sejumlah Rig di 2022