Lompat ke isi

Sari temulawak beruap

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 15 Maret 2024 03.48 oleh Luthfibadr28 (bicara | kontrib) (Penghapusan tag Orphan/Yatim. Sudah ada pranala, lihat: Limun_(minuman))
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Sari temulawak beruap yang dijual penjual nasi pecel di sekitar Stasiun Garahan

Minuman sari temulawak beruap atau sari temulawak berkarbonasi merupakan sebuah limun atau minuman berkarbonasi dengan rasa temulawak yang diproduksi oleh industri di Indonesia. Pabrik-pabrik yang memproduksi minuman ini antara lain berlokasi di Banyuwangi, Jombang, dan Genteng, Banyuwangi.

Sari temulawak beruap sangat populer di Banyuwangi pada tahun 1980an dan menjadi simbol gengsi orang kaya.[1] Minuman ini dihidangkan sebagai simbol status pada pesta-pesta perayaan sebelum banyak minuman bersoda merk internasional yang masuk ke Indonesia.[2]

Sari temulawak beruap dikemas dalam botol kaca model tinggi atau pendek. Namun, kemasan klasik minuman ini adalah botol kaca pendek warna hijau dengan volume 320 mL. Awalnya tutup botol dibuat dari bahan keramik dengan kawat sebagai pembuka, kemudian diganti tutup aluminium sebagaimana minuman soda lainnya. Masyarakat yang sudah lama mengenal minuman ini lebih cenderung untuk memilih sari temulawak dengan kemasan botol pendek dibandingkan kemasan botol tinggi.[2]

Temulawak beruap mulai diproduksi pada tahun 1960 di Banyuwangi oleh Liem Jun Keon. Ia menambahkan soda ke dalam minuman sari temulawak sehingga berbeda dan lebih mewah dibandingkan sari temulawak yang dijual oleh para penjual jamu pada saat itu. Pemasaran meluas ke wilayah di luar kabupaten Banyuwangi setelah terjadi pergantian generasi kepemilikan pabrik pada tahun 1970an. Kini, minuman ini juga dijual pada kafe dan bar di pulau Bali.[1]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b Rony Ariyanto Nugroho. 29 April 2012. Kompas, Mari Bersulang Sampanye Ala Jawa.
  2. ^ a b Siwi Yunita Cahyaningrum. 26 Mei 2012. Kompas, Temulawak Berkarbonasi.