Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa alternatif yang tersedia.[1] Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan final.[1] Keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan atau tindakan serta capaian.[2] Dalam proses pengambilan keputusan bisa jadi berupa rasional atau irasional.[3] Proses pengambilan keputusan adalah proses penalaran berdasarkan asumsi nilai, preferensi, dan keyakinan pembuat keputusan.[4][5] Dalam proses memutuskan tentang sesuatu yang penting dapat dilakukan baik itu individu, sekelompok orang atau dalam suatu organisasi.[6]
Tingkat-tingkat
Setiap keputusan mempunyai kadar tingkatan yang berbeda-beda.[7] Keputusan biasanya memiliki empat tingkatan yaitu keputusan otomatis,keputusan yang bedasarkan informasi yang diharapakan,keputusan yang bedasarkan pertimbangan,serta keputusan bedasarkan ketidakpastian ganda.[7] Keputusan otomatis merupakan bentuk keputusan yang dibuat dengan sangat sederhana.[7] Contohnya seorang pengemudi mobil memperoleh informasi di perempatan jalan berupa lampu merah, secara langsung seorang pengemudi tersebut membuat keputusan otomatis untuk berhenti.[7] Keputusan besarkan informasi yang diharapkan merupakan tingkatan keputusan yang telah mempunyai informasi yang sedikit kompleks, artinya informasi yang ada telah memberi aba-aba untuk mengambil keputusan.[7] Akan tetapi keputusan belum dibuat karena informasi perlu dipelajari terlebih dahulu.[7] Keputusan bedasarkan berbagai pertimbangan merupakan tingkat keputusan yang lebih banyak membutuhkan informasi dan informasi tersebut dikumpulkan serta dianalisis untuk dipertimbangkan agar menghasilkan keputusan.[7] Contohnya seseorang yang akan membeli arloji akan membandingkan antara beberapa merek.[7] Ia membandingkan harganya,kualitasnya serta modelnya dan untuk mengambil keputusan mungkin ia akan memerlukan waktu beberapa jam bahkan beberapa hari sebelum menjatuhkan keputusan.[7] Keputusan bedasarkan ketidakpastian ganda, merupakan tingkat keputusan yang paling kompleks.[7] Jumlah informasi yang diperlukan semakin banyak selain itu, dalam informasi yang sudah ada terdapat ketidakpastian.[7] Keputusan semacam ini lebih banyak mengandung risiko dan terdapat keraguan dalam pengambilan keputusannya.[7]
Jenis-jenis
Keputusan biasanya terbagi menjadi dua jenis yaitu keputusan pribadi dan keputusan bersama.[8][9] Keputusan pribadi merupakan keputusan yang diambil untuk kepentingan diri sendiri dan dilakukan secara perorangan.[8][9] Keputusan bersama merupakan keputusan yang diambil bedasarkan kesepakatan bersama dan untuk kepentingan bersama.[8] Keputusan bersama tidak boleh menguntungkan satu pihak dengan merugikan pihak lain.[8]
Keputusan pribadi
Keputusan pribadi adalah keputusan yang dibuat sendiri dan mungkin tentang sesuatu yang menjadi perhatian juga. Misalnya, Harta pribadi yang merupakan hal-hal yang menjadi milik pribadi.
Kategori
Keputusan jika dilihat dari cara memperoleh informasi dapat dikategorikan menjadi empat yaitu keputusan refresentasi, empiris, Informasi, ekpolorasi.[7] Keputusan Refresentasi merupakan keputusan yang dihadapi dengan informasi yang cukup banyak, dan mengetahui dengan tepat bagaimana memanipulasi informasi tersebut.[7] Keputusan Empiris merupakan keputusan yang kurang memiliki informasi namun mengetahui bagaimana memperoleh informasi dan pada saat informasi itu diperoleh dinamakan keputusan empiris.[7][10] Keputusan Informasi merupakan keputusan yang kaya akan informasi, tetapi diliputi dengan kontroversi tentang bagaimana memperoleh informasi itu, dan selanjutnya akan menghasilkan keputusan informasi.[7] Keputusan Ekpolorasi merupakan keputusan yang kurang akan informasi dan tidak ada kata sepakat yang dianut untuk memulai mencari informasi serta tidak tahu dari mana usaha pengambilan keputusan akan dimulai.[7]
Langkah-langkah
Suatu proses pengambilan keputusan membutuhkan langkah-langkah dalam membantu dan membuat keputusan yang lebih terdidik agar dapat mencegah pengambilan keputusan salah. Langkah-langkah tersebut dibagi menjadi beberapa bagian yakni identifikasi keputusan, pengumpulan informasi yang relevan, identifikasi alternatif, timbang buktinya, pilih di antara alternatif, mengambil tindakan, tinjau keputusan.[11]
Mengidentifikasi keputusan
Perlu menyadari pengidentifikasian keputusan sebelum membuat keputusan. Mendefinisikan dengan jelas baik itu sifat, situasi maupun data dari keputusan yang harus dibuat dan sekaligus menjadi langkah pertama yang sangat penting.[12]
Mengumpulkan informasi yang relevan
Mengumpulkan informasi yang relevan adalah kunci ketika mendekati proses pengambilan keputusan, akan tetapi penting untuk mengidentifikasi berapa banyak informasi latar belakang yang benar-benar diperlukan sehingga mencegah dari sekedar mengikuti intuisi belaka.[13] Langkah ini dalam mengumpulkan informasi dapat berupa pengumpulan internal dan eksternal dimana informasi bersifat internal meliputi pencarian proses penilaian tersendiri. Sedangkan informasi bersifat eksternal meliputi pengumpulan sumber data baik online, di buku, dari orang lain, atau dari sumber lain.
Mengidentifikasi alternatif
Saat mengumpulkan informasi, ada baiknya mengidentifikasi beberapa kemungkinan jalur tindakan atau alternatif lainnnya sehingga fase kritis dari proses pengambilan keputusan konsumen, telah relatif dan diteliti.[14] Dapat dilakukan dengan menggunakan imajinasi dan informasi tambahan untuk membangun alternatif baru. Pada langkah ini, buatkan daftar semua alternatif yang memungkinkan dan dibutuhkan.
Menimbang buktinya
Gambarkan informasi dan emosi dengan membayangkan seperti apa jadinya ataupun hasilnya apabila melakukan setiap alternatif sampai akhir. Evaluasi apakah kebutuhan yang diidentifikasi pada langkah mengidentifikasi keputusan sehingga dapat dipenuhi atau diselesaikan melalui penggunaan setiap alternatif. Apabila melalui proses internal dirasa sulit, dapat dimulai dengan menyukai alternatif tertentu seperti alternatif yang tampaknya memiliki potensi lebih tinggi untuk mencapai tujuan akhir. Terakhir, tempatkan alternatif dalam urutan prioritas, berdasarkan sistem penilaian sendiri.[15]
Pilih di antara alternatif
Setelah menimbang semua bukti dalam memilih alternatif yang tampaknya terbaik yang telah atau harus disiapkan sehingga dapat memilih kombinasi alternatif. Pilihan pada langkah ini, kemungkinan besar sama atau mirip dengan alternatif yang tempatkan atau diuraikan pada bagian akhir langkah menimbang buktinya.[16]
Mengambil tindakan
Sekarang siap untuk mengambil beberapa tindakan positif dengan mulai menerapkan alternatif yang pilih di langkah sebelumnya. Pengambilan tindakan dengan percaya diri dalam pengambilan keputusan dan kemampuan perencanaan yang dilakukan.[17]
Tinjau keputusan & konsekuensinya
Pada langkah terakhir ini, pertimbangkan hasil keputusan yang dilakukan dan evaluasi apakah keputusan tersebut telah menyelesaikan kebutuhan dengan identifikasi kembali dari pada langkah awal. Jika keputusan tersebut tidak memenuhi kebutuhan yang teridentifikasi, ulangi langkah-langkah tertentu dari proses untuk membuat keputusan baru. Misalnya, isu kemiskinan yang mempengaruhi pengambilan keputusan ekonomi. Maka, kemungkinan harus mengumpulkan informasi yang lebih detail atau agak berbeda atau menjelajahi alternatif tambahan.[18]
Model Pengambilan Keputusan
Banyak model dan teknik pengambilan keputusan yang telah dikembangkan oleh para ahli. Akan tetapi hanya beberapa yang dibahas dalam karya tulis. Empat model yang dimaksud ialah: optimasi, satisficing, mixed scanning, dan heuristic.[19]
1. Model Optimasi
Sasaran yang ingin dicapai dengan model optimasi ialah, bahwa dengan mempertimbangkan keterbatasan yang ada, organisasi berusaha memperoleh hasil terbaik yang paling mungkin dicapai. Hasil terbaik itu dapat beraneka ragam bentuknya seperti keuntungan bagi suatu organisasi niaga, pengingkatan penjualan, meningkatnya semangat kerja para karyawan, meningkatnya pengguanaan waktu dan sebagainya. Sebagai suatu model pengambilan keputusan, optimasi didasarkan pada berbagai kriteria dan yang menonjol diantaranya ialah; [19]
Kriteria Maximin
Kriteria maximin didasarkan pada suatu asumsi yang sifatnya pesimistis, dalam arti, keputusan apa pun yang diambil, hasil yang akan dicapai adalah hasil yang paling minimum. Dengan asumsi seperti itu lalu diusahakan agar hasil yang diperoleh merupakan hasil yang maksimum. [19]
Kriteria Maximax
Dengan segera mudah terlihat bahwa model ini bertolak belakang dengan model maximin. Model ini didasarkan pada asumsi yang optimistik yang menyatakan bahwa keputusan yang diambil akan mendatangkan hasil yang maksimum.[19]
Kriteria Melewatkan Kesempatan
Model ini bertitik tolak dari pandangan bahwa merupakan hal yang alamiah apabila para pengambil keputusan berpikir dan bertindak dalam kerangka dilewatkannya peluang-peluang tertentu, apabila melewatkan peluang itu berakibat pada tersedianya peluang yang lebih besar demi meraih keuntungan yang lebih besar pula. Segi penting dari model ini ialah mengidentifikasikan secara teliti biaya yang harus dipikul karena hilangnya peluang tertentu, dan memperkecil kerugian yang harus diderita karena ingin memanfaatkan peluang yang lebih besar di masa yang akan datang. [19]
Kriteria Probabilitas
Model ini berarti pula bahwa pengambil keputusan harus menggunakan kriteria kemungkinan diperolehnya hasil tertentu sebagai dasar untuk menjatuhkan pilihan. Probabilitas bisa mulai dari nol, dalam arti tidak ada kemungkinan tercapainya hasil yang diharapkan hingga satu, dalam arti bahwa terdapat kepastian akan diraihnya hasil yang diharapkan dengan diambilnya suatu keputusan tertentu. [19]
Kriteria Nilai Materi yang Diharapkan
Kriteria ini agak kompleks baik dalam penyusunannya maupun dalam penggunaannya. Dalam praktek pengunaannya dimulai dengan penentuan nilai materi atas hasil yang diperoleh dari setiap alternatif yang dipilih untuk diterapkan. Ini berarti bahwa model ini juga memperhitungkan kemungkinan apa yang akan timbul jika alternatif tertentu ditempuh. [19]
Kriteria Manfaat
Kriteria ini sesungguhnya merupakan kelanjutan dari kriteria nilai materi yang tekah dibahas di atas. [19]
2. Model Satisficing
Salah satu perkembangan baru dalam teori pengambilan keputusan ialah berkembangnya pendapat yang mengatakan bahwa manusia tidak memiiki kemampuan untuk mengoptimalkan hasil dengan menggunakan berbagai kriteria yang telah dibahas.Ada dua alasan pokok untuk mengatakan yang demikian itu. Pertama, memang tidak mungkin semua informasi yang relevan, mutakhir, lengkap, dan dapat dipercaya selalu tersedia. Kedua, tidak semua kemungkinan tentang konsekuensi yang akan timbul dapat diperkirakan secara tepat sebelumnya. [19]
Terdapat empat cara untuk membedakan model satisficing dengan model optimasi;[19]
Pertama, dalam menguji suatu tindakan yang akan diambil, hanya beberapa atau bahkan hanya satu persyaratan yang dipertimbangkan, sedangkan pertimbangan-pertimbangan lain tidak diperhitungkan lagi.[19]
Kedua, berbagai alternatif diuji secara berurut, dan apabila ditemukan satu alternatif yang dipandang memadai, usaha untuk mencari alternatif lain segera dihentikan. [19]
Ketiga, secara sadar jumlah alternatif dibatasi, dan pengujian terhadap setiap alternatif dilakukan secara acak. [19]
Keempat, pertimbangan menyetujui atau menolak tidak dikaitkan satu sama lain, melainkan diuji secara independen. Semua alternatif diperlakukan sama, yang berarti bahwa keputusan penting ditangani dengan cara yang sama seperti halnya keputusan yang kurang penting. [19]
3. Model Mixed Scanning
Model mixed scanning dalam penggunaannya merupakan usaha untuk menghindari tingkat rasionalitas tinggi yang dituntut oleh model optimasi atau pendekatan inkremental yang sering dipandang sebagai pendekatan yang kasual dan tidak didasarkan pada tingkat disiplin yang tinggi. Scanning berarti usaha mencari, mengumpulkan, memproses, menilai, dan menimbang-nimbang informasi dalam kaitannya dengan menjatuhkan pilihan tertentu. [19]
Model mixed scanning berarti, bahwa setiap kali seorang pengambil keputusan menghadapi dilema dalam memilih suatu langkah tertentu, satu keputusan pendahuluan harus dibuat tentang sampai sejauh mana berbagai sarana dan prasarana organisasi akan digunakan untuk mencari dan menilai berbagai fungsi dan kegiatan yang akan dilaksanakan. [19]
4. Model Heuristic
Model yang heuristic pada dasarnya merupakan salah satu model yang didasarkan pada rasionalitas. Pada hakikatnya model ini berarti, bahwa faktor-faktor internal yang terdapat dalam diri seseorang pengambil keputusan lebih berpengaruh dar pada faktor-faktor eksternal. Dengan kata lain, seorang pengambil keputusan lebih mendasarkan keputusannya pada konsep-konsep yang dimilikinya, berdasarkan persepsi sendiri tentang situasi problematik yang dihadapi. [19]
Bacaan lanjutan
- Facione, P. and Facione, N., Thinking and Reasoning in Human Decision Making, The California Academic Press / Insight Assessment, 2007
- Plous, S. The Psychology of Judgement and Decision Making New York: McGraw-Hill, 1993
- Ullman, D. G., Making Robust Decisions Trafford, 2006
- Levin, Mark Sh., Composite Systems Decisions, New York: Springer, 2006.
Pranala luar
- (Inggris) EDM Lab Emotional and Decision Making Lab, Carnegie Mellon Diarsipkan 2005-04-05 di Wayback Machine..
Referensi
- ^ a b James Reason (1990). Human Error. Ashgate. ISBN 1-84014-104-2.
- ^ "Planning Firm Actions to Implement Strategies". opentextbc.ca. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-12-15. Diakses tanggal 2021-12-15.
- ^ Julmi, Christian (2019). "When rational decision-making becomes irrational: a critical assessment and re-conceptualization of intuition effectiveness" (PDF). Business Research. Heidelberg: Springer. 12 (1): 292. doi:10.1007/s40685-019-0096-4. ISSN 2198-2627.
- ^ Riabacke, Mona (2012). A Prescriptive Approach to Eliciting Decision Information (PDF). Stockholm University. hlm. i. ISBN 978-91-7447-517-3.
- ^ Suri, Gaurav; Gross, James J.; McClelland, James L. (2020). "Value-Based Decision Making: An Interactive Activation Perspective" (PDF). Psychological Review. 127 (2): 153. doi:10.1037/rev0000164. ISSN 0033-295X.
- ^ "Decision-making". oxfordlearnersdictionaries.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-12-15.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q Salusu.2008.Pengambilan Keputusan Stratejik.Jakarta:Grasindo .53-60
- ^ a b c d Suwanto, Ferry T.Indratno.2009.Ayo Belajar Pendidikan Kewarganegaraan.Yogyakarta:KANISIUS.150
- ^ a b Suryanto Rutmono dkk.2010.Sukses Semua Ulangan.Jakarta:PT Wahyumedia.300
- ^ Muhammad Alfan Alfian Mahyudin.2009.Menjadi Pemimpin Politik.Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama .138
- ^ "Decision-making process". umassd.edu. Diakses tanggal 2021-12-15.
- ^ Annisa, Tsalis (2021). "9 Cara mengambil keputusan yang tepat agar tidak salah langkah". ekrut.com/. Diakses tanggal 2021-12-15.
- ^ "7 Steps of the Decision Making Process". online.csp.edu. Concordia University. Diakses tanggal 2021-12-15.
- ^ Punj, Girish (1992). "Influence of Problem Recognition on Search and Other Decision Process Variables: a Framework For Analysis". acrwebsite.org (dalam bahasa Inggris). Association for Consumer Research. Diakses tanggal 2021-12-15.
- ^ Stichler, Jaynelle F. (2010). "Weighing the Evidence". Health Environments Research & Design (dalam bahasa Inggris). 3 (4): 4–5. doi:10.1177/193758671000300401. ISSN 1937-5867.
- ^ Chase, Craig (2007). "Choosing Among Alternatives". extension.iastate.edu (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-12-15.
- ^ Kauffman FastTrac. "Making Decisions - Taking Action". entrepreneurship.org. Diakses tanggal 2021-12-15.
- ^ Adamkovič, Matúš; Martončik, Marcel (2017). "A Review of Consequences of Poverty on Economic Decision-Making: A Hypothesized Model of a Cognitive Mechanism" (PDF). Review Frontiers in Psychology (dalam bahasa Inggris). 8 (1784): 1. doi:10.3389/fpsyg.2017.01784.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q Siagian, Sondang P (1987). Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung. hlm. 54–62. ISBN 979-8563-58-1.