Kuwaru, Kuwarasan, Kebumen
Kuwaru | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Tengah | ||||
Kabupaten | Kebumen | ||||
Kecamatan | Kuwarasan | ||||
Kode pos | 54366 | ||||
Kode Kemendagri | 33.05.16.2019 | ||||
Luas | 128.02 Ha | ||||
Jumlah penduduk | 2298 jiwa (2024) | ||||
Kepadatan | ... jiwa/km² | ||||
|
Kuwaru adalah desa di Kuwarasan,
Kebumen, Jawa Tengah,
Indonesia.
GEOGRAFI
Wilayah Desa Kuwaru memiliki luas 128.02 Ha, dengan batas :
1. Sebelah utara dengan Desa Bendungan dan Gunung Mujil.
2. Sebelah timur dengan Desa Banjareja, Desa Serut dan Desa Bendungan.
3. Sebelah barat dengan Desa Gumawang dan Desa Wonoyoso.
4. Sebelah selatan dengan Desa Mangli.
Akses wilayah ke Desa Kuwaru cukup mudah, karena letak wilayahnya dapat dengan mudah dilalui transportasi umum dan pribadi. Wilayah ini tidak jauh dari kota Gombong dan jalannya sangat strategis .
DEMOGRAFI
Jumlah penduduk di Desa Kuwaru tahun 2024 sebanyak 2298 orang, dengan rincian :
1. Jumlah laki-laki sebanyak 1164 orang.
2. Jumlah perempuan sebanyak 1134 orang.
ASAL USUL
Sejarah Berdirinya Desa Kuwaru berdasarkan data terpercaya baik tertulis maupun lisan dari para keturunan pendiri desa serta Layang Kekancingan dari keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta.[1] Detail dapat dilihat di website resmi Desa kuwaru, bab sejarah.[2]
1. Awal Mula
Pada tahun 1830-an, pasca Perang Diponegoro usai, seorang Adipati dari Keraton Yogyakarta bernama Kanjeng Raden Adipati Purwodiningrat/ Raden Tumenggung Sindunegoro. Beliau adalah putra dari Patih Danurejo I, Seorang Perdana Menteri Pertama di Negara Kesultanan Yogyakarta Hadiningrat.[3][4]
Beliau ditugaskan sebagai Bupati wilayah Gombong (dahulu bernama Roma) oleh Keraton Yogyakarta untuk mengurus wilayah yang terdampak Perang Diponegoro.[5] Dahulu, wilayah Kebumen dan Gombong berdasarkan Perjanjian Giyanti masuk dalam wilayah Inclave Negara Kesultanan Yogyakarta Hadiningrat yang disebut Siti Sewu. [1]
Di wilayah Roma ( Gombong, Kebumen ) beliau mempunyai seorang istri yaitu Nyi Mas Adjeng Cempaka / Nyai Adjeng Cempaka ( Di Desa Kuwaru dikenal sebagai Mbah Cempaka - Makam Punden keramat di TPU Keputihan Kuwaru ) Nyi Mas Adjeng Cempaka adalah Putri ke 14 dari Bupati Roma, Raden Ngabehi Kanduruwan I (Makam di Pekuncen, Gombong) yang juga merupakan Sepupunya sendiri. Kisah tercatat dalam Babad Banyumas, bab silsilah Kadanurejan (Anak Turun Bupati Banyuma - Yudanegara)
Di sebuah wilayah Hutan Waru, mereka melakukan babad alas dan mendirikan wilayah Kademangan yang diberi nama Kuwaru, karena dahulu disana banyak tumbuh pohon Waru. Dalam pembangunan wilayah tersebut juga dibantu abdi setia Nyi Mas Adjeng Cempaka yaitu Mbah Singabraja ( Makam di Dukuh Enthak / Perbatasan Desa Gumawang ) dan Mbah Sutawirya ( Makam di TPU Keputihan Kuwaru, Tempat menaruh keranda ).
Setelah selesai bertugas, Kanjeng Raden Adipati Purwodiningrat/ Raden Tumenggung Sindunegoro kembali pulang ke Keraton Yogyakarta. Tetapi istrinya, Nyi Mas Adjeng Cempaka beserta anak dan abdi-abdinya tetap tinggal di Kuwaru dan memimpin wilayah disana. Kemudian Kuwaru menjadi wilayah kademangan yang maju dan menjadi pemukiman yang ramai dihuni masyarakat.
Nyi Mas Adjeng Cempaka memimpin sampai meninggal dan dimakamkan di utara Desa Kuwaru yang kemudian hari menjadi pemakaman umum bernama Keputihan. Di TPU Keputihan, tepatnya di belakang tembok Masjid Jami Darussalam, ada sebuah Punden Keramat yang berbentuk bangunan rumah besar/ Cungkup dengan gundukan unur/ tanah tinggi dengan makam-makam tua berarsitektur khas Mataram Islam Yogyakarta di dalamnya. Itu adalah Makam Nyi Mas Adjeng Cempaka beserta keluarga, abdi, pengawal dan keturunannya.
Di Kuwaru lebih dikenal sebagai Makam Mbah Cempaka, Pendiri Desa Kuwaru. Yang sampai sekarang masih sakral & dihormati masyarakat setempat. Makam beliau terpisah jauh dari suaminya, karena Kanjeng Raden Adipati Purwodiningrat dimakamkan di Astana Mulya Gambiran,Yogyakarta bersama keluarga besar dan juga leluhur ibunya yang merupakan keturunan Ki Juru Martani.
Demang pertama Kuwaru adalah putra dari Nyi Mas Adjeng Cempaka/ Mbah Cempaka yaitu Raden Demang Kromoleksono, Beliau adalah tokoh yang gagah berani membela pribumi & menentang Belanda. Beliau bergabung dengan pasukan Pangeran Diponegoro di Gombong untuk melawan penjajah.[6] Karena Belanda merasa resah, akhirnya beliau ditangkap dan dibuang ke Ceylon (Srilanka) dan ada versi lain juga yang menuliskan bahwa beliau dibuang ke Bandjarmasin. Namun sampai saat ini belum jelas makam beliau ada dimana.
Pada masa ini, pasca Pangeran Diponegoro ditangkap & Perang Jawa berakhir, Belanda berhasil merebut wilayah Bagelen, Kebumen, Gombong hingga Banyumas dan mulai memerintah secara resmi sejak 1835 dan Kesultanan Yogyakarta tidak lagi berkuasa secara penuh.[2]
Kemudian kepemimpinan Kuwaru selanjutnya dilanjutkan oleh putranya, yaitu Raden Demang Prawirodikromo hingga beliau meninggal dan dimakamkan di TPU Keputihan Kuwaru, satu kompleks dengan makam Mbah Cempaka.
2. Kuwaru Menjadi Wilayah yang Lebih Kecil
Pada tahun-tahun berikutnya Kademangan Kuwaru berubah status menjadi Desa yang membawahi beberapa Kelurahan karena Status Demang sudah naik menjadi lebih tinggi.
Putra Raden Demang Prawirodikromo yaitu Raden Kromosoekarto menjadi pemimpin Desa Kuwaru selanjutnya yang bergelar " Glondhong " yaitu Kepala Desa Kuwaru yang membawahi beberapa Kelurahan & Lurah - lurah di Kuwaru.[7] Kelurahan di Kuwaru ; Enthak, Karangwunung, Karangkobar,dan Kemantenan. Maka dari itu Raden Kromosoekarto lebih dikenal sebagai " Mbah Glondhong Kuwaru " atau " Mbah Glondhong Sepuh ". Beliau mempunyai 3 orang istri dan 19 orang anak.
Raden Kromosoekarto, Glondong Desa Kuwaru pernah menerima penghargaan dari Kerajaan Belanda berupa "Medali Bintang Perak Kecil / Kleine Zilveren Ster" sebagai tanda jasa atas kepemimpinannya yang baik. Penghargaan tersebut termuat dalam Koran Hindia Belanda, De Locomotief Edisi 2 September 1936.
Raden Kromosoekarto memimpin Desa Kuwaru sampai tahun 1945. Beliau meninggal di usia tua dan dimakamkan di TPU Keputihan Kuwaru, dalam sebuah bangunan Cungkup ( Rumah Makam ) yang bersebelahan dengan Cungkup Mbah Cempaka. Dalam satu blok tersebut berkumpul makam - makam Keturunan Mbah Cempaka.
Ciri khas makam keturunan Mbah Cempaka di Desa Kuwaru dapat dilihat dari adanya gelar keturunan bangsawan/ ningrat pada nama yang tertera di nisan, yaitu : R. (Raden), Rr. (Raden Roro) dan R.Ngt. (Raden Nganten).
3. Terbentuknya NKRI
Pada tanggal 17 Agustus 1945 terbentuklah Negara Indonesia dengan bergabungnya berbagai kerajaan dan wilayah bekas jajahan Belanda. Karena memakai bentuk Republik yang demokrasi, maka sistem kerajaan/ Monarki yang selama ini berjalan akhirnya dihapuskan, Kecuali Kesultanan Yogyakarta yang masih menganut sistem Kerajaan dan menjadi Daerah Istimewa setingkat propinsi.
Kemudian diadakanlah pemilihan Kepala Desa untuk pertama kalinya dengan sistem demokratis dan yang terpilih adalah Raden Purwodinoto, yang kebetulan adalah salah satu putra Raden Kromosoekarto. R. Purwodinoto adalah ayah dari R. Bambang Sumantri atau K.H. Hasan Mansyur, salah satu sesepuh dan Kyai di Masjid Al Hikmah, Enthak - Kuwaru.
R. Purwodinoto juga bergelar "Glondhong" karena sistem kerajaan masih mengakar & Republik Indonesia baru terbentuk, hingga berangsur - angsur sebutan Glondhong tersebut pudar dan berganti menjadi Kepala Desa atau Lurah seperti sekarang.
4. Gejolak G30S PKI/ Gestapu
Pada tahun 1965 terjadi pemberontakan PKI dan banyak pemimpin, perangkat & warga desa di Indonesia yang terpengaruh ikut bergabung.
Pada saat pemberantasan PKI oleh pemerintah, imbasnya Kepala desa, Perangkat & warga yang terindikasi ikut PKI diboyong pemerintah dan dicopot jabatannya. Kemudian Desa Kuwaru mengalami kekosongan kekuasaan dan diisi oleh Pejabat Sementara yang ditunjuk pemerintah.
5. Pasca G30S PKI Hingga Saat Ini
Setelah peristiwa Gestapu/ PKI reda, diadakan kembali pemilihan yang dimenangkan oleh Raden Idris yang masih cucu dari Mbah Glodhong Sepuh, Raden Kromosoekarto.
Kemudian Desa Kuwaru mengalami kemajuan yang pesat dan baik. Setelah kepemimpinannya berakhir, R. Idris memilih bertransmirgasi ke Papua bersama Istrinya.
Kepemimpinan Desa Kuwaru selanjutnya terpilihlah Haji Satiman yang merupakan Kepala Desa Kuwaru pertama dari luar Trah Keluarga Raden Kromosoekarto. Beliau terpilih hingga 2 periode. Kepala Desa Kuwaru Selanjutnya adalah Sugeng Pribadi yang kebetulan masih keturunan Raden Kromosoekarto dan beliau juga terpilih hingga 2 periode walaupun tidak sampai habis karena sakit dan meninggal dunia. Kepala Desa yang berikutnya adalah Bapak Sodikin selama 1 periode dan kemudian dilanjutkan oleh Drs. Sutrisno sebagai Kepala Desa Kuwaru hingga tahun 2023. Akhir tahun 2023 diadakan pemilihan kepala desa kembali dan dimenangkan oleh mantan lurah sebelumnya yaitu Bapak Sodikin yang akan menjabat dari tahun 2024 sampai 2031, karena peraturan terkini jabatan kepala desa menjadi 8 tahun dan bisa dipilih maksimal 2 periode.
Berikut ini adalah urutan kepemimpinan Desa Kuwaru sejak abad ke 19 ( 1830 - an ) hingga sekarang:
1. Raden Demang Kromoleksono
Demang Pertama Desa Kuwaru, Putra dari Nyi Mas Adjeng Cempaka dengan Kanjeng Raden Adipati Purwodiningrat / Tumenggung Sindunegoro dari Kesultanan Yogyakarta.
2. Raden Demang Prawirodikromo
3. Raden Kromosoekarto (Glondong Kuwaru I)
4. R. Purwodinoto (Glondong Kuwaru II - Ayah dari R. Bambang Sumantri/ K.H. Hasan Mansyur, Kyai Masjid Al-Hikmah Kuwaru)
5. R. Idris
6. H. Satiman (2 periode)
7. Sugeng Pribadi (2 periode)
8. Sodikin
9. Drs. Sutrisno
10. Sodikin ( 2024 - 2031 )
PEMERINTAHAN
1. Desa kuwaru terdiri dari beberapa dukuh/ dusun, yaitu :
- RW 01 - RT 01/02/03 adalah Dukuh Enthak.
- RW 02 - RT 01/02/03 adalah Dukuh Karang Kobar.
- RW 03 - RT 01/02 adalah Dukuh Karang Wunung.
- RW 04 - RT 01/02/03 adalah Dukuh Kementenan .
MATA PENCAHARIAN
Mata pencaharian penduduk di Desa Kuwaru berdasarkan data dari website resmi Desa Kuwaru tahun 2024 yaitu :
1. Belum/ tidak bekerja sebanyak 426 orang.
2. Mengurus rumah tangga sebanyak 241 orang.
3. Pelajar/ Mahasiswa sebanyak 360 orang.
4. Pensiunan sebanyak 22 orang.
5. PNS sebanyak 13 orang.
6. TNI sebanyak 3 orang.
7. Perdagangan sebanyak 1 orang.
8. Petani sebanyak 273 orang.
9. Karyawan swasta sebanyak 397 orang.
10. Karyawan BUMN sebanyak 4 orang.
11. Karyawan BUMD sebanyak 1 orang.
12. Buruh harian lepas sebanyak 105 orang.
13. Buruh Tani sebanyak 128 orang.
14. Tukang batu sebanyak 2 orang.
15. Tukang kayu sebanyak 1 orang.
16. Tukang jahit sebanyak 1 orang.
17. Guru sebanyak 25 orang.
18. Bidan sebanyak 2 orang.
19. Pedagang sebanyak 79 orang.
20. Perangkat desa sebanyak 11 orang.
21. Kepala desa sebanyak 1 orang.
22. Wiraswasta sebanyak 200 orang.
23. Lainnya sebanyak 2 orang.
PENDIDIKAN
Riwayat pendidikan penduduk di Desa Kuwaru berdasarkan data dari website resmi Desa Kuwaru tahun 2024 yaitu :
1. Tidak/ belum sekolah sebanyak 357 orang.
2. Belum tamat SD/ sederajat sebanyak 172 orang.
3. Tamat SD/ sederajat sebanyak 721 orang.
4. Tamat SLTP/ sederajat sebanyak 427 orang.
5. Tamat SLTA/ sederajat sebanyak 533 orang.
6. Tamat D1/ DII sebanyak 1 orang.
7. Tamat DIII sebanyak 19 orang.
8. Tamat S1/ D-IV & S2 sebanyak 65 orang.
9. Tamat S3 sebanyak 3 orang.
Referensi
- ^ Data tertulis berupa surat kekancingan dari Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta, Surat Stamboek/ asal-usul, Piagam - piagam pengangkatan, dan catatan tertulis milik keluarga keturunan Glondong Kuwaru, R. Kromosoekarto. Data lisan berupa saksi hidup, para sesepuh keturunan pendiri Desa Kuwaru yang masih bisa menceritakan detail sejarah ; R. Bambang Sumantri / K.H.Hasan Mansyur, R. Djapar, R. Marsoedi, R.Ngt. Warsinah, R.Ngt. Yunitah Yusmadiwirya.
- ^ Sejarah Desa Kuwaru, tulisan Sekretaris Desa Kuwaru, Arif Wicaksana yang masih keturunan pendiri Desa Kuwaru. Sumber - Halaman Website Resmi Desa Kuwaru : https://kuwaru.kec-kuwarasan.kebumenkab.go.id/index.php/web/artikel/159/398
- ^ Buku: R.,, Carey, P. B.; Bambang,, Murtianto,; Gramedia, PT. Takdir : riwayat Pangeran Diponogoro, 1785-1855. Jakarta. ISBN 9789797097998. OCLC 883389465. Memuat Nama Kanjeng Raden Tumenggung Sindunegara/ Kanjeng Adipati Purwadiningrat.
- ^ Buku: penulis, H.Y. Agus Murdiyastomo [and five. Pangeran Notokusumo : hadĕging Kadipaten Pakualaman : sejarah Pakualaman. [Yogyakarta]. ISBN 9786020818092. OCLC 964698478. Memuat Nama Kanjeng Raden Tumenggung Sindunegara/ Kanjeng Adipati Purwadiningrat yang diangkat sebagai Patih Danurejo III Yogyakarta.
- ^ Buku : M.D, Sagimun, Pahlawan Diponegoro Berjuang (Bara Api Kemerdekaan Nan Tak Kunjung Padam), 1956, Jogjakarta, Tjabang Bagian Bahasa, Djawatan Kebudajaan Kementerian P.P. dan K. Jogjakarta MCMLVII. Memuat Tumenggung Sindunegoro yang ditugaskan sebagai Bupati Roma/ Gombong.
- ^ Buku : Soenarto, HR, Sejarah Brangkal, Kabupaten Roma (Jatinegara/Kruwed) dan Kabupaten Karanganyar. Memuat nama Raden Tumenggung Sindunegoro/ Pangeran Purwadiningrat dan Raden Demang Kromoleksono/ Kyai Kramaleksana dari Kuwaru. Sumber : https://jatinegara.kec-sempor.kebumenkab.go.id/index.php/web/artikel/4/472
- ^ Surat Kabar Harian Belanda yang memuat nama Raden Kromosoekarto, Hoofd Van Desa Koewaroe dari dokumentasi situs Delpher : https://www.delpher.nl/nl/kranten/results?query=Raden+Kromosoekarto&coll=ddd
Data tertulis berupa surat kekancingan dari Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta, Surat Stamboek/ asal-usul, Piagam - piagam pengangkatan, dan catatan tertulis milik keluarga keturunan Glondong Kuwaru, R. Kromosoekarto. Data lisan berupa saksi hidup, para sesepuh keturunan pendiri Desa Kuwaru yang masih bisa menceritakan detail sejarah ; R. Bambang Sumantri / K.H.Hasan Mansyur, R. Djapar, R. Marsoedi, R.Ngt. Warsinah, R.Ngt. Yunitah Yusmadiwirya.
Sejarah Desa Kuwaru, tulisan Sekretaris Desa Kuwaru, Arif Wicaksana yang masih keturunan pendiri Desa Kuwaru. Sumber - Halaman Website Resmi Desa Kuwaru : https://kuwaru.kec-kuwarasan.kebumenkab.go.id/index.php/web/artikel/159/398
Buku: R.,, Carey, P. B.; Bambang,, Murtianto,; Gramedia, PT. Takdir : riwayat Pangeran Diponogoro, 1785-1855. Jakarta. ISBN 9789797097998. OCLC 883389465. Memuat Nama Kanjeng Raden Tumenggung Sindunegara/ Kanjeng Adipati Purwadiningrat.
Buku: penulis, H.Y. Agus Murdiyastomo [and five. Pangeran Notokusumo : hadĕging Kadipaten Pakualaman : sejarah Pakualaman. [Yogyakarta]. ISBN 9786020818092. OCLC 964698478. Memuat Nama Kanjeng Raden Tumenggung Sindunegara/ Kanjeng Adipati Purwadiningrat yang diangkat sebagai Patih Danurejo III Yogyakarta.
Buku : M.D, Sagimun, Pahlawan Diponegoro Berjuang (Bara Api Kemerdekaan Nan Tak Kunjung Padam), 1956, Jogjakarta, Tjabang Bagian Bahasa, Djawatan Kebudajaan Kementerian P.P. dan K. Jogjakarta MCMLVII. Memuat Tumenggung Sindunegoro yang ditugaskan sebagai Bupati Roma/ Gombong.
http://historyandlegacy-kebumen.blogspot.com/2021/03/siti-sewu-dan-numbak-anyar-memahami.html?m=1 SITI SEWU DAN NUMBAK ANYAR: MEMAHAMI PEMBAGIAN WILAYAH DI BAGELEN SEBELUM DAN SESUDAH PERJANJIAN GIYANTI SERTA PENEMPATAN DINASTI ARUNG BINANG DI KEBUMEN
Buku : Soenarto, HR, Sejarah Brangkal, Kabupaten Roma (Jatinegara/Kruwed) dan Kabupaten Karanganyar. Memuat nama Raden Tumenggung Sindunegoro/ Pangeran Purwadiningrat dan Raden Demang Kromoleksono/ Kyai Kramaleksana dari Kuwaru. Sumber : https://jatinegara.kec-sempor.kebumenkab.go.id/index.php/web/artikel/4/472
https://wayahbagelen.or.id/kebudayaan-bagelen-agung-perkasa/ Kebudayaan Bagelen Agung & Perkasa
Surat Kabar Harian Belanda yang memuat nama Raden Kromosoekarto, Hoofd Van Desa Koewaroe dari dokumentasi situs Delpher : https://www.delpher.nl/nl/kranten/results?query=Raden+Kromosoekarto&coll=ddd
Surat kabar Hindia Belanda, De Locomotief Edisi 2 September 1936