Lompat ke isi

Abdullah Mu'azzam Shah dari Perak

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 20 Juni 2024 17.56 oleh Syah7 (bicara | kontrib) (Dibuat dengan menerjemahkan halaman "Sultan Abdullah Muazzam Shah")
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Paduka Sri Sultan Abdullah Mu'azzam Shah Ibni Almarhum Sultan Abdul Malik Mansur Shah adalah Sultan Perak ke-20 yang bertakhta dari 1825 hingga 1830.

Kehidupan Awal

Raja Abdullah merupakan putra sulung Sultan Abdul Malik Mansur Shah. Beliau menjadi Sultan setelah kematian ayahnya pada 1825.

Pada pemerintahannya, Sultan Abdullah telah mengirimkan pasukan yang kuat untuk coba melawan mengambil kembali semua daerah Klian Intan, Selarong, dan Tasek yang hilang di wilayah Hulu Perak yang direbut oleh Reman di Pattani. Pada bulan Juni 1825, Sultan Abdullah telah menulis surat kepada Robert Fullerton yang merupakan Gubernur Inggris di Pulau Pinang dan telah memberitahukan bahwa tidak akan ada perdagangan dengan Serikat Hindia Timur Inggris. Fullerton juga telah menerima kabar bahwa Raja Ligor, Komandan Tentara Siang bersiap untuk menyerang Selangor. Menindaklanjuti hal tersebut, pihak Inggris telah mengirimkan sebuah kapal perang untuk bersiaga di perairan Selangor guna mencegah serangan Siam dari wilayah laut. Kudian seorang pegawai Inggris bernama Kapten Henry Burney telah pergi ke Ligor untuk memulai perundingan pada 31 Juli 1825. Namun, Raja Ligor tetap bersikeras bahwa ia akan setuju menghentikan penyerangan ke Selangor dengan syarat pihak Inggris tidak ikut campur lagi di wilayah Perak.

Pada tahun 1826, Baginda telah mengangkat Raja Bendahara Chulan Bin Raja Inu sebagai Raja Muda, Raja Abdullah Bin Raja Abdul Rahman sebagai Raja Bendahara, dan Raja Ahmad Ibni Almarhum Sultan Abdul Malik Mansur Shah sebagai Raja Kechil Tengah.

Di bulan Juni pada tahun yang sama, Thailand telah menandatangani Perjanjian Burney dengan Bahasa Inggris. Adapaun isi perjanjian ini adalah :

  1. Menyerahkan wilayah Kedah kepada Siam.
  2. Perak merupakan wilayah bebas dari kekuasaan Siam.
  3. Serikat menerima pulau-pulau Pangkor dan Sembilan.

Pulau-pulau tersebut kemudian diserahkan kepada Inggris namun tidak pernah diduduki oleh Inggris itu sendiri hingga setelah Perjanjian Pangkor dibuat pada tahun 1874. Sebaliknya, Siam kemudian mengakui kemerdekaan Perak dan Selangor.

Pada Oktober 1826, Inggris telah membuat kesepakatan dengan menandatangani Perjanjian Low dengan Perak. Seorang Perwira Angkatan Laut Inggris yang bernama Kapten James Low telah menghadap ke pengadilan Sultan Abdullah untuk menangani semua pengaruh Siam seperti tercantum dalam Perjanjian Burney.

Wafat

Setelah memerintah selama 5 tahun, Baginda mangkat pada 2Desember 1830 dan dimakamkan di Teluk Kepayang. Ia dianugerahi gelar Marhum Khalilullah.