Lompat ke isi

Masjid Raya Sabilal Muhtadin

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 22 Juni 2024 04.29 oleh Ilham Mufti Laksono (bicara | kontrib) (Menambah informasi)
Masjid Sabilal Muhtadin Banjarmasin
مسجد سبيلال المهتدين بانجارماسين
Agama
AfiliasiIslamSunni
Provinsi Kalimantan Selatan
Lokasi
LokasiBanjarmasin
Negara Indonesia
Arsitektur
TipeMasjid
Gaya arsitekturTimur Tengah
Didirikan1981[1]
Spesifikasi
Kapasitas15.000 Jemaah[2]
Kubah1
Menara5

Masjid Raya Sabilal Muhtadin adalah sebuah masjid bersejarah yang berada di Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Masjid ini dibangun pada tahun 1979 dan diresmikan pada tahun 1981[3] sebagai penghormatan terhadap ulama besar Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dan berdiri di bekas tanah asrama tentara Pulau Tatas.[4][5] Pada era kolonialisme Belanda, tempat ini dikenal dengan Fort Van Tatas atau Benteng Tatas.[6]

Sejarah

Benteng Tatas pada zaman Hindia Belanda

Benteng Tatas

Dahulu, Pulau Tatas, yang merupakan pulau delta, merupakan lokasi dari Fort van Tatas yang merupakan benteng dan barak Belanda, dimana benteng ini dikelilingi kanal dan berada di persimpangan yang dinilai strategis, yaitu wilayah Kesultanan Banjar di Kuin di bagian baratnya dan daerah menuju Martapura dan Hulu Sungai di bagian timurnya. Selain strategis dari segi pertahanan, dari segi ekonomi juga dinilai strategis karena armada dagang Eropa (Belanda, Portugis, Inggris), Tiongkok, Melayu, Bugis, dan Jawa kerap berkabuh di daerah ini untuk melakukan perdagangan lada yang merupakan komoditas perdagangan kesultanan masa itu.[7]

Awalnya, Pulau Tatas tidak dilirik oleh VOC sebagai benteng pertahanan dan lebih memilih Sungai Barito di dekat muara Sungai Kuin karena berdekatan dengan keraton kesultanan. Bahkan pada kedatangan VOC yang kedua pada tahun 1612, armada VOC belum melihat pulau ini. Baru pada Oktober 1756, ketika Sultan Banjar melakukan perjanjian dengan Johan Andreas Para Vinci, pulau ini menjadi benteng pertahanan dimana wilayah ini berada di tangan Inggris, dimana benteng ini dibangun dengan bentuk pentagin yang diperkuat selekoh (bastion) di sisi sungai dan sisi daratan. Lalu, pada tahun 1786-1787, saat Sultan Banjar menyerahkan kedaulatan kepada VOC, VOC mendirikan pusat pemerintahan di pulau ini.[7]

Pembangunan

Pada awalnya, lokasi masjid raya yang akan dibangun berlokasi di areal bekas Hotel Banjar. Rencana ini mendapat masukan dari Pangdam X Lambung Mangkurat saat itu, Amir Machmud dan Gubernur Kalsel pada saat itu, Aberani Sulaiman. Namun, pertimbangan lain yang kemudian diterima adalah bahwa lokasi masjid raya yang akan dibangun adalah di Pulau Tatas yang berada di pusat Kota Banjarmasin,dan lahannya masih tergolong luas (sekitar 100 ribu meter persegi), dimana pada saat itu merupakan asrama militer.[7]

Pada 10 November 1974, Gubernur Kalimantan Selatan saat itu, Soebardjo, meresmikan pemancangan tiang pertama Masjid Raya Sabilal Muhtadin yang menandakan bahwa pembangunan masjid telah dimulai. Masjid ini rampung pada Oktober 1979 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 9 Februari 1981.[8]

Referensi

  1. ^ Banjarmasin, A. S. N. "Masjid Raya Sabilal Muhtadin". Diakses tanggal 2022-12-25. 
  2. ^ "Dunia Masjid :: Jakarta Islamic Centre - Masjid Raya Sabilal Al Muhtadin". Diakses tanggal 2022-12-25. 
  3. ^ Banjarmasin, A. S. N. "Masjid Raya Sabilal Muhtadin". Diakses tanggal 2022-12-25. 
  4. ^ "Sejarah Singkat | Masjid Raya Sabilal Muhtadin". sabilalmuhtadin.or.id. Diakses tanggal 2022-12-25. [pranala nonaktif permanen]
  5. ^ klikkalsel.com (2022-03-01). "Sejarah Masjid Raya Sabilal Muhtadin dari Lokasi Bekas Hotel Hingga Asrama Pulau Tatas - Laman 3 dari 4". Klikkalsel.com. Diakses tanggal 2022-12-25. 
  6. ^ "Dunia Masjid :: Jakarta Islamic Centre - Masjid Raya Sabilal Al Muhtadin". Diakses tanggal 2022-12-25. 
  7. ^ a b c Helmi, Muhammad (20 Juli 2022). "Kisah Masjid Sabilal Muhtadin Berdiri di Atas Benteng dan Barak Belanda". Radar Banjarmasin. Diakses tanggal 22 Juni 2024. 
  8. ^ Masjid Raya Sabilal Muhtadin: Percikan Pemikiran Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari. Malang: Edulitera. Juni 2022. hlm. 6. ISBN 9786234850000.