Lompat ke isi

Ajamila

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 26 Juni 2024 04.57 oleh M. Adiputra (bicara | kontrib) (n)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Ilustrasi dari kitab Bhagawatapurana Gorakhpur Gita Press, menggambarkan para Wisnuduta (kiri) menghalangi para Yamaduta yang hendak mengajak roh Ajamila ke Neraka.

Ajamila (Dewanagari: अजामिल ; ,IASTAjāmila, अजामिल ) adalah seorang tokoh dalam legenda Hindu, yang tercatat dalam bab 6 kitab Bhagawatapurana.[1] Dikisahkan bahwa ia adalah seorang keturunan brahmana yang kehidupannya banyak menyimpang dari ajaran Weda, tetapi rohnya diampuni oleh Dewa Wisnu setelah ia mengucapkan nama sang dewa ketika menjelang kematian. Dalam agama Hindu, kisah Ajamila digunakan sebagai contoh bahwa dengan mengucapkan nama Tuhan, seseorang dapat memperoleh pengampunan, bahkan apabila dalam kehidupannya telah berbuat banyak dosa.[2]

Legenda

Kisah Ajamila tercatat dalam Bhagawatapurana bab 6, bagian pertama sampai ketiga, dinarasikan oleh Sukadewa atas permohonan Raja Parikesit. Dikisahkan bahwa Ajamila merupakan putra seorang brahmana yang terpelajar, tinggal di kota Kanyakubja (pada masa kini disebut Kannauj[3]). Ia menikah dan hidup secara baik-baik sesuai dengan ajaran Weda.

Pada suatu hari, ketika Ajamila pergi ke hutan untuk memetik bunga dan buah-buahan, ia menyaksikan seorang pria sudra sedang bercinta dengan seorang wanita tunasusila. Peristiwa tersebut membekas dalam pikiran Ajamila, senantiasa membayang-bayanginya, hingga akhirnya ia mencari kembali wanita tersebut dan menjadikannya istri baru. Sejak Ajamila menikahi wanita tunasusila, ia tidak lagi hidup baik-baik sesuai ajaran agama. Ia terlibat dalam perjudian, penipuan, pencurian, mabuk-mabukan, dan semacamnya.

Kehidupan yang buruk dijalani Ajamila hingga menjelang tutup usia pada umur 88 tahun. Pada detik-detik menuju kematian, ia menyaksikan utusan Dewa Kematian yang disebut Yamaduta sudah bersiap-siap untuk mengajaknya ke Neraka. Takut akan wajah para Yamaduta yang menyeramkan, Ajamila pun memanggil "Narayana", putra bungsu yang paling ia sayangi. Kebetulan nama anaknya sama dengan nama lain Wisnu: "Narayana". Mendengar nama tuannya dipanggil, pelayan Wisnu yang disebut Wisnuduta pun segera menuju tempat Ajamila, lalu menghadang Yamaduta yang sedang menjemput roh Ajamila. Perdebatan pun terjadi antara Yamaduta dengan Wisnuduta, kemudian mereka membawa masalah tersebut ke pengadilan Dewa Yama.[4]

Pada kitab Bhagawatapurana bab 6 bagian kedua dan ketiga terdapat dialog antara para Yamaduta, Wisnuduta, dan Dewa Yama. Dikisahkan bahwa para Wisnuduta melindungi roh Ajamila sebab ia mengucapkan nama suci "Narayana" saat menjelang kematian. Wisnuduta menyatakan bahwa siapa pun yang mengucapkan nama "Narayana", entah mengacu kepada Wisnu maupun orang lain, maka ia akan mendapat perlindungan dari para Wisnuduta. Maka dari itu, segala dosa-dosa Ajamila diampuni, dan ia diajak oleh para Wisnuduta menuju kediaman Wisnu di Waikuntha.[5]

Referensi

  1. ^ "Srimad Bhagavatam Canto 6". vedabase.net. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-16. Diakses tanggal 2019-11-28. 
  2. ^ "Taraka Mantra". The Hindu (dalam bahasa Inggris). 2016-05-04. ISSN 0971-751X. Diakses tanggal 2019-11-28. 
  3. ^ Rama Shankar Tripathi (1989). History of Kanauj: To the Moslem Conquest. Motilal Banarsidass Publ. hlm. 2. ISBN 978-81-208-0404-3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 March 2024. Diakses tanggal 15 November 2015. 
  4. ^ www.wisdomlib.org (2022-08-19). "The Story of Ajāmila [Chapter 1]". www.wisdomlib.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-09-06. 
  5. ^ www.wisdomlib.org (2022-08-19). "Exposition of the Bhāgavata Dharma [Chapter 2]". www.wisdomlib.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-09-06.