Orang Ahom
Assam | 1,22 juta[1] |
---|---|
Arunachal Pradesh | 85.000[1] |
Bahasa | |
Assam, Ahom[2] | |
Agama | |
Mayoritas: Hindu Minoritas: Agama Ahom, Buddha. | |
Kelompok etnik terkait | |
Khamti, Shan, Dai, Tai |
Suku Ahom atau Tai-Ahom adalah suku bangsa yang mendiami negara bagian Assam dan Arunachal Pradesh di India. Asal-usul mereka dapat dilacak hingga kedatangan orang-orang Tai di lembah Sungai Brahmaputra pada tahun 1228. Sukaphaa, pemimpin orang-orang Tai dan 9000 pengikutnya mendirikan Kerajaan Ahom (1228–1826 M) yang menguasai sebagian besar Lembah Brahmaputra di Assam hingga tahun 1826.
Kebudayaan orang-orang Ahom modern merupakan hasil pencampuran kebudayaan Tai[3] dengan kebudayaan orang-orang lokal berbahasa Tibet-Burma yang mereka temui di Assam. Orang-orang lokal dari berbagai kelompok etnis di Assam menganut gaya hidup dan sistem pemerintahan pendatang Tai dalam proses yang dikenal sebagai Ahomisasi. Banyak kelompok etnis lokal, termasuk Borahi yang berasal dari rumpun Tibet-Burma, sepenuhnya melebur ke dalam komunitas Ahom. Saat ini, mereka merupakan kelompok etnis Tai terbesar di India, dengan populasi hampir 1,3 juta di Assam. Orang Ahom paling banyak ditemukan di Assam Hulu di distrik Golaghat, Jorhat, Sibsagar, Dibrugarh, Tinsukia (selatan sungai Brahmaputra); dan di Lakhimpur, Sonitpur dan Dhemaji (sisi utara).
Meskipun kelompok Ahom yang sudah bercampur menjadi bagian yang relatif kecil dari populasi kerajaan,[4] mereka berhasil mempertahankan bahasa Ahom dan mempraktikkan agama tradisional mereka sampai abad ke-17, ketika bangsawan Ahom beserta rakyatnya beralih memakai bahasa Assam.
Referensi
- ^ a b "Ahom in India report 2021".
- ^ Diller, A. (1993). Tai Languages. In International Encyclopedia of Linguistics (Vol. 4, pp. 128-131). Oxford, UK: Oxford University Press.
- ^ "Conclusions" (PDF). Shodganga.
- ^ (Morey 2014)
Daftar pustaka
- Morey, Stephen (2014), "Ahom and Tangsa: Case studies of language maintenance and loss in North East India", dalam Cardoso, Hugo C., Language Endangerment and Preservation in South Asia, Honolulu: University of Hawai'i Press, hlm. 51–52