Lompat ke isi

Raja Kecil dari Siak

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 20 Juli 2024 06.01 oleh ArfanSulaiman (bicara | kontrib) (Menghapus pengalihan ke Abdul Jalil Syah dari Siak)
Raja Kecil
Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah
Pendiri dan Raja ke-1 Kesultanan Siak Sri Inderapura
Berkuasa17231740
PendahuluJabatan Baru
PenerusTengku Buwang Asmara
Pemakaman
Buantan, Siak
Istri
    • Tengku Kamariah binti Sultan Abdul Jalil Riayat Shah IV
    • Putri Dipati Batu Kucing Palembang
Keturunan
DinastiMauli
AyahSultan Mahmud Syah II dari Johor
IbuEncik Pung binti Tun Abdul Jamil

Raja Kecil adalah putra Sultan Mahmud Syah II dari Johor yang mendirikan Kesultanan Siak Sri Indrapura.

Kehidupan

Pada saat Raja Kecil masih dalam kandungan ibunya, Encik Pung, ayahnya sudah terbunuh.[1]

Kematian Sultan Mahmud Syah II dalam perjalanan menunaikan shalat Jum'at menimbulkan kekalutan di Istana. Encik Pong dilarikan ayahnya, Laksamana Paduka Raja Tun Abdul Jamil ke pengasingan bersama sejumlah pengawal setia raja, dari para hulubalang, dayang-dayang hingga prajurit kerajaan.

Kehamilan Encik Pong tidak diketahui petinggi istana membuat mereka segera melantik Sultan Alauddin Riayat Syah IV, anak Bendara Tun Habib Abdul Majid sebagai sultan berikutnya.

Encik Pong melahirkan Raja Kecil di pengasingan. Tun Abdul Jamil segera menghubungi Raja Negara Selat, pimpinan Orang Laut Kepulauan Riau untuk menjelaskan jati diri sang cucu yang baru lahir. Tun Abdul Jamil mengabarkan kepada Temenggung Muar di Johor dan Laksemana Malim di Riau. Tun Abdul Jamil menyarankan agar mereka menyeberang ke Sumatera.

Mereka berlayar ke Jambi, menyusuri sungai Batang Hari, kemudian dilarikan lagi ke Indragiri, hingga akhirnya sampai ke Pagaruyung. Maharaja Pagaruyung Yam Tuan Sakti menerima penjelasan Laksemana Malim tentang bayi yang mereka bawa.

Raja Pagaruyung sangat tertarik karena ketampanan anak tersebut dan bersedia menjadikannya sebagai anak sendiri.

Setelah berumur 13 tahun, Raja Kecil meminta izin pergi ke Batanghari dalamr angka mencari ilmu dan pengalaman. Sampai di Rawas dan tiba di Palembang, disambut dengan istimewa oleh Sultan Lumabang raja Palembang. Dia dijadikan pembawa Tapak Sirih Diraja.

Ketika Sultan Lumabang datang ke Johor, Raja Kecil juga ikut serta. Di Johor Raja Kecil menjadi pusat perhatian masyarakat karena wajahnya yang teramat mirip dengan Sultan Mahmud Syah II. Dari Johor, Sultan Lumabang pergi ke Siantan, kemudian berangkat ke Bangka.

Raja Kecil meminta izin kepada Sultan Lumabang mudik ke Rawas, kemudian dia mengawini puteri Dipati Batu Kucing, dan mendapatkan seorang putra yang diberi nama Raja Alam atau Tengku Alamuddin. Dari Rawas Raja Kecil berangkat ke Jambi dan berteman dengan Sultan Sri Maha Maharaja Batu. Raja Kecil ikut membantu Sultan Sri Maha Maharaja Batu dalam satu peperangan. Raja Kecil terluka pahanya pada waktu itu. Setelah sembuh Raja Kecil pulang ke Pagaruyung.

Puteri Jamilan, Ibu Yam Tuan Sakti Pagaruyung mengatakan kepada Raja Kecil, bahwa dia berhak penuh atas takhta Johor dan menuntut bela atas kematian ayahandanya.

Raja Pagaruyung membekali Raja Kecil dengan 4 hulubalang, Datuk Lebinasi, Datuk Kerkaji, Raja Mandailing dan Sultan Pakadalian.

Raja Kecil juga diberi sebilah pedang Saurajabe hadiah Raja Kuantan, sekapur sirih, seuntai rambut yang panjangnya 30 kaki, dua kulit kupang dan sebuah cap. Cap itu menandakan bahwa beliau membawa titah Raja Pagaruyung bahwa semua orang Minangkabau diwajibkan mendukung Raja kecil.

Di Bukit Batu-Siak Raja Kecil berpura-pura berdagang telur dan ikan terubuk, untuk berlayar ke Johor. Setelah membaca situasi, tibalah saatnya untuk menghimpun kekuatan. Rencana Raja Kecil mendobrak Johor sudah tersebar luas.

Titah Raja Pagaruyung membawa raja Kecil mendapat dukungan besar dari masyarakat Minangkabau. Dukungan besar juga datang dari tokoh-tokoh Melayu Riau daratan secara luas, yang sejak awal memang tidak bersedia tunduk kepada pemerintahan Bendahara di Johor. Bagi mereka, raja sah Johor adalah Raja Kecil. Di Batubara dukungan juga mengalir begitu besar.

Termasuk dari 5 Bugis Bersaudara. Daeng Perani setuju dengan syarat jika serangan ke Johor itu berhasil, dia minta kedudukan sebagai Yang Dipertuan Muda. Untuk itu Daeng Perani pergi ke Langkat mengumpulkan sejumlah orang Bugis memperkuat angkatan perangnya.

Orang Laut di bawah pimpinan Raja Negara Selat turut mendukung rencana serangan itu dan langsung menemui Raja Kecil di Bengkalis.

Raja Kecil menyeberang ke Johor tanpa diketahui 5 Bugis bersaudara yang membuat mereka tersinggung, yang dikemudian hari berbalik berada dipihak lawan. Di Johor para pembesar turut memberi dukungan atas saran Temenggung Muar, sehingga meriam-meriam Johor telah diisi air.

Tidak ada perlawanan yang berarti. Raja Kecil berjanji tidak akan mengapa-apakan Sultan Alauddin Riayat Syah IV dan bersedia mengembalikan posisinya sebagai bendahara, asalkan segera menyerahkan takhta.  

Sultan Alauddin Riayat Syah IV menerima syarat tersebut. Raja Kecil dinobatkan menjadi Raja Johor dengan gelar Sultan Abdul Jalil Rakhmat Syah pada tahun 1718.

Pada waktu Raja Kecil berkuasa di Johor, timbullah Isu baru yang mengatakan bahwa Raja Kecil bukan keturunan Sultan Mahmud Syah II. Issue ini menyebabkan goyahnya kepercayaan sebagian orang Melayu terhadap Raja Kecil.

Referensi

https://lentera.ejournal.unri.ac.id/index.php/JSBS/article/download/1973/1942

Pranala luar

  • Donald James Goudie, Phillip Lee Thomas, Tenas Effendy, (1989), Syair Perang Siak: a court poem presenting the state policy of a Minangkabau Malay royal family in exile, MBRAS.
  • Christine E. Dobbin, (1983), Islamic revivalism in a changing peasant economy: central Sumatra, 1784-1847, Curzon Press, ISBN 0-7007-0155-9.
  • Journal of Southeast Asian studies, Volume 17, McGraw-Hill Far Eastern Publishers, 1986.
  • Drs. H. O.K. Nizami Djamil, Sejarah Kerajaan Siak
  • Elisa Netscher, de Nederlanders in Djohor en Siak 1602 tot 1865, bruining & wijt 1870
  • Wan Ghalib, Belanda di Johor dan Siak 1602-1865,
Didahului oleh:
Jabatan baru
Sultan Siak Sri Inderapura
1725 - 1746
Diteruskan oleh:
Tengku Buwang Asmara