Lompat ke isi

Dattatreya

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 5 Agustus 2024 23.46 oleh Wadaihangit (bicara | kontrib) (melengkapi halaman dengan foto #WPWP)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Dattareya
Dewa Hindu
Awatara Brahma, Wisnu dan Siwa
Ejaan Dewanagariदत्तात्रेय
Ejaan IASTDattātréya
Golongandewa; awatara

Menurut kepercayaan umat Hindu, Dattatreya (Sanskerta: दत्तात्रेय; Dattātréya) adalah seorang dewa yang merupakan penjelmaan dari Trimurti (tiga dewa utama), yaitu Brahma, Wisnu dan Siwa. Dattatreya lahir sebagai putera Resi Atri dan Anasuya. Nama Dattatreya berasal dari kata datta dan atreya. Kata datta berarti "diberi", oleh karena Trimurti telah memberikan perwujudan sebagai putera Atri dan Anasuya. Kata atreya secara harfiah berarti "putra Atri".

Dalam tradisi Natha, Dattatreya dianggap sebagai awatara atau inkarnasi dari Dewa Siwa dan sebagai Adi-Guru (guru pertama) dalam tradisi Adinath Sampradaya. Di India, Dattatreya dipuja oleh berjuta-juta umat Hindu dan berbagai tradisi dilakukan untuk memuliakannya.

Riwayat Dattatreya

[sunting | sunting sumber]

Kelahiran

[sunting | sunting sumber]

Umat Hindu mempercayai legenda yang cukup terkenal mengenai kelahiran Dattatreya. Konon pada suatu hari, Narada memuji-muji pengabdian Anasuya terhadap suaminya (patibratyam) dihadapan istri-istri Dewa Brahma, Wisnu dan Siwa. Pujian Narada yang berlebihan membuat mereka iri. Mereka memohon kepada suami masing-masing untuk menggoyahkan iman Anasuya. Brahma, Wisnu dan Siwa pergi menemui Anasuya dengan menyamar. Pada saat itu Atri tidak ada di rumah.

Dalam penyamaran, ketiga dewa meminta makanan kepada Anasuya. Ketika Anasuya menyanggupinya, ketiga dewa menambahkan bahwa mereka akan menerima persembahan apabila Anasuya melakukannya tanpa memakai pakaian. Anasuya jatuh dalam dilema. Bila ia datang tanpa memakai pakaian di hadapan pria lain maka pengabdiannya (patibratyam) akan jatuh. Bila ia menolak, maka ketiga tamunya bisa memberinya kutukan. Anasuya merasa bahwa ketiga tamu yang dilayaninya bukanlah orang normal karena permintaan mereka yang aneh dan ia merasa dijebak agar menuju situasi yang rumit. Kemudian Anasuya berkomunikasi dengan suaminya melalui pikirannya dan berkata bahwa ia tidak takut untuk melayani tamunya tanpa memakai pakaian karena tidak dipengaruhi oleh nafsu.

Saat ketiga tamunya memohon makanan dan tanpa sengaja menambahkan kata 'ibu' dalam permohonannya, Anasuya merasa bahwa ia harus melayani tamunya dengan menganggap mereka sebagai anak dan memberi pelayanan seperti yang mereka minta. Oleh karena ketulusan hatinya dalam melayani permohonan tamunya, tiba-tiba ketiga dewa berubah menjadi tiga anak kecil. Seketika itu juga buah dada Anasuya mulai mengucurkan air susu. Ia menyusui ketiga dewa yang sudah berubah menjadi anak kecil, lalu ia menaruh mereka ke dalam keranjang. Ketika Atri datang, Anasuya menceritakan kejadian yang sudah terjadi. Ketika ketiga anak terbangun, mereka berubah kembali menjadi para dewa dan memberikan anugerah kepada Anasuya. Anasuya memohon agar ketiga dewa menjelma sebagai anaknya. Akhirnya permohonan Anasuya dikabulkan, ketiga dewa menjelma sebagai Dattatreya.

Pengembaraan

[sunting | sunting sumber]

Semenjak usia dini, Dattatreya meninggalkan rumahnya dan mengembara dengan tubuh telanjang, dalam perjalanan spiritual untuk mencari pemahaman tentang "sesuatu yang mutlak". Dattatreya diduga mengembara di wilayah Karnataka Utara, melewati Maharashtra, dan menuju Gujarat sepanjang sungai Narmada. Dia mencapai pencerahan di sebuah tempat yang tak jauh dari kota yang sekarang dikenal dengan nama Ganagapur, letaknya di sebelah selatan Maharashtra. Jejak kakinya yang asli diduga terletak di sebuah tempat yang sunyi di puncak gunung Girnar.

Para guru bagi Dattatreya

[sunting | sunting sumber]

Menurut kitab Brahmapurana, setelah permohonan Maharesi Atri, Dattatreya duduk di tepi sungai Gautami dan memuja Siwa. Kemudian ia memperoleh anugerah yang disebut Brahmagyaan ("Pengetahuan Abadi").

Dalam kitab Bhagawatapurana, Dattatreya menyebutkan nama dua puluh empat gurunya satu per satu: bumi, udara, langit atau ether, air, api, matahari, bulan, piton, merpati, lautan, ngengat, lebah, banteng gajah, beruang, rusa, ikan, burung osprey, anak kecil, gadis perawan, pelacur, pandai besi, ular, laba-laba, dan tawon. Dua puluh empat guru bagi Dattateya berasal dari dua puluh empat guru Awaduta yang dijelaskan dalam Purana.

Pengikut Dattatreya

[sunting | sunting sumber]

Menurut kisah-kisah yang dicatat dalam Purana, para pengikut Dattatreya adalah Kartawirya Arjuna (Sahasrarjuna), Parasurama (Bhargawa), Yadu, Alarka, Ayu dan Prahlada. Selain itu, ada seorang murid lagi bernama Sankruti yang disebut dalam kitab Awadutopanisad dan Jabaldarsanopanisad.

Dattatreya sebagai dewa

[sunting | sunting sumber]

Dattatreya termasuk salah satu dewa yang sudah lama dipuja oleh umat Hindu. Sumber-sumber pertama mengenai dewa ini muncul dalam wiracarita Hindu, misalnya Mahabharata dan Ramayana.

Dattatreya biasanya digambarkan berkepala tiga, melambangkan Brahma, Wisnu, dan Siwa; masa lalu, masa sekarang dan masa depan; dan tiga kesadaran: terjaga, bermimpi dan tidur tanpa mimpi. Dia biasanya digambarkan duduk bermeditasi dengan sakti-nya di bawah pohon audumbara. Di depannya ada api pengorbanan, dan di sekelilingnya ada empat anjing. Kadang kala keempat anjing tersebut melambangkan empat Weda.

Dalam kitab Dattatreya Upanisad yang merupakan bagian dari Atharwaweda, ia digambarkan mampu menjelma menjadi anak kecil, orang gila, atau bahkan raksasa, dalam upaya membantu umatnya mencapai moksa, yaitu membebaskan diri dari ikatan duniawi.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]