Lompat ke isi

Persebaya Surabaya

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Persebaya Surabaya
Berkas:Persebaya Logo.svg
Nama lengkapPersatuan Sepak Bola Surabaya
JulukanBajul Ijo, Green Force
Berdiri18 Juni 1927; 97 tahun lalu (1927-06-18), sebagai S.I.V.B
StadionGelora Bung Tomo
(Kapasitas: 46.806[1])
PemilikPT. Persebaya Indonesia[2]
PresidenAzrul Ananda
PelatihIrlandia Utara Paul Munster
LigaLiga 1
Situs webSitus web resmi klub
Kelompok suporterBonek
Kostum kandang
Kostum tandang
Kostum Alternatif
Musim ini

Persebaya Surabaya


Tim utama

Tim wanita

Tim satelit

Tim U-20

Tim U-18

Tim U-16

Persatuan Sepak Bola Surabaya (disingkat Persebaya) adalah sebuah klub sepak bola profesional Indonesia yang berbasis di Kota Surabaya, Jawa Timur. Saat ini Persebaya berkompetisi Liga 1 Indonesia. Persebaya berdiri pada 18 Juni 1927 sebagai Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB).

Persebaya pernah mengubah namanya menjadi Persebaya 1927 akibat dari konflik Dualisme Persebaya Surabaya yang terjadi pada tahun 2010 hingga 2017 yang menyebabkan keanggotaan Persebaya di PSSI dibekukan.[3] Setelah persoalan dualisme Persebaya selesai, status keanggotaan Persebaya dipulihkan kembali ketika kongres tahunan PSSI pada tanggal 8 Januari 2017 di Bandung.[4]

Sejarah

Persebaya didirikan oleh M. Pamoedji (28 Februari 1905 – 23 Oktober 1951)[5] pada tanggal 18 Juni 1927 di Surabaya, Hindia Belanda dengan nama awalnya Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB).[6] Pamoedji yang juga merupakan Residen Surabaya[7] itu mendirikan SIVB adalah bertujuan untuk menampung para pemain-pemain sepak bola penduduk pribumi demi menyaingi dominasi klub sepak bola Soerabajasche Voetbal Bond (SVB) yang telah berdiri sejak tahun 1901 yang pemilik dan para pemain-pemainnya merupakan orang-orang Belanda yang tinggal di Surabaya pada waktu itu.

Era Perserikatan

Pada tanggal 19 April 1930, M. Pamudji mewakili SIVB hadir dalam pertemuan antar pengurus klub-klub sepak bola seluruh Hindia Belanda yang bertempat di Societeit Hadiprojo Yogyakarta (sekarang Wisma Soeratin). Perwakilan klub-kub yang hadir antara lain VIJ Jacatra (sekarang Persija), BIVB Bandung (sekarang Persib), MIVB (sekarang PPSM Magelang), MVB (sekarang PSM Madiun), VVB (sekarang Persis Solo) dan PSM (sekarang PSIM Yogyakarta). Dalam pertemuan itu dideklarasikan pembentukan sebuah organisasi induk sepak bola yang diberi nama Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia disingkat PSSI, yang kemudian pada kongres PSSI di Solo tahun 1950 diganti namanya menjadi Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) hingga sekarang.[8]

Setahun setelah terbentuknya PSSI, kemudian diadakan kompetisi tahunan antar kota atau yang secara resmi disebut Kejuaraan Nasional PSSI disingkat Kejurnas PSSI atau juga disebut Kejurnas Perserikatan. Setelah mengikuti beberapa musim kompetisi, SIVB yang saat itu diperkuat oleh beberapa pemain keturunan Tionghoa yang merupakan mantan pemain-pemain dari klub Tiong Hoa Soerabaja berhasil masuk final kompetisi Perserikatan di musim ke-8 atau tepatnya musim kompetisi 1939 yang dilaksanakan di Solo, tetapi hanya mampu meraih runner-up setelah kalah dari VIJ Jacatra.[9] Dan keberadaan pemain-pemain Tionghoa di Persebaya berlanjut hingga tahun 1970an.[9]

Pada musim kompetisi ke-11 di tahun 1942, SIVB kembali mencapai final untuk kedua kalinya tetapi belum berhasil menjadi juara karena kalah melawan Persis Solo pada pertandingan final yang dilaksanakan di Bandung.[butuh rujukan]

Pada tahun 1938 ketua umum SIVB dijabat oleh Dr. Soewandi, dan pada era kepemimpinan Dr. Soewandi ini nama Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB) diganti menjadi Persatuan Sepak Bola Indonesia Soerabaja (Persibaja).[10] Pada tahun 1959, nama Persibaja sekali lagi diubah menjadi Persatuan Sepak Bola Surabaya (Persebaya) dan digunakan hingga sekarang.[11]

Di era Perserikatan, Persebaya merupakan salah satu tim raksasa di Indonesia selain PSMS Medan, PSM Makassar, Persib Bandung dan Persija Jakarta. Persebaya berhasil menjadi juara Perserikatan pada musim 1951, 1952, 1978, 1987/88 dan lima kali menduduki peringkat kedua pada kompetisi musim 1964–65, 1971, 1973, 1986–87, dan 1989–90.

Era Liga Indonesia

Sebuah pin berbentuk logo Persibaja, 1950.

Pada tahun 1994, dua kompetisi sepak bola di Indonesia yaitu Perserikatan dan Galatama dilebur menjadi satu. Kompetisi hasil gabungan Perserikatan dan Galatama ini diberi nama Divisi Utama Liga Indonesia dengan pembagian dua wilayah yakni barat dan timur. Di musim pertama Divisi Utama pada tahun 1994, Persebaya yang tergabung di dalam wilayah timur hanya mampu finish diurutan ke-9 klasemen.[12]

Pada musim kompetisi 2002, Persebaya terdegradasi ke Divisi Satu setelah hanya mampu finish di urutan ke-11 klasemen wilayah timur. Tetapi Persebaya hanya perlu waktu satu musim kompetisi untuk promosi dan kembali ke Divisi Utama setelah berhasil menjadi juara Divisi Satu musim 2003.[13]

Setelah kembali ke kompetisi Divisi Utama, Persebaya berhasil menjadi juara setelah meraih poin tertinggi klasemen akhir pada kompetisi musim 2004 yang menggunakan sistem satu wilayah.[14]

Stadion

Stadion Gelora Bung Tomo

Stadion Gelora Bung Tomo adalah sebuah stadion serbaguna di Surabaya, Indonesia yang merupakan bagian dari kompleks olahraga Surabaya Sport Center. Stadion ini dibuka pada 6 Agustus 2010.[15] Keseluruhan komplek olahraga sedang dibangun. Stadion ini digunakan untuk pertandingan sepak bola dan menjadi basis baru bagi Persebaya Surabaya, menggantikan Stadion Gelora 10 November. Stadion Gelora Bung Tomo sendiri dapat menampung 46.806 penonton setelah renovasi. Stadion Gelora Bung Tomo direnovasi pada tahun 2019 - 2020 untuk penyelenggaraan Piala Dunia U-20 2023.

Kontroversi

Pertandingan

Dalam perjalanan sejarahnya, Persebaya beberapa kali mengalami kejadian kontroversial. Saat menjuarai Kompetisi Perserikatan musim 1987/88, Persebaya pernah memainkan pertandingan yang terkenal dengan istilah Sepak Bola Gajah karena mengalah kepada Persipura Jayapura 0-12,[16] untuk menyingkirkan saingan mereka PSIS Semarang yang pada kompetisi musim 1986–87 mengalahkan Persebaya di pertandingan final. Taktik ini setidaknya membawa hasil dan Persebaya berhasil menjadi juara perserikatan musim 1987/88 dengan mengalahkan Persija 3-2 di pertandingan final.[17]

Pada Liga Indonesia musim 2002, Persebaya melakukan aksi mogok tanding saat menghadapi PKT Bontang dan diskors pengurangan nilai. Kejadian tersebut menjadi salah satu penyebab terdegradasinya Persebaya ke Divisi I. Tiga tahun kemudian atau pada Liga Indonesia musim 2005, Persebaya menggemparkan publik sepak bola nasional saat mengundurkan diri pada babak delapan besar sehingga memupuskan harapan PSIS Semarang dan PSM Makassar untuk lolos ke final. Atas kejadian tersebut Persebaya diskors 16 bulan tidak boleh mengikuti kompetisi Liga Indonesia. Namun, skorsing diubah direvisi menjadi hukuman degradasi ke Divisi I Liga Indonesia.

Dualisme

Pada musim 2009/2010 merupakan awal mula Dualisme Persebaya Surabaya. Persebaya Surabaya (PT Persebaya Indonesia) mengalami degradasi ke Divisi Utama akibat dipaksa melakukan pertandingan ulang sebanyak 3 kali melawan Persik Kediri dengan tempat yang berbeda yaitu di Kediri, Yogyakarta,[18] dan Palembang.[19] Pada pertandingan ulang ketiga pihak Persebaya menolak melakukan pertandingan ulang, pihak manajemen tidak terima dan tidak mau ikut kompetisi Divisi Utama kemudian mengikuti liga independen "Liga Primer Indonesia" dari sebelumnya bernama Persebaya Surabaya (PT Persebaya Indonesia) diubah menjadi Persebaya 1927 (PT Persebaya Indonesia).

Memanfaatkan slot Persebaya di Divisi Utama musim selanjutnya, Wisnu Wardhana mengambil alih Persikubar Kutai Barat dan mendaftarkannya sebagai Persebaya untuk mengikuti Kompetisi Divisi Utama. Walaupun menyandang nama resmi Persebaya, tim bentukan Wisnu Wardhana tersebut tidak terlalu mendapat tempat di hati Bonek (Suporter Persebaya), mereka lebih setia untuk mendukung Persebaya "asli" yang terpaksa mengganti nama mereka menjadi Persebaya 1927 akibat dualisme kompetisi, dan Liga Primer Indonesia tidak diakui sebagai kompetisi resmi PSSI.

Persikubar Kutai Barat yang diambil Wisnu Wardhana dan diubah nama menjadi Persebaya Surabaya (kini Bhayangkara FC) untuk bisa mengikuti Liga Indonesia, kemudian berhasil promosi kembali ke Liga Super Indonesia pada musim 2014. Kemudian pada musim 2015 sayangnya liga diberhentikan setelah tidak diakui oleh Pemerintah dan kemudian Indonesia di sanksi oleh FIFA.

Pada musim 2015, Persebaya 1927 (PT Persebaya Indonesia) memenangkan gugatan hak paten nama dan logo Persebaya,[20] sehingga secara otomatis legalitas Persebaya Surabaya adalah dibawah PT. Persebaya Indonesia. Hal ini mengakibatkan Persebaya Surabaya versi Wisnu Wardhana harus mengubah nama menjadi Bonek FC. Setahun kemudian, Bonek FC kembali mengubah nama menjadi Surabaya United atas desakan Bonek yang tidak mau namanya dipakai untuk klub yang tidak merepresentasikan mereka (Bonek tetap setia mendukung Persebaya 1927).

Pada musim 2016 Surabaya United melakukan merger dengan PS Polri dan kemudian kembali mengubah namanya menjadi Bhayangkara Surabaya United dan berlanjut sampai dengan mengikuti kompetisi Indonesia Soccer Championship, di paruh kedua kompetisi tepat pada bulan Mei 2016 Polri resmi membeli 100% saham Bhayangkara Surabaya United dan menghapus nama belakang klub sehingga sekarang bernama Bhayangkara FC, pada bulan yang sama hasil rapat Exco yang digelar di Solo, Persebaya 1927 disahkan kembali sebagai anggota PSSI dan akan disahkan pada Kongres Luar Biasa (KLB) di Makassar dan akan diperbolehkan mengikuti kompetisi kembali dengan memulai dari Divisi Utama musim 2017 (sekarang dikenal dengan nama Liga 2). Namun, pada kongres PSSI yang dilakukan di Jakarta pada 10 November 2016 membatalkan agenda pengesahan tersebut. Ketua PSSI terpilih, Edy Rahmayadi menjanjikan akan menyelesaikan permasalahan Persebaya pada kongres selanjutnya di Bandung.

Sesuai hasil kongres PSSI di Bandung, Persebaya Surabaya kembali memulai kompetisi di level kedua yaitu di Liga 2 musim 2017, dan langsung berhasil menjadi juara dengan mengalahkan PSMS Medan di final, lalu promosi ke Liga 1.

Pada pada musim kompetisi level tertinggi di tahun 2018 Persebaya berhasil menduduki peringkat 5 di klasemen akhir Liga 1.

Pada jeda kompetisi, sambil menunggu Kompetisi Liga 1 2019 digulirkan, Persebaya mengikuti turnamen pramusim Piala Presiden 2019, dan berhasil menjadi runner-up.[21]

Antem

Persebaya memiliki Antem atau lagu kebanggaan yang berjudul Song for Pride. Antem tersebut biasanya dikumandangkan di stadion ketika pertandingan kandang Persebaya akan dimulai dan setelah pertandingan berakhir.[22]

Manajemen & staff pelatih

Daftar pelatih dari masa ke masa

Dari musim 1987-sekarang

Nama Dari Sampai Prestasi
Indonesia Rusdy Bahalwan 1987 1993 Liga Indonesia 1996-1997
Indonesia Mudayat 1993 1995
Bulgaria Aleksandar Kostov 1995 1996
Indonesia Rusdy Bahalwan 1996 1999
Indonesia Riono Asnan 1999 1999
Brasil Jacksen F. Tiago 1999 2000
Indonesia Rudy William Keltjes 2000 2001
Indonesia Rusdy Bahalwan 2001 2002
Indonesia M. Zein Alhadad 2002 2003 Divisi 1 2003
Brasil Jacksen F. Tiago 2003 2005 Liga Indonesia 2004
Indonesia Freddy Muli 2005 2006
Brasil Gildo Rodriguez 2006 2006
Serbia Dejan Antonić 2006 2007 Divisi 1 2006
Indonesia Ibnu Grahan 2007 2007
Indonesia Suhatman Imam 2007 2007
Indonesia Freddy Muli 2008 2008
Moldova Arcan Iurie 2008 2008
Indonesia Aji Santoso 2008 2008
Indonesia Danurwindo 2009 2010
Indonesia Rudy William Keltjes 2010 2010
Indonesia Aji Santoso 2010 2011
Portugal Divaldo Alves 2011 2012
Indonesia Ibnu Grahan 2012 2013
Brasil Fabio Oliveira 2013 2013
Tidak aktif 2013 2016
Indonesia Iwan Setiawan 2017 2017 Piala Dirgantara 2017
Argentina Alfredo Vera 2017 2018 Liga 2 2017
Indonesia Djajang Nurjaman 2018 2019
Austria Wolfgang Pikal 2019 2019
Indonesia Aji Santoso 2019 2023 Liga 1 2019
Piala Gubernur Jatim 2020
Spanyol Josep Gombau 2023 2023
Indonesia Uston Nawawi 2023 2024
Irlandia Utara Paul Munster 2024 sekarang

Informasi Pemain

Daftar Pemain Persebaya Surabaya di Liga 1 Indonesia Musim 2023/2024

Per 11 Agustus 2024 2024.[25]

Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat memiliki lebih dari satu kewarganegaraan non-FIFA.

No. Pos. Negara Pemain
1 GK Indonesia IDN Lalu Rizki
21 GK Indonesia IDN Ernando Ari
52 GK Indonesia IDN Andhika Ramadhani
64 GK Indonesia IDN Aditya Arya
42 DF Indonesia IDN Arief Catur
3 DF Indonesia IDN Ardi Idrus
15 DF Montenegro MNE Slavko Damjanović
18 DF Indonesia IDN Randy Hanson
23 DF Indonesia IDN Kadek Raditya
25 DF Indonesia IDN Mikael Tata
32 DF Indonesia IDN Riswan Lauhin
- DF Curaçao CUW Darryl Lachman
6 MF Portugal POR Gilson Costa
7 MF Meksiko MEX Francisco Rivera
No. Pos. Negara Pemain
8 MF Indonesia IDN Andre Oktaviansyah
30 MF Negara Palestina PLE Mohammed Rashid
96 MF Indonesia IDN Muhammad Hidayat
36 MF Indonesia IDN Ripal Wahyudi
68 MF Indonesia IDN Toni Firmansyah
9 FW Indonesia IDN Rizky Dwi Pangestu
99 FW Brasil BRA Bruno Moreira (kapten)
17 FW Portugal POR Flavio Silva
27 FW Indonesia IDN Oktafianus Fernando
28 FW Indonesia IDN Alfan Suaib
77 FW Indonesia IDN Kasim Botan
79 FW Indonesia IDN Malik Risaldi

Nomor yang Dipensiunkan

Nomor 19 secara resmi dipensiunkan klub Persebaya sebagai tanda penghormatan kepada Eri Irianto, pemain Persebaya yang meninggal dunia ketika bertanding melawan PSIM Yogyakarta pada 3 April 2000.[26][27][28]

Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat memiliki lebih dari satu kewarganegaraan non-FIFA.

No. Pos. Negara Pemain
19 MF Indonesia IDN Eri Irianto (1998-2000)

Suporter

Bonek di Stadion Gelora Bung Tomo pada lanjutan pertandingan Liga 1 ketika melawan Arema FC, 6 Mei 2018.
Berkas:Koreo Bonek 2018.jpg
Koreografi yang ditampilkan oleh Bonek pada pertandingan persahabatan antara Persebaya vs PSIS, 2018.

Bonek akronim dari Bondho Nekat adalah nama sebutan untuk pendukung Persebaya. Bonek juga merupakan salah satu kelompok suporter sepak bola terbesar dan terkenal fanatik di Indonesia.[29][30]

Rivalitas

Persebaya merupakan salah satu klub tertua di Indonesia yang memiliki lawan-lawan tradisional sejak era perserikatan seperti Persija Jakarta, PSIS Semarang, Persib Bandung dan PSM Makassar, selain itu Persebaya juga memiliki rivalitas dengan tensi pertandingan yang tinggi yang disebut Derbi Super Jawa Timur yaitu ketika bertanding melawan Arema Malang yang sekarang bertransformasi menjadi Arema FC dan Arema Indonesia.[31]

Prestasi

Persebaya telah meraih banyak piala dan prestasi khususnya diperingkat nasional, berikut beberapa daftar prestasi Persebaya.

Nasional
Kompetisi Titel Musim
Perserikatan/Liga Indonesia 6 1951, 1952, 1978, 1987/88, 1996-97, 2004[32]
Divisi Satu/Liga 2 3 2003, 2006, 2017
Piala Utama 1 1990
Piala Jusuf (Makassar) 1 1970
Piala Surya (Surabaya) 3 1975, 1976, 1977
Piala Tugu Muda (Semarang) 1 1989
Piala Persija 1 1988
Piala Gubernur Jatim 2 2006, 2020
Piala Dirgantara 1 2017
Internasional
Kompetisi Titel Musim
Unity Cup 1 2011[33]

Kompetisi internasional

Kompetisi AFC

Kompetisi Musim Pencapaian
Piala Champions Asia/Liga Champions AFC 1997-98 Putaran pertama
2005 Babak grup
Piala Winners Asia 1999-2000 Putaran kedua

Musim

Klasemen Liga 1 2022–2023

Pos Tim Main M S K MG KG SG Poin Kualifikasi atau degradasi
1 Borneo Samarinda 10 6 3 1 16 6 +10 21 Kualifikasi Play-off Liga Champions AFC 2025–26
2 Persebaya 10 6 3 1 9 5 +4 21 Kualifikasi Play-off Liga Challenge AFC 2025–26
3 Persib 10 5 5 0 18 8 +10 20
4 Bali United 10 6 2 2 16 8 +8 20
5 Persija 10 5 3 2 15 9 +6 18
Per pertandingan yang dimainkan pada 6 November 2024. Sumber: Liga 1 2024–25
Kriteria penentuan peringkat: 1) Poin; 2) Poin head-to-head; 3) Selisih gol head-to-head; 4) Gol yang dicetak head-to-head; 5) Selisih gol; 6) Gol yang dicetak; 7) Poin fair-play; 8) Undian.

Lihat juga

Catatan

  1. ^ Untuk kompetisi Liga Super Indonesia 2009–2010
  2. ^ Untuk kompetisi Piala Indonesia 2010
  3. ^ Untuk kompetisi Liga Prima Indonesia 2012
  4. ^ Apparel Adidas merupakan sponsor liga sekaligus supplier jersi tunggal kontestan Liga Indonesia pada waktu itu, jadi semua tim merk jersinya sama hanya templat dan warnanya yang berbeda.
  5. ^ Persebaya pakai jersey buatan sendiri. bola.net. Diakses tanggal 1/10/2019.

Referensi

  1. ^ Gus/C17/Ali (17/12/2020). Rohman, Ainur, ed. "Renovasi Tuntas, Kapasitas GBT Berkurang dan Belum Akan Disewakan". JawaPos.com. 
  2. ^ "Para bos dibelakang klub sepak bola di Liga 1". tirto.id. Diakses tanggal 1/10/2019. 
  3. ^ "Persebaya Ganti Nama Menjadi Persebaya 1927". detikcom. Diakses tanggal 1/10/2019. 
  4. ^ "Persebaya kembali diakui oleh PSSI". beritasatu.com. Diakses tanggal 30/09/2019. 
  5. ^ Mengenal Pamoedji, Sosok Pendiri Persebaya (Video). Surabaya: CNN Indonesia. 08/09/2015. Berlangsung pada 3:21. Diakses tanggal 04/03/2021. 
  6. ^ "Enam alasan mengapa Persebaya layak diperjuangkan". emosijiwaku.com. Diakses tanggal 1/10/2019. 
  7. ^ "Pamoedji, Visioner Pendiri Persebaya Surabaya". suarasurabaya.net. 2 September 2016. Diakses tanggal 26/05/2022. 
  8. ^ "Sejarah PSSI". pssi.org. Diakses tanggal 26-06-2021. 
  9. ^ a b F.S, Miftakhul, ed. (17 Januari 2017). "Lintasan Sejarah Kiprah Tionghoa di Persebaya". JawaPos.com. Diakses tanggal 29-06-2021. 
  10. ^ "Sejarah Persebaya dan Bonek Mania". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-27. Diakses tanggal 2022-06-05. 
  11. ^ Ashari, Hasyim. "Telisik Sejarah Klub Persebaya Surabaya, Berdiri sejak Masa Hindia Belanda". Celebrities.id. Diakses tanggal 2023-05-28. 
  12. ^ "Indonesia 1994-1995". RSSSF. 2009. Diakses tanggal 26-06-2021. 
  13. ^ "Divisi Satu Liga Indonesia 2003". Sejarah Persebaya.com. 03 Juli 2003. Diakses tanggal 26-06-2021. 
  14. ^ "Drama Perburuan Juara Liga Indonesia 2004". bola.com. 19 Mei 2020. Diakses tanggal 26-06-2021. 
  15. ^ (Indonesia) Detik Surabaya: Gelora Bung Tomo Diresmikan, Lalu Lintas Macet
  16. ^ Sepak bola gajah persebaya untuk selamatkan NKRI. emosijiwaku.com. Diakses tanggal 1/10/2019.
  17. ^ Prasetyo, Hery, ed. (26/03/2011). "Persebaya 1987-88, Juara dengan Sepak Bola Gajah". Kompas.com. Diakses tanggal 03 Mar 2022. 
  18. ^ Persebaya tuntuk kemenangan WO atas Persik. tempo.co. Diakses tanggal 1/10/2019.
  19. ^ Persik menang WO atas Persebaya. antaranews.com. Diakses tanggal 1/10/2019.
  20. ^ PT. Persebaya Indonesia menangkan hak atas Persebaya Surabaya. goal.com. 30 Juni 2016. Diakses tanggal 1/10/2019.
  21. ^ Vidi, Adyaksa (2019-04-13). Triyadi, Bogi, ed. "Gagal di Piala Presiden 2019, Persebaya Siapkan Langkah Strategis". Liputan6.com. Diakses tanggal 2019-07-14. 
  22. ^ "Song for Pride: Antara cinta, kebanggaan, kreativitas dan loyalitas". Greennord27.com. 07 Desember 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-10-24. Diakses tanggal 14/06/2019. 
  23. ^ "FABD appoints new technical director". Borneo Bulletin. 18 August 2022. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 December 2022. Diakses tanggal 18 August 2022. 
  24. ^ "Persebaya kedatangan pelatih fisik baru". Diakses tanggal 20 Juni 2019. 
  25. ^ "Tim Persebaya". Persebaya.id. 10 Agustus 2024. Diakses tanggal 11/08/2024. 
  26. ^ "Eri Irianto, Sang Nomor 19 yang Abadi". Football Tribe Indonesia (dalam bahasa Inggris). 2019-04-04. Diakses tanggal 2019-07-14. 
  27. ^ "Eri Irianto, Pemilik Tendangan Geledek yang Gugur di Medan Perang". Football5star Berita Bola. 2019-04-16. Diakses tanggal 2019-07-14. 
  28. ^ "Keluarga Berterima Kasih, Nomor 19 Selamanya untuk Eri Irianto". www.persebaya.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-07-14. 
  29. ^ "4 Kelompok Suporter Klub Indonesia yang Menciptakan 2 Kutub Panas". bola.com. 2 Mei 2020. Diakses tanggal 24/06/2021. 
  30. ^ Ragil (6 Mei 2018). "Koreo Top Bonek saat Persebaya vs Arema Curi Perhatian Dunia". JPNN.com. Diakses tanggal 29-06-2021. 
  31. ^ "Super Derby Jatim, Arema FC vs Persebaya". Indosport.com. 6 November 2021. Diakses tanggal 17-12-2021. 
  32. ^ Bola.com. "5 Klub Indonesia dengan Gelar Juara Terbanyak dari Era Perserikatan, Galatama, hingga Liga 1". bola.com. Diakses tanggal 2022-05-28. 
  33. ^ Persebaya juara Unity Cup. kompas.com. Diakses tanggal 1/10/2019.

Pranala luar