Pringsurat Gunungkidul
DATA GEOGRAFIS
a. Lokasi dan Luas Padukuhan
Padukuhan Pringsurat terletak di Kalurahan Ngloro, Kapanewon Saptosari, Kabupaten Gunungkidul. Padukuhan Pringsurat terdiri dari 1 RW dan 4 RT dengan luas wilayah yang terdiri dari 566,906 m2 tanah tegalan, 368,237 m2 tanah pemukiman dan tanah pekarangan sekitar 65,642 m2.
b. Luas Wilayah
Padukuhan Pringsurat memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah Utara : Dusun Karangnongko
- Sebelah Timur : Desa Kepek
- Sebelah Selatan : Desa Kanigoro
- Sebelah Barat : Desa Krambisawit
Adapun peta dari Padukuhan Pringsurat adalah sebagai berikut :
c. Jarak Wilayah
Padukuhan Pringsurat dapat ditempuh dengan waktu 13 menit dengan jarak ±3,9 km dari Kantor Kecamatan Saptosari
SEJARAH
Padukuhan Pringsurat merupakan Padukuhan yang terletak di Kalurahan Ngloro, Kapanewon Saptosari, Kabupaten Gunungkidul. Menjadi salah satu dari 6 Padukuhan yang ada di Ngloro, Padukuhan Pringsurat memiliki letak geografis yang cukup unik karena terdapat dua wilayah yaitu zona selatan (Pringsurat RT 26 dan 27) dan utara (Batur RT 24 dan 25) yang terpisah oleh 2 padukuhan yaitu Padukuhan Gebang dan Tekik.
Sejarah Padukuhan Pringsurat dan Batur diwarnai dengan cerita turun-temurun yang menarik. Wilayah Batur diyakini lebih tua daripada Pringsurat, karena sejak dulu Batur sudah menjadi permukiman yang mapan dan merupakan wilayah tertua di Kalurahan Ngloro. Pringsurat sendiri merupakan perluasan dari wilayah Batur.
Pada masa lampau, nama-nama desa sering kali diambil dari keadaan atau peristiwa yang terjadi di wilayah tersebut. Demikian pula dengan asal usul nama Pringsurat. Nama “Pringsurat” berasal dari seorang tokoh bernama Ki Loro, yang berperan penting dalam menyebarkan syiar agama Islam di wilayah Gunungkidul. Bersama dengan tiga muridnya, Ki Loro memulai perjalanannya dengan singgah pertama kali di wilayah Batur, tepatnya di RT 24 dan 25. Nama Batur sendiri berasal dari kata “babagan pitutur," yang bermakna nasihat atau petuah. Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan ke arah selatan yang kini dikenal sebagai Pringsurat RT 26 dan 27.
Ketika mereka berada di wilayah Pringsurat, Ki Loro menemukan secarik kertas dengan tulisan aksara Jawa yang berada di dalam serumpun bambu. Penemuan ini memiliki makna penting bagi Ki Loro dan para pengikutnya. Karena peristiwa tersebut, wilayah ini kemudian dinamakan "Pringsurat," yang berasal dari dua kata: "pring" yang berarti bambu, dan "surat" yang merujuk pada secarik kertas yang ditemukan.
Dengan demikian, terbentuklah wilayah Padukuhan Pringsurat, yang namanya terinspirasi dari penemuan tersebut. Kejadian ini diyakini terjadi pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, menjadikannya bagian dari sejarah lokal yang dihormati hingga kini. Meskipun terdapat dua wilayah, yakni Pringsurat dan Batur, nama padukuhan yang terdaftar secara resmi adalah Padukuhan Pringsurat.
Di Padukuhan Pringsurat juga terdapat 11 rumah adat joglo yang megah, 101 rumah limasan dengan desain khas yang harmonis, dan 76 rumah kampung yang sederhana namun sarat makna. Semua rumah adat ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai lambang keaslian dan kekayaan budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi. Joglo yang megah dengan atapnya yang menjulang, limasan dengan struktur yang unik, dan kampung dengan nuansa tradisionalnya, semuanya berdiri kokoh sebagai saksi perjalanan sejarah dan tradisi masyarakat setempat. Upaya ini memperkuat ikatan sosial di antara warga dan memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga dan menghargai kekayaan budaya yang telah lama ada.
STRUKTUR & SEJARAH PEMERINTAHAN PADUKUHAN
a. Struktur Administrasi Padukuhan
Padukuhan Pringsurat memiliki struktur organisasi sebagai berikut :
- Kepala Dukuh : Suhadi
- Ketua RW 06 : Sudarmanto
- Ketua RT 24 : Badriyanto
- Ketua RT 25 : Widodo
- Ketua RT 26 : Suramin
- Ketua RT 27: Sudirin
Struktur kepengurusan masjid yang ada di Padukuhan Pringsurat ada Musholla yang terbagi dalam 4 RT adalah sebagai berikut :
- Mushola : Al-Muttaqin RT 27
- Takmir : Hadi Wiyono
- Mushola : Nurul Inayah
- Takmir : Suyitno
b. Sejarah Pemerintahan Padukuhan
Kepala Padukuhan Pringsurat dari masa ke masa:
- 1987-2021 : Suparno
- 2021-sekarang : Suhadi
KONDISI SOSIAL
Berdasarkan data terbaru tahun 2022, jumlah penduduk di padukuhan ini mencapai 431 jiwa. Dari data tersebut, tercatat laki-laki berjumlah 223 jiwa, sementara perempuan berjumlah 208 jiwa dan jumlah kepala keluarga sebanyak 139. Dengan jumlah populasi tersebut juga menunjukkan gambaran pendidikan yang cukup bervariasi di kalangan warganya.
Sebanyak 168 orang dari total penduduk belum memulai pendidikan formal, hal tersebut mencerminkan berbagai faktor pemicu, mulai dari keterbatasan akses hingga kebutuhan ekonomi keluarga. Sementara itu, untuk pendidikan dasar terdapat 113 warga yang telah menyelesaikan pendidikan di tingkat Sekolah Dasar (SD). Angka ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk telah memperoleh pendidikan dasar yang merupakan pondasi penting untuk pendidikan lebih lanjut. Pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SLTP), sebanyak 72 orang telah menyelesaikan pendidikan mereka. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar anak usia sekolah telah melanjutkan pendidikan mereka setelah SD, meskipun ada juga sejumlah kecil yang mungkin terhambat untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya. Tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SLTA) mencatatkan 35 orang yang telah menyelesaikan pendidikan mereka di jenjang ini. Jumlah ini relatif kecil jika dibandingkan dengan tingkat pendidikan sebelumnya, menunjukkan adanya kemungkinan tantangan dalam melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, baik dari segi finansial maupun akses. Di tingkat perguruan tinggi, terdapat 20 orang yang berhasil melanjutkan studi mereka hingga ke jenjang pendidikan tinggi. Ini mencerminkan adanya aspirasi dan upaya dari sebagian penduduk untuk mencapai pendidikan yang lebih tinggi meskipun jumlahnya tidak begitu besar.
Selain aktivitas ekonomi, masyarakat Padukuhan Pringsurat aktif dalam berbagai kegiatan budaya dan keagamaan. Mereka rutin mengadakan Sholawatan dan Hadroh, yang merupakan bagian penting dari tradisi keagamaan setempat. Kegiatan budaya lainnya meliputi perayaan Suronan, yang merupakan bagian dari perayaan tahun baru Jawa, serta Mauludan peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW. Mujahadah dan Yasinan juga menjadi kegiatan rutin, dimana masyarakat berkumpul untuk berdoa dan membaca Yasin sebagai bentuk ibadah dan permohonan kepada Allah SWT untuk kehidupan yang lebih baik. Pengajian secara berkala turut memperkuat pemahaman agama dan keharmonisan komunitas. Kegiatan-kegiatan ini mencerminkan kekuatan tradisi dan kekompakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Padukuhan Pringsurat.
POTENSI SUMBER DAYA ALAM
Potensi sumber daya alam yang dimanfaatkan oleh masyarakat Pringsurat berupa tanaman jagung, singkong, kacang dan tanaman palawija lainnya.
SARANA & PRASARANA
a. Ruang Terbuka
Kebutuhan ruang terbuka di Padukuhan Pringsurat telah tercukupi dan memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Ruang terbuka seperti lapangan dan pekarangan rumah menciptakan suasana yang nyaman dan mendukung interaksi sosial. Pada kebutuhan ruang bersama untuk berkumpul dan berinteraksi di Padukuhan Pringsurat menggunakan balai padukuhan dan rumah dukuh.
b. Fasilitas Ibadah
Mayoritas penduduk di Padukuhan Pringsurat beragama Islam dan terdapat fasilitas ibadah terdiri dari 2 mushola. Masing-masing mushola di Padukuhan Pringsurat menjadi jantung peribadatan masyarakat, karena memang letak geografis Padukuhan Pringsurat yang terpisah oleh dua dusun.
c. Sampah
Penyelesaian masalah sampah di Padukuhan Pringsurat masih dilakukan dengan cara pembakaran. Sistem pengelolaan sampah belum terorganisir secara efektif, baik dalam pemisahan jenis sampah maupun dalam pengolahan lebih lanjut.