Lompat ke isi

Invasi Cirebon ke Banten (1650)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 27 Agustus 2024 08.51 oleh Dappitsberg (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi 'Pertempuran ini terjadi karena Kesultanan Banten tidak ingin takluk kepada Kesultanan Mataram {{Infobox military conflict | date = 22 Desember 1650 | place = Tangerang, Banten | result = Kemenangan Banten | partof = Perang Pacirebonan | combatants_header = | combatant1 = {{flagicon image|COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Katoenen_banier_met_Arabische_kalligrafie_TMnr_5663-1.svg}} Kesultanan Cirebon ---- Didukung oleh: {{flagicon|Kesultanan Mataram|22...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Pertempuran ini terjadi karena Kesultanan Banten tidak ingin takluk kepada Kesultanan Mataram

Invasi Cirebon ke Banten (1650)
Bagian dari Perang Pacirebonan
Tanggal22 Desember 1650
LokasiTangerang, Banten
Hasil Kemenangan Banten
Pihak terlibat

Kesultanan Cirebon


Didukung oleh:

Kesultanan Mataram Kesultanan Mataram
Kesultanan Banten Kesultanan Banten
Tokoh dan pemimpin
Ngabei Panjangjiwa  Menyerah
Pangeran Martasari
Kesultanan Mataram Amangkurat I
Kesultanan Banten Abu al-Mafakhir dari Banten
Kesultanan Banten Lurah Astrasusila
Kesultanan Banten Demang Narapaksa
Kesultanan Banten Demang Wirapaksa
Kekuatan
60 kapal 50 kapal
Korban
50-59 kapal dirampas tidak ada

Pertempuran

[sunting | sunting sumber]

terjadi pergerakan 60 kapal layar tampak menuju Pelabuhan Tanara. Senapati atau pemimpinnya adalah Ngabei Panjangjiwa yang menyertainya adalah Pangeran Martasari, sebagaimana dikisahkan pada "Disintegrasi Mataram : Dibawah Amangkurat I" dari H.J. De Graaf.

Sebaliknya, pihak Banten mengirimkan sebuah armada yang terdiri atas 50 kapal.Banyak punggawa lainnya juga turut serta. Sultan berjanji akan memberi hadiah dua ribu rial, dan sehelai kampuh (kain kebesaran) apabila tercapai kemenangan.

Setiba di Tanara, Astrasusila menunggu sambil bersembunyi di Tanjung Gede, kedua pemimpin lainnya di Muara Pasiliyan. Pada pagi hari orang Cirebon berdayung memasuki pelabuhan Tanara. Ngabei Panjangjiwa membuang senjatanya dan menyerah kepada Demang Wirapaksa.

Ia dikirim kepada Sultan, yang mengampuninya. Ketika orang Cirebon lainnya melihat senjata - senjata sedang terapung, belum mengerti mereka bahwa Panjangjiwa tanpa sedikit perlawanan pun telah menyerah. Mereka diserang secara tiba - tiba oleh Astrasusila dan dua orang demang.

Hanya satu kapal yang selamat, di bawah pimpinan Martasari, sedangkan 50 kapal dapat dirampas. Para awak kapal tidak melawan, dibelenggu, dan diturunkan di padang Sumur Angsana. Di sana mereka semua dibunuh, sekalipun mereka minta ampun. Kepala dari jasad yang sudah meninggal mereka dikirim ke Surosowan (Banten).

Peristiwa tragis ini terjadi pada hari ketiga puluh bulan Ramadan. Pada hari Lebaran para prajurit kembali ke Banten. Bulan Ramadan tanggal 30 ini jatuh pada tanggal 22 Desember tahun 1650, dimana hari Lebaran Idul Fitri jatuh pada hari berikutnya.



Referensi

[sunting | sunting sumber]