Lompat ke isi

Leukopenia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 5 September 2024 10.30 oleh Dian (WMID) (bicara | kontrib) (copy-edit)

Leukopenia adalah kondisi medis yang ditandai oleh penurunan jumlah sel darah putih (leukosit) dalam darah, yang berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk infeksi virus seperti HIV, gangguan autoimun seperti lupus, kanker yang mempengaruhi sumsum tulang, dan efek samping dari pengobatan tertentu seperti kemoterapi atau radiasi. Sel darah putih adalah komponen penting dari sistem kekebalan tubuh, yang bertanggung jawab untuk melawan infeksi dan penyakit. Ketika jumlah sel darah putih turun di bawah tingkat normal, itu dapat melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan patogen, membuat individu lebih rentan terhadap infeksi. Maka, leukopenia dapat dikatakan sebagai suatu kondisi yang ditandai dengan rendahnya jumlah sel darah putih yang dapat melemahkan respon imun tubuh. Memahami penyebab, gejala, diagnosis, pilihan pengobatan, dan strategi pencegahan yang terkait dengan leukopenia sangat penting untuk mengelola kondisi medis ini secara efektif.[1]

Penyebab

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan leukopenia, seperti: kemoterapi dan terapi radiasi dapat menekan fungsi sumsum tulang, di mana sel darah putih diproduksi, yang menyebabkan leukopenia. Lalu, Infeksi Virus tertentu seperti HIV, hepatitis, dan influenza, dapat langsung menyerang sel darah putih atau mengganggu produksinya. Kondisi seperti lupus dan rheumatoid arthritis dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh salah menargetkan dan menghancurkan sel darah putih. Beberapa obat, termasuk antibiotik, antikonvulsan, dan diuretik, dapat menyebabkan leukopenia sebagai efek samping. Penyakit seperti anemia aplastik dan sindrom mielodisplastik dapat mengganggu kemampuan sumsum tulang untuk memproduksi sel darah putih dalam jumlah yang cukup.[2]

Secara umum, faktor risiko leukopenia mempengaruhi produksi, distribusi, atau kelangsungan hidup sel darah putih. Berikut adalah uraian faktor-faktor risiko pasien bisa terkena leukopenia:

  • Terpapar radiasi atau bahan kimia beracun yang berpengaruh pada darah
  • Kekurangan nutrisi
  • Penyakit sumsum tulang
  • Penyakit autoimun
  • Penggunaan obat-obatan yang berpotensi menimbulkan efek samping kerusakan sumsum tulang sehingga produksi sel darah putih menurun.
  • Infeksi virus
  • Kondisi genetik

Gejala

Gejala leukopenia dapat bervariasi, tergantung pada tingkat keparahan kondisinya seperti: infeksi yang sering karena respon imun yang lemah, orang dengan leukopenia dapat mengalami infeksi berulang. Gejala lainnya yaitu kelelahan yang menyebabkan jumlah sel darah putih yang rendah.Infeksi dapat menyebabkan demam terus-menerus atau berulang serta sariawan yang dapat berkembang lebih sering pada orang yang memiliki leukopenia[3]

Pencegahan

Meskipun tidak semua penyebab leukopenia dapat dicegah, ada beberapa strategi umum yang dapat diikuti  untuk mendukung kesehatan kekebalan tubuh secara keseluruhan. Pertahankan pola makan yang sehat dengan cara makan-makanan seimbang yang kaya buah-buahan, sayuran, protein tanpa lemak, dan biji-bijian dapat membantu mendukung fungsi kekebalan tubuh. Lalu, menjaga kebersihan dengan cara mencuci tangan secara teratur dan menjaga kebersihan yang tepat dapat mengurangi risiko infeksi. Selain itu, menghindari orang yang sakit dengan cara membatasi paparan pada orang yang sakit bisa memungkinkan dapat membantu mencegah infeksi yang  dapat membahayakan fungsi kekebalan tubuh, mencuci bersih makanan seperti sayuran dan buah-buahan sebelum dikonsumsi, rutin memeriksakan kondisi kesehatan, menghindari luka atau sayatan pada tubuh, dan memastikan cukup istirahat setiap harinya.

Referensi

  1. ^ Halodoc. "Leukopenia - Gejala, Penyebab, dan Pengobatan". halodoc. Diakses tanggal 2024-05-15. 
  2. ^ "Leukopenia, Kenali 9 Penyebab Turunnya Sel Darah Putih dalam Tubuh". Alodokter. 2017-10-27. Diakses tanggal 2024-05-15. 
  3. ^ Halodoc, Redaksi. "Gejala Kadar Leukosit Rendah yang Perlu Diwaspadai". halodoc. Diakses tanggal 2024-05-15.