Kalung lencana
Kalung lencana atau kalung lencana tarekat adalah rantai perhiasan leher yang kerap dibuat dari emas dan email, bertatahkan ratna mutu manikam, dan disangsangkan di sekeliling leher sebagai tanda keanggotaan tarekat aswasada. Kalung lencana adalah salah satu jenis kalung jabatan, peranti paling mentereng yang tercipta dari fenomena keberseragaman yang marak pada Abad Pertengahan dan Awal Zaman Modern. Tarekat-tarekat yang memiliki beberapa jenjang keanggotaan sering kali menjadikan kalung lencana sebagai atribut khusus untuk jenjang kepangkatan tertinggi (biasanya disebut Salib Kebesaran). Kalung lencana terbuat dari lempengan-lempengan yang dirangkai menyerupai pending dan biasanya dihiasi lambang-lambang tarekat, sementara lencana tarekat biasanya dijadikan bandulnya. Kadang-kadang lencana tersebut diberi nama menurut gambar yang terpampang; sebagai contoh, lencana Tarekat Sabuk Mojah dinamakan "Georgius" lantaran memuat gambar bendera Santo Georgius.
Sejarah
Sebuah tradisi Abad Pertengahan: Tarekat Kalung Lencana (abad ke-14)
Tarekat-tarekat aswasada perdana adalah tarekat-tarekat tentara salib. Sebagai ciri khasnya, tarekat-tarekat ini menjahitkan salib dari kain beledu merah, hijau, atau hitam pada mantel anggotanya. Kemudian hari, anggota tarekat-tarekat aswasada menggunakan cincin, tekat gambar naga, bahkan sabuk mojah sebagai ciri khas tarekatnya. Menjelang akhir Abad Pertengahan, kaum kesatria berkuda kian menonjolkan lambang tarekatnya masing-masing, manakala medali, salib, dan ratna mutu manikam berbentuk satwa mulai dicantolkan pada seuntai kalung yang disangsangkan mengelilingi leher dan disebut kalung jabatan.
Pada abad ke-14, Amadeus VI, Bupati Savoye (tahun 1343–1383) mendirikan Tarekat Kalung Lencana,[1] yang didarmabaktikan kepada Santa Perawan Maria.[1] Ciri khasnya yang paling utama dan yang paling tua adalah kalung lencananya. Bandul kalung lencana ini adalah sekeping medali emas berukir gambar peristiwa pewartaan kabar sukacita kepada Santa Perawan Maria oleh Malaikat Agung Gabriel. Medali ini dibingkai ukiran tiga simpul Savoye yang bertumpang-tindih dihiasi salib-salib bakung kecil, dan di pertengahan bagian atas bingkai, di antara dua simpul Savoye, terukir gambar seberkas cahaya beserta seekor burung merpati, lambang Roh Kudus, yang juga terbuat dari emas.
Lantaran sama-sama dijiwai oleh devosi kepada Santa Perawan Maria, kebiasaan mengenakan kalung lencana menyebar ke seluruh Eropa bersamaan dengan kebiasaan mengalungkan rosario di leher.[2]
Kalung lencana Suf Emas (tradisi abad ke-15)
Para kesatria beberapa tarekat aswasada Eropa mengenakan kalung lencana yang beraneka ragam. Kebiasaan mengenakan kalung lencana diprakarsai oleh Adipati Burgundia Philippe III. Kepada para kesatria aggota Tarekat Suf Emas, sang adipati memberikan lencana suf emas, yakni seuntai kalung dari "lempengan emas kerawang, bertatah tiruan rijang hitam dan rijang putih dari email, berbandul suf emas".[3]
Keterkaitan dengan Prancisː kalung lencana Santo Mikhael diciptakan pada tahun 1469
Kebiasaan ini diikuti Raja Prancis Louis XI ketika mendirikan Tarekat Santo Mikhael pada tahun 1469. Para kesatria anggota tarekat ini diberinya kalung lencana berupa rencengan cangkang simping. Yang paling terkenal adalah kalung lencana yang dianugerahkan sebagai tanda kehormatan kepada Raoul de Lannoy seusai perang pengepungan Quesnoy.[4] Panjang kalung dijadikan dua kali lipat panjangnya yang semula oleh Raja Prancis Charles VIII. Potret resmi pertama Raja Prancis yang mengenakan kalung lencana ini adalah potret Raja Louis XII pada tahun 1514. Sejak saat itu, semua Raja Prancis mengenakan kalung lencana Tarekat Santo Mikhael sampai tarekat itu dibubarkan pada tahun 1830.[5] Tarekat Pembebasan mengklaim sebagai penerus Tarekat Santo Mikhael pada tahun 1945 dan menciptakan kalung lencana sendiri, karya empu kriya emas Gilbert Poillerat,[6] yang dikenakan Presiden Charles de Gaulle dalam potret resminya, lantaran lebih menyukai salib Lotharingen pada kalung lencana tersebut daripada lambang-lambang pada Kalung Lencana Kebesaran Legiun Kehormatan.[7]
Karena Tarekat Santo Mikhael hanya beranggotakan kaum pria, Permaisuri Anne d'Autriche mendirikan Tarekat Kalung Lencana Samawi Rosario Suci pada tahun 1647 dengan bantuan kapelannya, padri Dominikan Prancis François Arnoul, sehingga sekali lagi membuktikan keterkaitan kalung lencana dengan rosario sebagai peranti devosi. Anggaran dasar tarekat baru tersebut erat dikaitkan dengan wejangan kepada lima puluh dara bertakwa dan sekalian jiwa budiman, demi memulihkan devosi kepada Bunda Maria dan menganjurkan kekudusan bagi kaum wanita yang berkiprah di lingkungan Gereja Katolik di Prancis.[8]
Tradisi yang menyebar ke Inggris: Raja Henry VIII dan kalung lencana Tarekat Sabuk Mojah (abad ke-16)
Sampai dengan masa pemerintahan Raja Henry VIII, Tarekat Sabuk Mojah, sama seperti tarekat-tarekat aswasada kenamaan yang terdahulu, tidak mengenal kalung lencana. Meskipun demikian, Raja Henry VIII ingin dipandang sejajar dalam segala hal dengan raja-raja Eropa Daratan, sebagaimana terjabar di dalam anggaran dasar yang ditandatangani Pejabat Pencatatan Tarekat pada tanggal 5 Januari 1508 dan dikirimkan kepada Kaisar Romawi Suci Maksimilianus I. Kalung lencana kesatria Sabuk Mojah yang ada sekarang ini, yakni rangkaian simpul-simpul emas dan sabuk-sabuk mojah bertimang emas yang membingkai mawar putih berlapik mawar merah, berasal dari zaman kulawangsa Tudor. Pada tahun 1672, antikuarius Inggris Elias Ashmole memaparkan perubahan kalung lencana Tarekat Sabuk Mojah dari bentuknya yang semula dijabarkan Raja Henry VIII, yaitu "seuntai kalung emas, bermata rantai menyerupai sabuk mojah dengan sekuntum mawar merah kirmizi, berbandul citra Santo Georgius".[9] Kebanyakan tarekat aswasada Inggris dewasa ini memiliki kalung lencana yang masih dikenakan pada kesempatan-kesempatan istimewa, yakni pada hari-hari kalung lencana. Tarekat Karya Bakti Istimewa, Tarekat Darmabakti, Tarekat Sahabat Kehormatan, dan Tarekat Karya Bakti Kekaisaran adalah pengecualiannya.
Kejayaan kalung lencana pada abad ke-18
Selepas abad ke-17, masa jaya kalung lencana pun berakhir. Kalung lencana hanya dikenakan dalam upacara-upacara kebesaran, sementara dalam kehidupan sehari-hari sudah tergantikan oleh pemakaian bintang yang disematkan di dada dan lencana yang dicantolkan pada pita. Banyak tarekat melanggengkan kebiasaan mengenakan kalung lencana, dan jika keanggotaan tarekat terbagi menjadi beberapa jenjang kepangkatan maka kalung lencana dijadikan atribut khusus bagi jenjang tertinggi. Pengecualian yang menonjol adalah Portugal.
Pada akhir abad ke-18, rata-rata tarekat aswasada Eropa hanya memiliki satu jenjang kepangkatan, yaitu kesatria berkuda, dan meskipun biasanya berkalung lencana, kini salib atau lencana mereka dicantolkan pada seutas pita yang dikalungkan di leher atau disampirkan di pundak kanan. Ketika tarekat-tarekat menjadi lebih demokratis, keanggotaannya pun mulai dibedakan menjadi beberapa jenjang kepangkatan, dan hanya jenjang tertinggi, yaitu "Kesatria Salib Kebesaran", yang mengenakan kalung lencana. Tarekat-tarekat Negeri Belanda tidak mengenal kalung lencana, tetapi beberapa tarekat Belgia, rata-rata tarekat Austria dan Prusia, serta beberapa tarekat Portugal memiliki kalung lencana. Di Portugal, semua anggota tarekat aswasada mengenakan kalung lencana, hanya saja kalung lencana Kesatria Salib Kebesaran dibuat jauh lebih mentereng.
Grand Collier de la Légion d'Honneur
Sejak permulaan abad ke-19, kalung lencana sudah dipakai sebagai tanda jabatan guru besar tarekat aswasada. Napoleon I memperkenalkan kalung lencana Grand Aigle (Elang Kebesaran) untuk menggantikan kalung lencana Salib Kebesaran sebagai tanda pangkat tertinggi di dalam Tarekat Legiun Kehormatan yang dibentuknya. Napoleon membagi-bagikan 15 kalung lencana emas tersebut kepada sanak saudara dan menteri-menteri besarnya. Kalung lencana Elang Kebesaran tidak bertahan sesudah Napoleon terjungkal dari tampuk kuasa, dan akhirnya dihapuskan pada tahun 1815. Napoleon juga memperkenalkan kalung lencana Grand Collier de la Légion d'Honneur yang merupakan Kalung Lencana Kebesaran pertama yang dikenakan di luar sebuah tarekat religius. Presiden Prancis mengenakan kalung lencana Tarekat Legiun Kehormatan. Dewasa ini, pangkat Kalung Lencana Kebesaran kerap diposisikan di atas pangkat Salib Kebesaran, dan dikhususkan bagi presiden serta para kepala negara asing sebagaimana yang dilakukan di negara Brasil.
Ilmu kebentaraan
Di bidang ilmu kebentaraan, sebagian besar anggota tarekat aswasada dibenarkan memampang kalung lencana tarekat pada lambang kebesarannya (jika yang bersangkutan memang berhak mengenakan kalung lencana). Sering kali ada aturan ketat mengenai cara memampang kalung lencana pada lambang kebesaran. Biasanya kalung lencana ditampilkan melingkari perisai, tetapi bisa juga sebagian kalung tersembunyi di balik perisai. Kadang-kadang hanya sebagian dari kalung beserta lencana yang ditampilkan menjuntai di bawah perisai.
Kalung-kalung lencana dari berbagai macam tarekat aswasada kadang-kadang ditampilkan bersama-sama pada kelengkapan, yakni melingkari perisai pada lambang kebesaran beberapa kepala negara monarki. Meskipun kelengkapan standar rata-rata menampilkan gambar kalung lencana tertentu, bukan berarti gambar kalung lencana lain (yang layak dikenakan si pemilik lambang kebesaran) tidak boleh dipampang atau menggantikan gambar tersebut. Beberapa kelengkapan kebesaran menampilkan lebih dari satu untai kalung lencana, sementara kelengkapan lain hanya menampilkan seuntai kalung lencana; Lambang kebesaran kepala negara Norwegia hanya menampilkan gambar kalung lencana Tarekat Santo Olaus melingkari perisai, sementara lambang kebesaran kepala negara Denmark menampilkan kalung lencana dari dua tarekat aswasada negara itu, yakni Tarekat Gajah dan Tarekat Dannebrog. Pada lambang kebesaran negara Swedia yang lebih besar, yang ditampilkan adalah kalung lencana Tarekat Serafim. Kalung lencana Tarekat Leopold juga ditampilkan pada lambang kebesaran nasional Belgia.
Akhir hayat penerima
Bilamana seorang anggota tarekat aswasada tutup usia, biasanya kalung lencana tidak ikut dikubur bersama jenazahnya, tetapi dapat dipajang beralaskan bantal di atas peti matinya (bersama tanda-tanda jasa dan kepangkatan lain yang pernah diterima mendiang) selama upacara duka berlangsung. Banyak tarekat aswasada mewajibkan pengembalian kalung lencana dan mungkin juga tanda-tanda kepangkatan lainnya kepada pihak berwenang yang menganugerahkannya bilamana anggota yang menerimanya sudah tutup usia. Sering kali tarekat aswasada mewajibkan tanda penghargaan itu dikembalikan secara langsung kepada tarekat oleh seorang kerabat laki-laki mendiang.
Tarekat yang menggunakan kalung lencana sebagai penanda jenjang kepangkatan tertinggi
Banyak tarekat juga menjadikan kalung sebagai perhiasan yang dikenakan saat menghadiri upacara-upacara resmi. Kalung lencana dikenakan oleh semua kesatria berkuda di dalam tarekat aswasada yang hanya memiliki satu jenjang kepangkatan, tetapi hanya dikenakan oleh kesatria-kesatria berkuda yang paling tinggi pangkatnya di dalam tarekat aswasada yang memiliki lebih dari satu jenjang kepangkatan. Meskipun demikian, di dalam beberapa tarekat, kalung lencana merupakan suatu pangkat tersendiri yang lebih tinggi daripada pangkat Kesatria Salib Besar, yaituː
Eropa
- Andora: Kalung lencana Tarekat Karel Agung
- Bulgaria:
- Wangsa Saksen-Koburg-Gota: Rantai BGrand and Lesser Chain of the Order of St. Alexander
- Republik Ceko: First Class with Collar of the Order of the White Lion (Recipients)
- Siprus: Grand Collar of the Order of Makarios III
- Estonia: Collar of the Order of the National Coat of Arms
- Estonia: Collar of the Order of the Cross of Terra Mariana (Recipients)
- Estonia: Collar of the Order of the White Star
- Finlandia: Grand Cross with Collar of the Order of the White Rose
- Georgia:
- Templat:Country data Kerajaan Georgia House of Bagrationi: Knight of the Grand Collar of the Order of the Eagle of Georgia
- Jerman:
- House of Wittelsbach: Knight Grand Cross with Collar of the Order of Saint Hubert
- Templat:Country data Kadipaten Brunswick House of Hanover: Knight Grand Cross with Collar of the Order of Henry the Lion
- Yunani:
- House of Glücksburg: Collar of the Order of Saints George and Constantine
- Takhta Suci: Knight/Dame of the Collar of the Equestrian Order of the Holy Sepulchre of Jerusalem
- Takhta Suci: Knight with the Collar of the Order of Pius IX
- Hongaria : Hungarian Corvin Chain
- Hongaria : Grand Cross with Chain of the Order of Merit of the Republic of Hungary, Civilian Class (Recipients)
- Islandia: Kalung lencana beserta Salib Kebesaran Bintang Dada Tarekat Alap-Alap *
- Italia: Kesatria Salib Kebesaran beserta Collar of the Order of Merit of the Italian Republic (Recipients)
- House of Bourbon-Two Sicilies / House of Bourbon-Parma: Bailiff Knight Grand Cross with Collar of the Sacred Military Constantinian Order of Saint George
- Templat:Country data Tarekat Militer Berdaulat Malta: Kalung lencana Tarekat pro Merito Melitensi
- Latvia: Tanda kepangkatan Panglima Salib Kebesaran beserta rantai Tarekat Tiga Bintang
- Lituania: Rantai Emas Tarekat Vitautas Agung
- Malta: Tanda kepangkatan Sahabat Kehormatan Honoris Causa beserta kalung Lencana Tarekat Darmabakti Nasional Malta
- Norwegia: Salib kebesaran beserta kalung lencana Tarekat Santo Olaus
- Portugal: Kalung Lencana Kebesaran Tarekat Menara dan Pedang
- Portugal: Kalung Lencana Kebesaran Tarekat Militer Kristus
- Portugal: Kalung Lencana Kebesaran Tarekat Militer Aviz
- Portugal: Kalung Lencana Kebesaran Tarekat Santo Yakobus Berpedang
- Portugal: Kalung Lencana Kebesaran Tarekat Pangeran Dom Henrique
- Portugal: Kalung Lencana Kebesaran Tarekat Kebebasan
- Portugal: Kalung Lencana Kebesaran Tarekat Camões
- Wangsa Braganza: Kalung Lencana Kebesaran Tarekat Santo Mikhael Bersayap
- Wangsa Braganza: Kalung Lencana Kebesaran Tarekat Karya Bakti Sentanaraja Portugis
- Rumania: Kalung lencana Tarekat Bintang Rumania
- Wangsa Hohenzollern-Sigmaringen: Salib Kebesaran beserta kalung lencana Tarekat Karol I
- San Marino: Kalung lencana Tarekat San Marino
- Serbia: Kalung lencana Tarekat Republik Serbia
- Wangsa Karađorđević: Tanda kepangkatan Kesatria Kalung Lencana Kebesaran Tarekat Santo Pangeran Lazar
- Spanyol: Tanda kepangkatan Kesatria/Srikandi Kalung Lencana Tarekat Carlos III
- Spanyol: Tanda kepangkatan Kesatria/Srikandi Kalung Lencana Tarekat Darmabakti Awam
- Spanyol: Tanda kepangkatan Kesatria/Srikandi Kalung Lencana Tarekat Isabel la Católica
- Spanyol: Tanda kepangkatan Kesatria/Srikandi Kalung Lencana Tarekat Awam Alfonso Bijaksana
- Inggris Raya: Rantai Kerajaan Victoria
Asia
Timur Tengah
- Bahrain: Kalung lencana Order of Khalifa
- Yordania: Kalung lencana Penghargaan Husain bin Ali
- Kuwait: Kalung lencana Penghargaan Mubarak Agung
- Oman: Kalung lencana Penghargaan Assa'id
- Palestina: Kalung Lencana Kebesaran Negara Palestina
- Arab Saudi : Badr Chain
- Arab Saudi : Kalung lencana Penghargaan Raja Abdulaziz
- Uni Emirat Arab : Kalung lencana Tarekat Sayid
Asia Tenggara & Asia Utara
- Tiongkok: Medali Persahabatan
- Manchukuo: Kalung Lencana Tarekat Kebesaran Kembang Anggrek
- Timor Leste: Kalung Lencana Kebesaran Tarekat Timor Leste
- Jepang: Kalung Lencana Tarekat Serunai
- Laos:
- Keluarga Kerajaan Laos: Kesatria Berkalung Lencana Tarekat Sejuta Gajah dan Songsong Putih
- Filipina: Kalung Lencana Kebesaran (Maringal na Kuwintas) Tarekat Jantung Emas
- Filipina: Kalung Lencana Kebesaran (Supremo) Tarekat Lakandula
- Filipina: Kalung Lencana Kebesaran (Raja) Tarekat Sikatuna
- Korea Selatan: Kalung Lencana Tarekat Kebesaran Mugunghwa
Oseania
- Tonga: Tanda kepangkatan Kesatria Salib Kebesaran beserta kalung lencana Tarekat Kerajaan Pouono
- Tonga: Tanda kepangkatan Kesatria Salib Kebesaran beserta kalung lencana Tarekat Mahkota Tonga
- Tonga: Tanda kepangkatan Kesatria Salib Kebesaran beserta kalung lencana Tarekat Ratu Sālote Tupou III
* berarti kalung lencana harus dipulangkan kepada tarekat apabila si penerima lencana sudah wafat
† berarti tarekatnya sudah tidak lagi berkegiatan tetapi belum ditiadakan secara resmi
Galeri
-
Kalung lencana Tarekat Kebangsaan Bintang Pari (Brasil)
-
Lambang kebesaran Raja Denmark dan Norwegia Frederik IV dibingkai kalung lencana Tarekat Dannebrog dan kalung lencana Tarekat Gajah
-
Kalung lencana Tarekat Santo Pangeran Lazar
(Kerajaan Serbia, Kerajaan Yugoslavia, dan Keluarga Kerajaan Serbia) -
Kalung lencana Tarekat Pedang
(Swedia) -
Kalung lencana Tarekat Bintang Kutub
(Swedia) -
Kalung lencana Tarekat Vasa
(Swedia) -
Kalung lencana Tarekat Sabuk Mojah (Inggris Raya)
-
Bintang dan kalung lencana Kesatria Salib Agung Tarekat Santo Mikhael dan Santo Georgius (Inggris Raya)
-
Bintang dan kalung lencana Kesatria Salib Agung Tarekat Abiseka divisi awam
(Inggris Raya dan Persemakmuran Bangsa-Bangsa) -
Bintang dan kalung lencana Kesatria Salib Agung Tarekat Abiseka divisi tentara
-
Kalung lencana Tarekat Santo Silvester dan Laskar Emas
(Vatikan)
Gambar dari buku karangan Maximilian Gritzner, terbit tahun 1893.
Rujukan
- ^ a b Syr Gawayn and the Grene Knyzt-(Penutup), J. R. Hulbert, Modern Philology, Jld. 13, No. 12 (Apr., 1916), 140.
- ^ Evans, Joan (1989-01-01). A History of Jewellery, 1100-1870 (dalam bahasa Inggris). Courier Corporation. hlm. 77. ISBN 978-0-486-26122-5.
- ^ "Men's fashion". Fashions of the Hapsburg Era: Austria-Hungary (dalam bahasa Inggris). Metropolitan Museum of Art. 1979. hlm. 3.
- ^ Fontenay, Eugène (1887). Les bijoux anciens et modernes (dalam bahasa Prancis). Maison Quantin. hlm. 189.
- ^ Boulton d'Arcy, Jonathan Dacre (2000). The Knights of the Crown: The Monarchical Orders of Knighthood in Later Medieval Europe, 1325-1520 (dalam bahasa Inggris). Boydell Press. hlm. 442. ISBN 978-0-85115-795-5.
- ^ Chaffanjon, Arnaud (1969). Les grands ordres de Chevalerie (dalam bahasa Prancis). S.E.R.G. hlm. 117.
- ^ Bonfait, Olivier; Desmas, Anne-Lise; Marin, Brigitte (2003). Les portraits du pouvoir: actes du colloque (dalam bahasa Prancis). Somogy. hlm. 231. ISBN 978-2-85056-608-0.
- ^ Arnoul, François (1647). Institution de l'Ordre du Collier Céleste du Sacré Rosaire (dalam bahasa Prancis). Paris & Lyon: Jacques Carteron.
- ^ Ashmole, Elias (1672). "7. The Habit and Ensigns of the Order". The Institution, Laws and Ceremonies of the Most Noble Order of the Garter (dalam bahasa Inggris). J. Macock. hlm. 222.