Lompat ke isi

Imajinasi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 14 September 2024 17.15 oleh Anne C (bicara | kontrib) (Imajinasi dan Kenyataan)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Imajinasi, khayalan, atau bayangan adalah daya pikir untuk membayangkan (dalam angan-angan) atau menciptakan gambar (lukisan, karangan, dan sebagainya) kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang secara umum.[1]

Istilah ini secara teknis dipakai dalam psikologi sebagai proses membangun kembali persepsi dari suatu benda yang terlebih dahulu diberi persepsi pengertian. Sejak penggunaan istilah ini bertentangan dengan yang dipunyai bahasa biasa, beberapa psikolog lebih menyebut proses ini sebagai "menggambarkan" atau "gambaran" atau sebagai suatu reproduksi yang bertentangan dengan imajinasi "produktif" atau "konstruktif".

Gambaran citra dimengerti sebagai sesuatu yang dilihat oleh "mata pikiran". Suatu hipotesis untuk evolusi imajinasi manusia ialah bahwa hal itu memperbolehkan setiap makhluk yang sadar untuk memecahkan masalah perseorangan oleh penggunaan simulasi jiwa.

Imajinasi dan Kenyataan

[sunting | sunting sumber]

Imajinasi adalah sebuah kerja akal dalam mengembangkan suatu pemikiran yang lebih luas dari apa yang pernah dilihat, dengar, dan rasakan. Dengan imajinasi, manusia mengembangkan sesuatu dari kesederhanaan menjadi lebih bernilai dalam pikiran. Ia dapat mengembangkan sesuatu dari Ciptaan Tuhan dalam pikirannya. Dengan tujuan untuk mengembangkan suatu hal yang lebih bernilai dalam bentuk benda, atau sekadar pikiran yang terlintas dalam benak.[2]

Adapun istilah dari Imajinasi Dalam mengerjakan soal Fisika adalah berpikir secara abstrak apa yang telah tertulis dan tersirat.

Imajinasi adalah gambaran dan visualisasi dari dalam otak yang berupa gambaran, suara, dan rasa.[3]

Manusia dalam mengarungi perjalanan hidupnya senantiasa di penuhi rasa ingin tahu tentang realitas yang berhubungan dengan dirinya dan alam, sebab itu apa saja yang di saksikannya selalu memotivasi dirinya untuk mengetahui lebih jauh dan lebih dalam, pada tingkat ini kinerja akal manusia mulai mulai bergerak ke arah yang lebih jauh memahami hakikat realitas maujud, penyaksian dan pengamatan alam natural mulai bersifat imajinatif. Namun untuk sampai pada sebuah garakan imajinasi yang tepat dan benar mestilah di dukung oleh prinsip-prinsip akal.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Arti kata imajinasi". Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Diakses tanggal 2017-09-24. 
  2. ^ Alfan Arrasuli (2001)
  3. ^ (St. Gentlefolk (2013))