Lompat ke isi

Chagatai Khan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Chagatai Khan
Patung pria berjubah sedang duduk
Patung Chagatai Khan di Mongolia
Khan Kekhanan Chagatai
Berkuasa1227 – 1242
PenerusQara Hülëgü
Kelahiranca 1184
Kematian1242
Permaisuri
  • Yesülün
  • Tögen
  • lain-lain
Keturunan
WangsaBorjigin
AyahGenghis Khan
IbuBörte

Chagatai Khan (bahasa Mongol: ᠴᠠᠭᠠᠲᠠᠶ;[a] ca 1184 – 1242) adalah seorang putra Jenghis Khan dan tokoh penting pada masa Kekaisaran Mongol awal. Sebagai putra kedua dari istri Jenghis Börte, Chagatai dikenal karena pengetahuan handalnya dari tradisi Mongol, kesetiaan ketatnya terhadap hukum dan adat Mongol, dan temperamen kerasnya. Karena ia tak pernah menerima pengesahan dari kakaknya Jochi, yang paternitasnya dipersengketakan, dan karena ayahnya merasa ia berkarakter tak terlalu fleksibel, ia dikecualikan dari sukses takhta Mongol. Meskipun demikian, ia merupakan tolong penting dalam mewujudkan stabilitas kekaisaran usai kematian Jenghis dan saat masa kekuasaan adiknya Ögedei Khan.

Chagatai memegang komando militer bersama para saudaranya pada penaklukan dinasti Jin oleh Mongol pada 1211 dan invasi Kekaisaran Khwarazmia pada 1219. Pada masa tersebut, ia memegang peran penting dalam menghimpun logistik selain pada tanggung jawab medan tempur, namun dikecam usai berseteru dengan Jochi pada Pengepungan Gurganj. Usai kampanye tersebut, Chagatai menghimpun traktat besar wilayah taklukan di Asia Tengah, yang dikuasai olehnya sampai kematiannya. Ia bertikai dengan para pegawai sipil seperti Mahmud Yalavach atas persoalan yurisdiksi dan menasehati Ögedei soal pertanyaan kepemimpinan. Chagatai wafat tak lama setelah Ögedei pada 1242. Para keturunannya kemudian menguasai wilayahnya dengan sebutan eponim Kekhanan Chagatai.

Biografi

Kehidupan awal dan kepribadian

Ibu Chagatai, Börte, lahir dalam suku Onggirat, yang tinggal di sepanjang pegunungan Khingan Raya dari selatan sungai Ergüne, yang kini berada di Mongolia Dalam.[2] Ia menikahi pemimpin Mongol[b] bernama Temüjin ca 1178 usai tujuh tahun pertunangan.[4] Usai melahirkan seorang putri bernama Qojin, Börte diculik dan dirudapaksa oleh para anggota suku Merkit—paternitas sebenarnya dari anak berikutnya, seorang putra bernama Jochi, yang tak pernah diketahui, meskipun Temüjin menerima pengesahannya.[5] Chagatai, yang lahir pada akhir 1183 atau 1184, kemudian menjadi putra pertamanya yang secara pasti diayahi oleh Temüjin.[6] Ia memiliki enam adik kandung: dua adik laki-laki bernama Ögedei dan Tolui, dan empat adik perempuan bernama Checheyigen, Alaqa, Tümelün, dan Al Altan.[7]

Penggambaran Chagatai Khan dan seorang permaisuri, dari sebuah manuskrip abad ke-14 Jami' al-tawarikh

Pada 1206, dengan menyatukan suku-suku Mongolia, Temüjin menghimpun sebuah majelis besar yang disebut kurultai kala ia diangkat sebagai "Jenghis Khan".[8] Ia mulai merombak bangsa barunya, membaginya antar para anggota dinasti pemerintahannya. Chagatai meraih wilayah dekat Pegunungan Altai, tempat suku Naiman sebelumnya berkuasa. Ia juga menerima 4.000 atau 8.000 orang, yang berasal dari suku-suku Jalayir, Barlas, Suldus, Sonit, dan Dughlat.[9] Dua istri utama Chagatai adalah wanita Onggirat yang bernama Yesülün dan Tögen, putri dari sepupu Börte yang bernama Qata; Yesülün adalah kesayangannya dan ibu dari putra kesayangannya Mutukan.[10] Putra lainnya yang disebutkan adalah Mochi Yaba, putra dari salah satu pelayan Yesülün dan kemudian kurang diberi pengakuan oleh ayahnya, Balgashi, Sarban, Yesu-Mongke, dan Baidar.[11]

Chagatai dikenal karena kehandalannya dalam adat tradisional dan hukum Mongol, khususnya kala mendatangkan sesuai kehendak khan.[12] Menurut sumber-sumber yang sama, Jenghis mempercayainya dan saudara angkatnya Shigi Qutuqu dengan mengurusi kitab hukum yang dikenal sebagai Yasa.[13] Ia sangat ketat dalam menafsirkan hukum dan bertemperamen keras.[14]

Pertanyaan suksesi dan kampanye militer

Meskipun beberapa orang Mongol berpendapat bahwa perlakuan Chagatai akan menjadikannya penerus sempurna terhadap ayahnya, Jenghis berpikir bahwa ia terlalu ketat dan berpemikiran sempit, menunjukkan tingkat infleksibilitas yang tak layak menjadi penguasa.[15] Jenghis juga menyoroti soal kebencian mendalam Chagatai terhadap Jochi, yang dianggap oleh Chagatai sebagai anak tidak sah: di suatu pertemuan keluarga, ia dilaporkan menyebut saudaranya sebagai "anak haram Merkit" dan mulai bertikai dengannya di depan ayah mereka. Untuk alasan tersebut, Jenghis mengkecualikan Chagatai dari suksesi takta dan kemudian ditetapkan pada adiknya Ögedei.[16]

Bersama dengan saudara-saudaranya Jochi dan Ögedei, Chagatai mengkomandoi sayap kanan dalam invasi tahun 1211 terhadap dinasti Jin Tiongkok. Pasukan Mongol bergerak ke selatan dari markas besar kampanye Jenghis di wilayah yang kini berada di Mongolia Dalam pada November 1211: mula-mula mereka menyerang kota-kota di wilayah antara Hohhot dan Datong, dan kemudian mereka bergerak ke Pegunungan Taihang menuju Shanxi, tempat mereka menyerbu dan menjarah pada musim gugur 1213, merebut wilayah-wilayah pengerahan kavaleri musuh mereka.[17] Pada invasi Kekaisaran Khwarazmia tahun 1219, Chagatai ditugasi membangun jembatan dan menghimpun jalan untuk mengerahkan alju Mongol dan menjaga agar jalur komunikasi terbuka, dalam kapasitas ia diperbantukan oleh pegawainya Zhang Rong (1158–1230).[18] ia dan Ögedei ditugasi mengepung kota Otrar, merebutnya pada Februari 1220 dan mengeksekusi gubernurnya Inalchuq, yang tindakannya telah memicu invasi tersebut. Mereka kemudian bergabung dengan ayahnya, yang telah merebut Bukhara, di Samarkand, yang kemudian jatuh.[19]

Chagatai dan Ögedei kemudian dikirim untuk bergabung dengan Jochi dalam Pengepungan Gurganj, ibukota Kekaisaran Khwarazmia.[20] Pengepungan tersebut berjalan lama, berlangsung antara empat sampai tujuh bulan, dan sangat habis-habisan: pasukan pertahanan Khwarazmia memaksa pasukan Mongol untuk melakukan perang perkotaan dari rumah ke rumah, dengan sebagian besar kota dihancurkan oleh pembakaran naphtha atau dibanjiri dari bendungan yang dijebol.[21] Usai kejatuhan kota tersebut pada April 1221, para penduduknya dibantai atau diperbudak.[22] Naratif lazim dari pengepungan tersebut menuturkan bahwa Jochi dan Chagatai berseteru soal cara terbaik untuk melakukan perjuangannya, karena Jochi menganggap bahwa kota kaya tersebut akan menjadi bagian dari wilayah kekuasaannya dan berharap untuk menghancurkannya sekecil mungkin. Di sisi lain, Chagatai tak menerima keputusan semacam itu. Kala Jenghsi mendengar soal perseteruan tersebut, ia memerintahkan agar Ögedei diangkat untuk mengkomandani para saudaranya.[23] Namun, Atwood berpendapat bahwa penjelasan tersebut merupakan reka cipta masa berikutnya yang dirancang untuk kekuasaan Ögedei sebagai khan kekaisaran dan bahwa Jochi pada kenyataannya masih diutamakan sepanjang pengepungan tersebut.[24]

Chagatai kembali ke pihak ayahnya pada pengepungan Taliqan.[20] Tanpa diketahui olehnya, putra kesayangannya Mutukan telah gugur kala mengepung Bamiyan, yang penduduknya dibantai oleh pasukan Mongol atas permitnaan janda Mutukan. Jenghsi dimurkai oleh permusuhan Chagatai terhadap Jochi, yang telah menunda penaklukan Gurganj dan menyebabkan jumlah korban Mongol yang signifikan, dan ia memutuskan untuk memgahari pelajaran pengendalian diri terhadap putranya. Ia mengajak Chagatai ke tendanya dan mendakwanya tak menuruti perintah; Chagatai menjawab bahwa ia lebih baik dieksekusi ketimbang menjadi penurut. Genghis kemudian membongkar kematian Mutukan dan memerintahkan Chagatai tak memakamkannya—Chagatai memutuskan untuk mengendalikan dirinya sampai ia dapat menangisinya secara pribadi.[25] Ia kemudian hadir di kekalaahn pangeran Khwarazmia Jalal al-Din dalam Pertempuran Indus pada November 1221, dan mengkomandani pengerahan ulang pada kampanye terakhir ayahnya melawan negara Xia Barat.[26]

Penguasa di Asia Tengah

Peta Asia Tengah dengan wilayah dan kota Kekhanan Chagatai yang ditandai
Peta Kekhanan Chagatai pada akhir 1200-an

Usai kematian Jenghis Khan pada 1227, Chagatai masih sangat setia akan kehendaknya dan, dengan memiliki otoritas putra sulung Jenghis (karena Jochi telah wafat), memainkan peran penting dalam menstabilisasi kekaisaran sebelum pelantikan Ögedei pada 1229. Ia memimpin upacara penahbisan bersama dengan Tolui dan paman mereka Temüge dan menjadi pengikut setia Ögedei sepanjang masa kekuasaannya.[27] Sebagai balasannya, Ögedei seringkali menerima nasehat kakaknya dan mengirim putra sulungnya Güyük untuk bertugas sebagai salah satu pengawal Chagatai.[28] Meskipun demikian, Chagatai mengecam Ögedei karena gemar minum-minum dan mendorongnya bersepakat untuk membatasi jumlah cangkir alkohol yang diminum olehnya. Ögedei memutuskan untuk mengambil pembatasan tersebut dengan mendapatkan cangkir yang sangat besar.[29]

Usai dampak dari kampanye Khwarazmia, Chagatai memegang sebagian besar wilayah di Asia Tengah, yang terbentang dari bekas wilayah Uighur dekat Almaliq, yang menjadi ibukotanya dan persinggahan musim panas, sampai sungai Amu Darya di Transoxiana, yang dijadikan sebagai persinggahan musim dinginnya.[30] Wilayah tersebut, yang nyaris meliputi wilayah saat ini dari Uzbekistan, Tajikistan, Kirgizstan, selatan Kazakhstan, dan sebagian Xinjiang di Tiongkok, telah dikuasai oleh negara Qara Khitai pada akhir 1100-an, dan terdiri dari percampuran masyarakat nomadik dan sedenter. Chagatai dan para keturunannya sebagian besar masih nomadik dalam tradisi Mongol dan seringkali berseteru dengan para gubernur wilayah sedenter di Transoxiana, yang bukan merupakan perwakilan Chagatayiyah namun penguasa kekaisaran.[31]

Ketegangan kemudian berkembang antara sosok perwira yang bernama Mahmud Yalavach dan Chagatai. Pada 1238, penduduk Bukhara, yang dipimpin oleh seorang pembuat onar, memberontak melawan tuntutan pajak—pemberontakan meraih dukungan besar dan berujung pada pengusiran garisun Mongol. Chagatai tak tertolong dan menyerahkan pemberontakan tersebut kepada Ögedei, yang pasukannya dengan cepat meredam pemberontakan tersebut. Penduduknya menghadapi penjagalan penuh namun dibiarkan usai Mahmud berpendapat bahwa hanya sebagian yang terlibat. Chagatai nampaknya memanfaatkan keadaan tersebut untuk merecoki Mahmud, meskipun penjelasan pastinya tidak diketahui.[32] Tak lama setelah itu, Chagatai mengalihkan kekuasaan atas wilayah tertentu di bawah yurisdiksi Mahmud kepada salah satu pengikutnya sendiri. Mahmud mengeluhkan kepada khagan, yang memerintahkan saudaranya untuk menjelaskannya sendiri. Usai menerima permintaan maaf, Ögedei merampungkan keadaan tegang tersebut untuk penyelarasan keseluruhan dengan mensanksi peralihan awal Chagatai, memindahkan Mamud ke pos penting di Tiongkok utara, dan mempromosikan putra Mahmud untuk memerintah menggantikannya dengan kekuatan yang sama seperti ayahnya.[33] Chagatai juga bersitegang dengan Körgüz, gubernur saudaranya di Khorasan.[34]

Referensi

Catatan

  1. ^ Juga ditransliterasikan sebagai Cha'adai, Chaghatai, Chagaday, Chagatay, Ca'adai, Chaghadai, atau Chagatay.[1]
  2. ^ Pada masa itu, kata "Mongol" hanya merujuk pada para anggota satu suku di timur laut Mongolia. Karena suku tersebut memainkan peran utama dalam pembentukan Kekaisaran Mongol, nama mereka kemudian dipakai untuk seluruh suku.[3]

Kutipan

  1. ^ Atwood 2004, hlm. 81; May 2017, hlm. 138; Allsen 1993, hlm. 124; Biran 2023, hlm. 46.
  2. ^ Atwood 2004, hlm. 456.
  3. ^ Atwood 2004, hlm. 389–391.
  4. ^ Broadbridge 2018, hlm. 49–50, 57; Ratchnevsky 1991, hlm. 20–21, 31; May 2018, hlm. 23–28.
  5. ^ Broadbridge 2018, hlm. 58–63; May 2017, hlm. 162.
  6. ^ Atwood 2004, hlm. 81; Broadbridge 2018, hlm. 67.
  7. ^ Broadbridge 2018, hlm. 67; May 2018, hlm. 51.
  8. ^ Atwood 2004, hlm. 98–99.
  9. ^ Dunnell 2023, hlm. 30; May 2017, hlm. 138; Hope 2022, hlm. 298.
  10. ^ Broadbridge 2018, hlm. 119; May 2017, hlm. 138–139.
  11. ^ May 2017, hlm. 138–139.
  12. ^ May 2017, hlm. 139.
  13. ^ Morgan 1986, hlm. 84–86; Ratchnevsky 1991, hlm. 166.
  14. ^ Biran 2023, hlm. 47; Dunnell 2023, hlm. 63.
  15. ^ Atwood 2004, hlm. 81; May 2017, hlm. 139; May 2018, hlm. 69, 102.
  16. ^ Atwood 2004, hlm. 81, 278, 416; May 2017, hlm. 138; May 2018, hlm. 69.
  17. ^ May 2017, hlm. 138; Dunnell 2023, hlm. 35; Atwood 2004, hlm. 278; Atwood 2017, hlm. 36.
  18. ^ Atwood 2004, hlm. 81; May 2017, hlm. 138.
  19. ^ May 2017, hlm. 138; Ratchnevsky 1991, hlm. 123–124, 130–133.
  20. ^ a b May 2017, hlm. 138.
  21. ^ Atwood 2017, hlm. 51; Barthold 1992, hlm. 434–437.
  22. ^ Ratchnevsky 1991, hlm. 131; Atwood 2004, hlm. 81; Atwood 2017, hlm. 51.
  23. ^ Atwood 2017, hlm. 52–53; Dunnell 2023, hlm. 44; Barthold 1992, hlm. 435; Ratchnevsky 1991, hlm. 136–137.
  24. ^ Atwood 2017, hlm. 53–54.
  25. ^ May 2017, hlm. 139; Ratchnevsky 1991, hlm. 161–163.
  26. ^ Ratchnevsky 1991, hlm. 133–134.
  27. ^ Atwood 2004, hlm. 81; Biran 2009, hlm. 47–48; May 2017, hlm. 138; Dunnell 2023, hlm. 54–55.
  28. ^ Dunnell 2023, hlm. 63.
  29. ^ Morgan 1986, hlm. 100–101; Atwood 2004, hlm. 81.
  30. ^ Atwood 2004, hlm. 81; Dunnell 2023, hlm. 53.
  31. ^ Biran 2009, hlm. 46–48; Dunnell 2023, hlm. 54; May 2018, hlm. 257–258.
  32. ^ Allsen 1993, hlm. 124; Biran 2009, hlm. 48; Dunnell 2023, hlm. 63.
  33. ^ Allsen 1993, hlm. 124–124; Biran 2009, hlm. 48; Dunnell 2023, hlm. 62–63.
  34. ^ Biran 2009, hlm. 48.

Sumber

Didahului oleh:
Kekhanan Chagatai dibentuk
Khan Kekhanan Chagatai
1225–1242
Diteruskan oleh:
Qara Hülëgü