Sri Rejeki Isman
Sritex | |
Perusahaan Publik | |
Kode emiten | IDX: SRIL |
Industri | Tekstil |
Nasib | Pailit |
Didirikan | 22 Mei 1978 |
Pendiri | Lukminto |
Kantor pusat | Sukoharjo, Indonesia |
Wilayah operasi | Indonesia dan Singapura |
Tokoh kunci | Iwan Kurniawan Lukminto (Direktur Utama) Iwan Setiawan Lukminto (Komisaris Utama) |
Produk | |
Jasa |
|
Pendapatan | US$ 1,283 milyar (2020)[1] |
US$ 85,325 juta (2020)[1] | |
Total aset | US$ 1,852 milyar (2020)[1] |
Total ekuitas | US$ 672,417 juta (2020)[1] |
Pemilik | PT Huddleston Indonesia |
Karyawan | 17.186 (2020)[1] |
Anak usaha | PT Sinar Pantja Djaja PT Bitratex Industries PT Primayudha Mandiri Jaya Golden Legacy Pte Ltd |
Situs web | www |
PT Sri Rejeki Isman Tbk atau biasa dikenal dengan nama Sritex, adalah sebuah perusahaan tekstil yang berkantor pusat di Sukoharjo, Jawa Tengah. Untuk mendukung kegiatan bisnisnya, perusahaan ini juga memiliki sebuah kantor perwakilan di Jakarta.[1]
Saat ini, Sritex memusatkan sebagian besar operasinya di lahan seluas 79 hektare di Sukoharjo. Selain dari Indonesia, Sritex juga mempekerjakan sejumlah tenaga profesional dari luar negeri, seperti dari Korea Selatan, Filipina, India, Jerman, dan Tiongkok. Klien besar Sritex antara lain H&M, Walmart, K-Mart, dan Jones Apparel.[1][2]
Pada tanggal 21 Oktober 2024, Sritex resmi diputus pailit oleh Pengadilan Negeri Niaga Semarang.[3]
Sejarah
Perusahaan ini didirikan oleh Lukminto pada tahun 1966 sebagai perusahaan perdagangan di Pasar Klewer, Solo dengan nama “UD Sri Redjeki”. Pada tahun 1968, UD Sri Redjeki mendirikan sebuah pabrik di Joyosuran, Solo untuk memproduksi kain mentah dan bahan putihan. Pada tahun 1978, nama dan badan hukum UD Sri Redjeki resmi diubah menjadi "PT Sri Rejeki Isman". Pada tahun 1982, perusahaan ini mendirikan pabrik penenunan pertamanya. Pada tahun 1984, perusahaan ini dipercaya memproduksi seragam militer untuk pasukan militer NATO dan Jerman. Pada tahun 1992, perusahaan ini memperluas pabriknya, sehingga dapat menampung empat lini produksi sekaligus, yakni pemintalan, penenunan, penyelesaian, dan garmen.[1][2]
Pada tahun 2013, perusahaan ini resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada tahun 2018, perusahaan ini mengakuisisi PT Primayudha Mandirijaya dan PT Bitratex Industries untuk meningkatkan kapasitas pemintalannya. Pada tahun 2020, sebagai bagian dari upaya untuk mencegah penyebaran Covid-19, perusahaan ini berhasil mendistribusikan 45 juta masker hanya dalam waktu tiga minggu. Pada tahun yang sama, untuk pertama kalinya, perusahaan ini mengekspor produknya ke Filipina.[4]
Referensi
- ^ a b c d e f g h "Laporan Tahunan 2020" (PDF). PT Sri Rejeki Isman Tbk. Diakses tanggal 17 November 2021.
- ^ a b "Sejarah Perusahaan". PT Sri Rejeki Isman Tbk. Diakses tanggal 17 November 2021.
- ^ Raksasa Tekstil Sritex Pailit, ini Bedanya Dengan Bangkrut
- ^ Sidik, Syahrizal (17 Desember 2020). "Tentara Filipina Pesan 8 Kontainer Seragam dari Sritex". CNBC Indonesia. CNBC Indonesia. Diakses tanggal 16 Mei 2022.