Lompat ke isi

Sejarah lisan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sejarah narasi (bahasa Inggris: oral history) para ilmuwan Eropa sejak dua abad berselang sangat memandang tinggi penggunaan dokumen sebagai dasar penelitian karena dokumen dianggap dapat mengungkapkan keabadian serta kekinian yang dapat dirangkul, diinterpretasi dan dieksplanasi sehingga timbul pameo no documents, no history sikap pandangan ini berangsur-angsur berubah karena sebetulnya menutup pintu terhadap mayoritas penduduk dunia yang tidak terdokumentasi, yang lahir, hidup, dan matinya tidak tercatat. kebanyakan berasal dari sejarah masyarakat yang terjajah, yang tidak berdaya, buruh, wanita, anak-anak, dan etnis minoritas, jarang muncul dalam sumber tertulis. dalam perkembangan dengan ditemukan teknologi rekaman dan berkembangnya penelitian lisan serta pemanfaatannya oleh para sejarawan, mereka yang diam itu telah diberi suara dan dengan demikian dapat ikut berbicara mengenai masa lampau.

"Sejarah narasi berhasil membangun pemahaman yang lebih baik mengenai masa lampau dengan cara menyediakan pandangan dan kisah yang makin luas bagi generasi mendatang. Kemungkinan yang demokratis yang dibuka oleh sejarah narasi terletak pada keanekaragaman pandangan yang dapat disediakan. Sejarah narasi dapat membebaskan peneliti dari kendala-kendala definisi tradisional dan politis mengenai siapa yang membuat sejarah dan apa yang disebut sumber sejarah"

— Hong Lysa (History Department and the Southeast Asian Studie, National University of Singapore)

di Indonesia

Penelitian sejarah lisan yang dilakukan di Indonesia tidaklah berkesinambungan. Beberapa yang pernah dilakukan di antaranya oleh ANRI (Arsip Nasional RI) dirintis tahun 1972 untuk mengisi kekurangan arsip tentang sejarah pendudukan Jepang dan masa-masa revolusi periode 1942 sampai dengan 1950, diantaranya, Kuntowijoyo yang memimpin penelitian mengenai Perubahan Sosial Pedesaan: Sejarah Lisan Surakarta antara tahun 1930 sampai dengan tahun 1960. Beberapa penelitian atas korban dan saksi sejarah peristiwa=peristiwa tahun 1965 dan tahun 1998 yang beberapa kali dilakukan oleh Yayasan Lontar, Koesalah Soebagyo Toer dan Sudjinah, Hersri Setiawan, dan Jaringan Kerja Budaya (JKB), Tahun 2006, CLARA yang dipimpin Ratna Saptari dari Amsterdam bekerja sama dengan Lembaga Studi Realino ikut melakukan meneliti korban kekerasan di daerah konflik, mulai dari Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Selatan, DKI, Jawa Barat hingga Jawa Timur, dan Kalimantan Barat.

Lihat pula

Pranala luar