Lompat ke isi

Ismail

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 16 Januari 2005 04.25 oleh 61.94.172.204 (bicara)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Setelah berpisah dengan Luth, Nabi Ibrahim menuju Palestina. Di sana beliau hidup bahagia, hanya sayang belum dikaruniai anak sampai usianya tua. Maka dengan permintaan Sarah, Nabi Irahim menikahi Hajar, budaknya. Tak sampai setahun, lahirlah Ismail.

Sebagai wanita biasa, Sarah cemburu ketika Nabi Ibrahim mencurahkan kasih sayangnya kepada Ismail dan Hajar. Ia meminta suaminya agar mengusir madu dan anak tirinya. Akhirnya turun peritah dari Allah SWT agar membawa Hajar dan Ismail ke gurun di Arabia.

Maka dibawalah mereka ke gurun Arabia. Setelah itu Nabi Ibrahim meninggalkannya berdua. Setelah itu Ismail menangis kehausan. Hajar bingung dan pulang balik antara bukit Shafa dan Marwah, dan dalam ibadah haji, ini diabadikan sebagai sa'i. Lalu datanglah Malaikat Jibril, yang menciptakan telaga di situ. Maka Hajar dan Ismail tidak kehausan. Telaga inilah yang kemudian disebut sumur Zam Zam. Merekapun tinggal di sekitar situ. Adanya sumur Zam Zam itu menarik suku padang pasir lainnya (terutama suku Jurhum) untuk tinggal di sekitar situ.

Suatu ketika datanglah Nabi Ibrahim. Alangkah gembira hatinya ketika bertemu anak-istrinya. Suatu ketika Nabi Ibrahim bermimpi agar menyembelih Ismail seperti yang diminta Allah. Ketika dikatakan kepada Ismail, ia tak keberatan, dan Ismail dibawanya tanpa tujuan. Dalam perjalanan itu mereka bertemu dengan setan yang menjadi manusia sebanyak 3 kali. Ia menyuruh ayah dan putra itu membatalkan niatnya tapi mereka tak bergeming. Bahkan mereka melempari setan berwujud manusia itu dengan batu. (Dalam ibadah haji, ini diperingati sebagai Jumrotul Ula, Wustho, dan Aqobah). Tibalah mereka di Mina. Nabi Ibrahim akan menyembelih putranya. Saat itulah dari langit ada teguran agar menghentikan tindakan mereka dan diganti dengan menyembelih kibasy. Ini diperingati sebagai Hari Raya Idul Adha.

Semakin lama Ismail semakin besar. Suatu ketika datanglah ayahnya ke sana yang berencana membangun Baitullah di dekat sumur Zam Zam. Setelah Ka'bah dibangun ada bagian dinding yang bolong, sehingga dimintalah Isma'il agar mencari batu. Lalu akhirnya Ismail menemukan batu hitam dan digunakan untuk menutupi dinding yang bolong itu, lalu diciumi. Ini diperingati sebagai ibadah mencium Hajar Aswad dalam haji.

Setelah dewasa Ismail menikah dengan seorang wanita Jurhum. Suatu ketika Nabi Ibrahim datang. Saat itu Ismail tak ada di rumah. Beliau bertanya kepada menantunya tentang keberadaan Ismail dan ia menjawabnya dengan acuh tak acuh. Nabi Ibrahim menyuruhnya menyampaikan pesan kepada Ismail agar mengganti gawang pintu rumah ini, lalu pergilah beliau. Memahami pesan ayahnya, Ismail menceraikan istrinya, lalu menikah lagi dengan wanita lain. Suatu ketika ayahnya datang dan Ismail tak ada pula di rumah. Beliau disambut menantunya dengan ramah. Nabi Ibrahim memintanya untuk mengatakan pada Ismail agar jangan ganti gawang pintu rumahnya. Memahami pesan ayahnya, Ismail tetap hidup bersama istrinya. Ismail memiliki 12 anak yang menurunkan suku Quroisy dan Nabi Muhammad SAW.

Nabi Ismail diangkat sebagai nabi orang Yaman dan Ilik. Beliau wafat di Mekkah dan dimakamkan di Hijir Ismail.