Ratapan Anak Tiri (film)
Ratapan Anak Tiri (film 1973) | |
---|---|
Berkas:Ratapan Anak Tiri55.jpg | |
Produser | Alex Dial |
Pemeran | Soekarno M. Noor Faradilla Sandy Tanty Yosepha Bambang Irawan Dewi Rosaria Indah Roldiah Matulessy Tatiek Tamsil |
Distributor | PT. Matari Artis Jaya Film |
Tanggal rilis | 1973 |
Negara | Indonesia |
Ratapan Anak Tiri adalah film Indonesia yang yang dirilis pada tahun 1973 dengan disutradarai oleh Sandy Suwardi Hassan. Film ini dibintangi antara lain oleh faradilla Sandy dan Soekarno M. Noor .Tanty Yosepha
Pemain
- Soekarno M. Noor as Pak Yuwono
- Faradilla Sandy as Sussy
- Tanty Yosepha as Ningsih
- Dewi Rosaria Indah as Netty
- Bambang Irawan as harun
- Tatiek Tamsil as Istri Ke-1 Pak Yuwono
- [[Roldiah Matulessy] as Bibi / Pembantunya
Sinopsis
Yuwono (Soekarno M. Noor) ditinggal pergi oleh istrinya (Tatiek Tamsil) untuk selama-lamanya setelah melahirkan anak ketiganya. Setelah sebelumnya dilarang untuk hamil lagi yang ketiga kalinya oleh dokter karena memang membahayakan nyawa ibu dan anaknya. Akibat melanggar larangan dokter, ketika melahirkan anak ketiga, keduanya pun meninggal. Meninggalnya istri tercinta menyebabkan Yuwono terpukul sekali, apalagi ia mempunyai dua orang anak yang masih membutuhkan kasih sayang ibunya. Netty (Dewi Rosaria Indah) dan Susi (Faradilla Sandy) begitu kehilangan sekali dengan ibunya yang sudah meninggal. Adalah Ningsih (Tanti Yosepha) seorang wanita kantoran yang juga bawahan Yuwono yang telah mencuri hati anak-anak Yuwono dengan kebaikan dan kelembutannya bagaikan seorang Ibu. Meski dilarang oleh atasannya karena Ningsih bukanlah sosok yang baik bagi anak-anaknya, akan tetapi Yuwono akhirnya menikahi Ningsih. Akhirnya Ningsih pun resmi menjadi istri Yuwono. Di awal kehidupan keluarga tersebut sangat harmonis dan begitu manis. Yuwono menjalankan perannya sebagai suami demikian pula dengan Ningsih yang menjadi ibu dari anak-anaknya menjalankan perannya dengan sangat manis. Hingga suatu ketika tragedy itupun terjadi. Yuwono dituduh menggelapkan uang perusahaan sebesar 14 juta hingga akhirnya Yuwono di penjara. Sebenarnya Yuwono tidak pernah melakukan perbuatan ini, akan tetapi penggelapan ini dilakukan oleh Harun (Bambang Irawa) yang sebenarnya mencintai Ningsih. Begitu mengetahui suaminya di penjara, Ningsih berusaha sabar dan tetap manis sikapnya dengan kedua anak Yuwono. Akan tetapi Harun bermain di air keruh. Dengan rayuan-rayuannya akhirnya Harun mampu kembali mengambil hati Ningsih, keduanya pun terlibat dengan perselingkuhan, sekaligus Harun menghasu Ningsih bahwa ia hanya menjadi babu bagi anak-anak Yuwono.
Atas hasutan-hasutan Harun, Ningsih pun berubah pikiran dan sifat aslinyapun kelihatan. Pembantunya (Roldiah Matulessy) di pecat, dan peran-peran keluarga seperti mengepel, mencuci piring dan sebagainya menjadi tugas kakak beradik Netty dan Susi. Keduanya sering di marahin, di pukul, bahkan sering sekali makan dengan nasi sisa. Tak jarang pula Netty dan Susi sering tidak makan, karena untuk itu mereka harus kerja sendiri. Setiap kesalahan kecil selalu menjadi bencana bagi keduanya. Bahkan tak jarang keduanya tidak bisa masuk rumah karena pintunya dikunci dari luar, ketika Ningsih dan Harun sedang pergi. Terpaksa keduanya menunggu diluar pintu pagar, atau bahkan tidur di luar rumah. Sementara Ningsih dan Harun asyik dengan perselingkuhannya, dan tidak peduli dengan keadaan anak tirinya.
Dipenjara, Yuwono selalu bertanya kepada petugas sipir karena tidak ada yang menengoknya. Hingga suatu hari, Yuwono kaget karena tiba-tiba kedua anaknya tiba di penjara dan mengadukan kejadian yang telah menimpa mereka. Netty dan Susi lari dari rumah setelah disuruh tidur diluar, sementara Ningsih dan Harun pergi asyik bersuka ria. Mengetahui keadaan anak-anaknya, Yuwono meminta tolong kepada petugas sipir penjara untuk menjaga anaknya. Walau dengan senang hati petugas tersebut bersedia menolong, akan tetapi Netty dan Susi lebih memilih untuk lari dan tidak mau diasuh olehnya. Kehidupan dijalanan yang keras harus dialami oleh Netty dan Susi. Tidur di emper-emper toko, berjalan dengan disertai malam dan hujan tanpa tujuan yang pasti, hingga akhirnya Susi jatuh sakit ketika sedang tidur di pinggir jalan. Badan susi panas, mengetahui adiknya sakit Netty berusaha mencari obat dan makanan, akan tetapi ketika Netty sedang pergi mencari obat, Susi yang sudah tidak tahan lagi dengan rasa laparnya akhirnya juga mencari makan sendiri. Akhirnya keduanya pun terpisah dan saling mencari satu dengan yang lain.
Yuwono akhirnya bebas, setelah pelaku yang sebenarnya Harun ditangkap dan dipenjara. Begitu bebas, Yuwono langsung menuju rumahnya, akan tetapi ia mendapati rumahnya sudah tidak berpenghuni dan ternyata memang sudah dijual oleh Ningsih dan Harun. Yuwono pun melangkah gontai mencari anaknya yang terpisah. Sementara Netty dan Susi yang sebelumnya terpisah, akhirnya pun bertemu kembali, keduanya saling berpelukan. Di akhir kisah, Yuwono dan kedua anaknya bertemu, mereka menangis pilu. Sebuah Seri drama yang cukup membawa penontonnya ikut terbawa emosi yang di kembangkan oleh sang sutradara. Sutradara Sandy Suwardi Hasan berhasil membawa penontonnya untuk ikut terlibat emosi didalamnya. Ratapan Anak Tiri adalah salah satu film yang boleh dibilang film yang mengharu biru dengan kekerasan yang dialami oleh anak tiri akibat perlakuan ibu tirinya yang kejam. Sukses dengan Ratapan anak tirinya, film ini dibuat skuelnya dengan Ratapan Anak Tiri 2 dan Ratapan Anak Tiri 3. Kemampuan Acting Soekarno M. Noor sudah tidak diragukan lagi, akan tetapi di ratapan anak tiri 1 ini, lebih mengekspose betapa tidak enaknya mempunyai Ibu tiri. Sementara Faradila Sandy, bintang cilik yang berbakat dan aktingnya juga sangat alami sehingga mampu menambah nyawa film ini. Film ini juga tercatat sebagai peraih piala Majalah Junior FFI 1974 untuk pemeran cilik Faradila Sandy dan Piala GPBSI FFI 1974 untuk kategori film terlaris 1973-1974.