Lompat ke isi

Hua Pi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 2 April 2010 15.06 oleh Bennylin (bicara | kontrib) (-spasi)

Hua Pi (Hanzi tradisional: 畫皮; Hanzi: 画皮) adalah salah satu cerita pendek dalam Kisah Aneh Liaozhai karya Pu Songling. Hua Pi sendiri dalam bahasa Indonesia berarti kulit yang dilukis. Isinya menceritakan tentang seorang pelajar yang jatuh cinta kepada seorang gadis. Setelah beberapa lama baru mengetahui bahwa gadis itu adalah sebenarnya monster yang menggunakan kulit manusia yang ia lukis sebagai pakaian.[1][2]

Cerita ini dibuat Pu Songling dengan maksud menyindir orang yang selalu melihat penampilan luar atau fisik seseorang. Ia pun berkomentar dalam tulisannya "Betapa bodohnya manusia di dunia ini! Seseorang yang jelas-jelas siluman tapi semua orang mengatakan bahwa ia cantik". Ia pun mengedepankan pesan moral bahwa penampilan fisik yang cantik bahkan dapat menyembunyikan jiwa iblis seseorang.[3]

Ringkasan cerita

Alkisah di sebuah kota bernama Tai Yuan tinggalah seorang pelajar bernama Wang Sheng. Suatu pagi di luar benteng kota ia melihat seorang wanita berjalan dengan sangat terburu-buru. Wang Sheng memutuskan untuk mengejar dan menawarkan bantuan. Wanita itu bercerita bahwa ia melarikan diri dari sebuah rumah dimana ia diambil sebagai istri muda. Wanita itu sering ditindas mertuanya, maka nekat melarikan diri. Wang Sheng akhirnya menawarkan untuk bersembunyi di rumahnya. Wanita itu setuju dengan syarat jangan memberitahukan pada siapapun. Wang Sheng menyetujuinya. Chen Shi, istri Wang Sheng mencurigai keberadaan wanita itu dan menyuruh suaminya untuk mengusir wanita itu, tapi Wang Sheng tidak menggubris. Pada zaman itu seorang pria boleh memelihara istri kedua, maka Wang Sheng terang-terangan memberitahu istrinya.

Sampai suatu hari Wang Sheng bertemu dengan seorang pendeta Tao. Pendeta itu merasakan hawa jahat dari tubuh Wang Sheng dan bertanya apakah Wang Sheng bertemu siluman. Wang Sheng tidak percaya dan merasa diri baik-baik saja. Pendeta itupun pergi. Wang Sheng yang akhirnya pun menjadi curiga dan takut pada wanita itu. Ia mendatangi kamar wanita itu, tapi pintunya terkunci. Ia pun mengintip lewat jendela. Di dalam ternyata seekor siluman berwarna hijau, dengan gigi yang panjang dan tajam. Siluman itu sedang menggambar kulit manusia yang ditaruhnya di atas ranjang. Setelah itu pelan-pelan ia memakai kulit itu seperti pakaian. Dan jadilah ia wanita simpanan Wang Sheng. Wang Sheng terkejut dan segera berlari mencari sang pendeta. Setelah mencari beberapa lama akhirnya Wang Sheng menemui pendeta di kuil. Pendeta itu hanya memberi Wang Sheng sebuah kemoceng bulu kuda. Ia juga berpesan bahwa kemoceng ini hanya menjaga Wang Sheng dan tidak dapat memusnahkan siluman itu.

Sepulangnya Wang Sheng langsung menggantung kemoceng itu di depan kamarnya dan tidur. Keesokan harinya ia mendengar suara keras di depan pintu. Ia takut dan menyuruh istrinya Chen Shi untuk melihat. Ternyata siluman itu sedang mondar-mandir di depan pintu, takut pada kemoceng itu. Sampai akhirnya ia kesal dan berteriak “Dasar Pendeta laknat, beraninya hanya di belakang saja” dan akhirnya siluman itu menerobos masuk ke kamar Wang Sheng dan dengan paksa merobek dada Wang Sheng dan memakan jantungnya kemudian pergi. Istrinya Chen Shi hanya bisa meratapi tubuh suaminya yang bermandikan darah segar.

Keesokan harinya Chen Shi meminta Er Lang, adik Wang Sheng untuk membantunya mencari sang pendeta. Pada saat bertemu sang pendeta merasakan hawa jahat di tubuh Er Lang dan bertanya hal yang dia tanyakan pada Wang Sheng. Er Lang tidak merasa ada perubahan lalu pulang bertanya pada istrinya. Ternyata istrinya menerima seorang wanita tua untuk menjadi pembantu. Pendeta yang tahu akan terbunuhnya Wang Sheng segera menuju rumah Er Lang dan membunuh siluman itu. Setelah itu Chen Shi langsung berlutut memohon pendeta menghidupkan suaminya. Pendeta tak menyanggupi tapi ia memberitahukan bahwa ada seorang pengemis yang dapat membantunya, tapi dengan syarat Chen Shi harus melakukan apapun yang pengemis itu inginkan.

Chen Shi akhirnya menemukan pengemis itu dan berlutut memohon. Pengemis itu mencemooh dan memukul Chen Shi tapi Chen Shi mengingat kata-kata pendeta itu dan tetap memohon. Akhirnya pengemis itu membawa Chen Shi ke sudut tembok sebuah rumah. Ia batuk dengan keras dan menampung dahaknya di telapak tangan serta menyuruh Chen Shi menelannya. Chen Shi biarpun merasa jijik tetap ingat kata-kata si pendeta. Ditelannya dahak itu, perlahan-lahan dahak itu menggumpal seperti bola kapas dan berjalan terus dari tenggorokannya dan berhenti di dadanya. Si pengemis pun hilang tak berbekas. Chen Shi mencoba mencari tapi ia dan Er Lang tidak berhasil menemukan pengemis itu.

Akhirnya dengan putus asa Chen Shi pulang ke rumahnya dan meratapi mayat suaminya. Tiba-tiba ia teringat bola kapas yang ditelannya. Ia pun mencoba memuntahkannya dan menaruh bola kapas tersebut di bolong tempat jantung Wang Sheng yang telah dicabut siluman itu. Tiba-tiba keesokan harinya Wang Sheng terbangun seperti tidak terjadi apa-apa dengan meninggalkan segaris perak tanda luka di dadanya.

Adaptasi

Hua Pi memiliki beberapa adaptasi film yaitu:

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Jin, Sufang (金素芳); Xu, Guopu(徐国普). (2009). Liaozhai Zhiyi (聊斋志异). Hangzhou: Zhejiang Qing Shao Er Tong Chu Ban She (浙江少年儿童出版社)
  2. ^ a b Hua Pi 画皮, Baidu Baike. Diakses pada 2 April 2010.
  3. ^ (Inggris) Zeitlin, Judith.(1993).Historian of The Strange: Pu Songling and Chinese Classical Tale. California: Stanford University Press
  4. ^ Hua Pi, Exodiac-Indonesia's Movietainment. Diakses pada 2 April 2010.