Lompat ke isi

Alan Race

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 9 April 2010 05.40 oleh TjBot (bicara | kontrib) (bot kosmetik perubahan)

Alan Race adalah seorang teolog Gereja Anglikan yang terkenal di dalam studi teologi agama-agama Kristen. Race saat ini menjabat sebagai Uskup Leicester sejak ditahbiskan pada tanggal 10 Oktober 2007.[1] Selain itu, ia juga menjabat sebagai Dekan dari Studi Pasca-Sarjana Pusat Studi St. Philip, Leicester.[1] Race telah berada di Leicester selama 14 tahun dan berpartisipasi di dalam pertemuan-pertemuan antar-iman melalui lembaga-lembaga antar-iman.[1] Ia juga menulis dalam bidang teologi dan dialog antar-iman, serta menjadi Editor Kepala dari jurnal internasional 'Interreligious Insight: A Journal of Theology and Engagement'.[1]

Di dalam studi teologi agama-agama, Race dikenal sebagai teolog yang pertama kali mempopulerkan penggunaan tipologi tripolar eksklusivisme-inklusivisme-pluralisme, yang kemudian digunakan sebagai standar di dalam studi teologi agama-agama Kristen, dan hingga kini masih banyak digunakan di dalam diskursus teologi agama-agama Kristen.[2][3][4] Dengan demikian, buku 'Orang-orang Kristen dan Pluralisme Religius' (Christians and Religious Pluralism) yang ditulisnya pada tahun 1983 menjadi salah satu literatur klasik di dalam studi teologi agama-agama Kristen.[5]

Di dalam buku tersebut, Race menggunakan tipologi untuk memetakan beragam pendekatan para teolog dan non-teolog Kristen mengenai relasi kekristenan dengan agama-agama lain, ke dalam tiga kategori: eksklusivisme, inklusivisme, dan pluralisme.[5] Pembagian posisi para teolog dan non-teolog ke dalam tiga kategori tersebut didasarkan pada kesamaan dan perbedaan cara pandang mereka terhadap agama-agama non-Kristen.[5] Race mengakui di dalam bukunya bahwa tipologi tersebut bukanlah pemikiran asli miliknya, melainkan berasal dari Carl F. Hallencreutz dan Eric J. Sharpe.[6][7] Akan tetapi, di dalam studi teologi agama-agama Kristen, nama Alan Race yang dikenal sebagai promotor awal tipologi tersebut.

Tujuan dari buku tersebut adalah melakukan survei terhadap banyaknya teori yang bermaksud melihat keberagaman agama sebagai isu teologis, serta menetapkan batas-batas yang dapat mengklasifikasikan kekayaan teori yang ada di dalam diskursus teologi agama-agama masa itu.[5] Selain itu, tujuan lebih lanjutnya adalah membangun komunitas agama-agama dunia yang harmonis.[5] Terlepas dari banyaknya kritik terhadap penggunaan tipologi tersebut, maupun terhadap posisi-posisi di dalam tipologi tersebut, pendekatan tipologi tripolar tetap berperan sebagai pendekatan yang menggerakkan diskursus teologi agama-agama hingga akhir tahun 1990-an.[8]


Isi Tipologi

Alan Race menyusun tipologi tripolarnya dengan menggunakan 'kebenaran' sebagai kriteria utama. Eksklusivisme melihat kekristenan sebagai satu-satunya agama yang benar melalui penyataan Allah di dalam Yesus Kristus.[5]Selanjutnya inklusivisme menyatakan bahwa agama-agama lain memiliki kebenaran yang tidak penuh, sebab penyataan Allah di luar kekristenan tidaklah penuh.[5] Kemudian pluralisme menganggap bahwa semua agama memiliki kebenaran dari satu Allah, tanpa ada satu pun yang lebih superior, kendati tiap agama unik pada dirinya.[5]


Eksklusivisme

Posisi eksklusivisme adalah posisi yang menempatkan kekristenan sebagai satu-satunya agama yang memiliki kebenaran sebab berlandaskan penyataan Allah melalui Yesus Kristus. Di sini kekristenan menjadi satu-satunya pemilik kebenaran sehingga agama-agama lain dieksklusi dari kriteria agama yang benar.[5] Dua teolog yang berpijak di posisi ini adalah Karl Barth dan Hendrik Kraemer.

Inklusivisme

Inklusivisme dilihat sebagai sebuah posisi yang menerima sekaligus menolak agama-agama lain secara dialektis.[5] Di satu sisi, kekuatan spiritual dan kedalaman religius dari agama-agama di luar kekristenan diterima dan diakui, sehingga dapat dikatakan bahwa yang ilahi hadir di dalam agama tersebut.[5] Namun di sisi lain agama lain ditolak karena dinilai tidak memiliki “cukup kebenaran” yang hanya dimungkinkan lewat Yesus Kristus.[5] Teolog yang amat terkenal dengan posisi ini adalah Karl Rahner dengan konsepnya tentang Kristen Anonim.[5]


Pluralisme

Pluralisme adalah posisi yang diafirmasi oleh Race sebagai tempat ia berpijak dan diklaim sebagai posisi yang relevan bagi masa kini untuk menghargai kemajemukan agama.[5] Ada banyak teolog dan non-teolog yang berpijak pada posisi ini, seperti Wilfred Cantwell Smith, Ernst Troeltsh, W.E. Hocking, Arnold Toynbee, dan John Hick. Posisi ini menyatakan bahwa tidak ada agama yang memiliki pengetahuan akan Allah secara sempurna, termasuk kekristenan.[5] Dengan demikian, superioritas kekristenan dipandang tidak relevan, sebab kebenaran Ilahi tidak hanya dimiliki oleh kekristenan saja, melainkan setiap agama dipandang memiliki kemungkinan keterarahan religius yang sama.[5]


Publikasi

  • Christians and Religious Pluralism, 1983
  • Interfaith Encounter, 2001


Lihat Juga


Referensi

  1. ^ a b c d [1]
  2. ^ (Inggris)Ian Markham. 2004. 'Christianity and Other Religion'. In The Blackwell Companion to Modern Theology. Gareth Jones (Ed.).Malden, MA: Blackwell Publishing.
  3. ^ {{en}Veli-Matti Kärkkäinen. 2004. Trinity and Religious Pluralism: The Doctrine of the Trinity in Christian Theology of Religions. Burlington: Ashgate.P. 3.
  4. ^ (Inggris)Michael Barnes. 2002. Theology and the Dialogue of Religions. Cambridge: Cambridge University Press. P. 8 n.9.
  5. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p (Inggris)Alan Race. 1983. Christians and Religious Pluralism: Patterns in the Christian Theology of Religions. Maryknoll, New York: Orbis Books.
  6. ^ (Inggris)Carl F. Hallencreutz. 1970. New Approaches to Men of Other Faiths: A Theological Discussion. Geneva: World Council of Churches.
  7. ^ (Inggris)Eric J. Sharpe. 1977. Faith Meets Faith: Some Christian Attitudes to Hinduism in the Nineteenth and Twentieth Centuries. London: SCM Press.
  8. ^ (Inggris)Amos Yong. 2003. Beyond the Impasse: Toward a Pneumatological Theology of Religions. Grand Rapids, Michigan: Baker Academics.