Lompat ke isi

Simbol-simbol liturgi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Simbol-simbol liturgi sangat diperlukan dalam perayaan liturgi karena perayaan liturgi itu merupakan perayaan kehidupan. Kehidupan yang dirayakan adalah kehidupan bersama dengan Allah dan sesama. [1]

Pertemuan umat dengan Allah dalam perayaan liturgi tidak bisa lepas dari simbol dan tanda. Agama mistik mengatakan bahwa manusia tidak dapat membayangkan dan menggambarkan Allah , kecuali dengan memanfaatkan simbol.[2]

Arti

Simbol berasal dari bahasa Yunani symbolon, kata kerja: symbalein yang berarti tanda pengenal yang menjelaskan dan mengaktualisasikan suatu perjumpaan dan kebersamaan yang didasarkan oleh suatu kewajiban atau perjanjian. [1]

Simbol sering kali melibatkan emosi individu, gairah, keterlibatan dan kebersamaan, sebab simbol menyertakan kenang-kenangan.

Fungsi

Fungsi simbol yaitu menjembatani masa sekarang dan masa lalu. Dengan demikian kita yang ada di masa kini dapat hadir di masa lalu dan sebaliknya, mereka yang ada di masa lalu dapat hadir di tengah-tengah kita saat ini.[2]

Masa lalu yang ingin dihadirkan kembali pada saat ini secara simbolis antara lain:[2]

Macam-macam simbol

Manusia dapat dikatakan sebagai simbol liturgis. Hal ini karena manusia dapat mengungkapkan dan melaksanakan dirinya dalam bentuk simbol. Caranya dapat berupa kegiatan indrawi maupun melalui gerakan dan bahasa badan. Kegiatan indrawi yang dimaksud misalkan mendengarkan, melihat, menyentuh, merasakan dan mencium. Gerakan dan bahasa badan seperti berdiri, berlutut, penumpangan tangan, pembasuhan tangan, dll.

Benda dan gambar bisa juga menjadi simbol maupun dihayati sebagai simbol. Di dalam gereja patung salib, mimbar, altar dan gambar-gambar para kudus adalah simbol kehadiran peristiwa Kristus. Benda-benda tersebut bukan hanya sebagai hiasan tetapi juga mengandung arti dan dapat membangkitkan emosi.[2]


Referensi

  1. ^ a b E. Martasudjita, Memahami Simbol-simbol dalam Liturgi. Yogyakarta: Kanisius, 1998.
  2. ^ a b c d Rasid Rachman, Hari Raya Liturgi. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005.