Lompat ke isi

Tembikar dan keramik Korea

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Tembikar dan keramik Korea adalah barang pecah belah yang terbuat dari tanah liat yang diproduksi secara tradisional maupun moderen di Korea.[butuh rujukan] Tembikar dan keramik telah diproduksi sejak zaman prasejarah dan produksinya telah berkembang sepanjang sejarah Korea dan dianggap penting dalam perannya dalam kehidupan sehari-hari.[butuh rujukan] Keramik dan tembikar Korea dianggap sebagai karya seni yang bermutu tinggi dikarenakan kecantikan dan teknik membuatnya yang sangat unik serta berbeda dibandingkan produksi negara tetangganya seperti Cina dan Jepang.[butuh rujukan]

Dalam seni keramik Asia Timur, seni keramik tradisional Korea dianggap memiliki konsep yang paling sederhana, lebih banyak menuangkan kreasi kecantikan alam, tidak mengimitasi ataupun melebih-lebihkan.[butuh rujukan] Sementara keramik Cina sangat berwarna dan lebih besar, dan Jepang yang mengembangkan teknik keramiknya dari bangsa Korea memiliki gaya yang unik dan desain yang lembut.[butuh rujukan]

Sejarah

Tembikar Zaman Mumun dari periode Neolitikum.
Tembikar dari Kerajaan Gaya, abad ke-5 M

Zaman prasejarah

Sejarah tembikar muncul seiring perkembangan peradaban manusia prasejarah di Korea, yakni sekitar tahun 7000-8000 SM.[1] Pada awalnya, hanya bangsa Korea dan Cina yang mampu membuat tembikar yang berkualitas yang dihasilkan dari pembakaran di atas suhu 1000 derajat.[1]

Zaman Tiga Kerajaan

Pembuatan barang-barang pecah belah dari tanah liat mulai diproduksi secara besar-besaran pada periode Tiga Kerajaan (57 SM-668 M) yang kebudayaannya semakin pesat berkembang.[butuh rujukan] Negara-negara seperti Goguryeo, Baekje dan Silla, serta Gaya, memproduksi tembikar untuk perlengkapan sehari-hari yang dibakar dengan suhu tinggi di atas 1000˚C di tungku pembakaran.[butuh rujukan] Ciri-ciri barang pecah belah zaman ini berwarna abu-abu dan agak kasar dan digunakan sebagai objek ritual di makam-makam kaum bangsawan.[butuh rujukan] Ciri khas tembikar ini masih diwariskan pada zaman Silla Bersatu (668-935) namun sudah mulai diberi glasir dan dekorasi yang lebih menarik.[butuh rujukan]

Goryeo

Keramik Hijau Goryeo

Pada zaman Dinasti Goryeo (912-1392), teknik membuat keramik glasir hijau (Qing ci;Seladon) diperkenalkan dari Dinasti Song dan segera menjadi sangat terkenal.[butuh rujukan] Keramik tidak lagi dipandang sebagai perlengkapan semata, karena dengan teknik glasir, keramik hijau mulai diperhatikan sebagai karya seni yang berestetika.[butuh rujukan] Agama Buddha yang secara dalam dianut oleh pemerintahan dan rakyat Goryeo ikut mempengaruhi desain keramik hijau, yang dibuat dengan ornamen dan hiasan yang bernafaskan filosofi Buddhisme.[butuh rujukan]

Joseon

Keramik Putih Joseon

Ideologi Neo-Konfusianisme yang diterapkan Dinasti Joseon membuat kepopuleran keramik hijau meredup dan digantikan oleh keramik putih yang sederhana.[2]Selama masa ini jenis-jenis keramik baru muncul seperti buncheong (keramik berwarna coklat) dan cheonghwa baekja (keramik corak biru).[2]

Puluhan ribu pengrajin keramik Joseon yang diculik ke Jepang oleh para penyerbu dalam peristiwa Perang Imjin pada tahun 1592-1598.[1] Mereka dibawa ke Jepang dan mengembangkan teknik pembuatan keramik di Jepang.[1] Teknik pembuatan keramik Korea segera menyebar ke Jepang dan membantu meningkatkan perkembangan seni keramik di negara tersebut, hal itu menyebabkan gaya keramik Jepang begitu sama dengan gaya keramik Korea.[1] Salah satu pengrajin keramik asal Korea yang diculik ke Jepang adalah Yi Sam-pyong.[1]Yi yang menetap di Arita, Prefektur Saga, Pulau Kyushu, dianggap sebagai empunya pengrajin keramik dan sangat dikagumi akan keahliannya.[1]

Pasca Dinasti Joseon-kini

Pasca Dinasti Joseon, Korea dijajah oleh Jepang (1910-1945) dan menderita tekanan budaya yang luar biasa.[butuh rujukan] Berbagai aspek budaya dan tradisi Korea hampir mati dan tidak bisa bertahan, termasuk produksi keramik tradisional.[butuh rujukan]

Pada saat ini, pemerintah Korea Selatan sangat menaruh perhatian dalam pelestarian keramik tradisional di seluruh negeri.[butuh rujukan] Banyak pusat-pusat industri keramik masih beroperasi sejak lebih dari ratusan tahun lalu.[butuh rujukan] Di tempat-tempat ini terdapat tungku-tungku pembakaran kuno yang masih berfungsi dan dilindungi sebagai situs bersejarah.[butuh rujukan] Para pembuat keramik tradisional telah yang keluarganya secara turun-temurun membuat keramik dianggap sebagai aset nasional hidup yang dihargai oleh pemerintah, di antaranya:

Jenis keramik dan tembikar

Goryeo Cheongja

Teknik membuat keramik hijau (Hanzi:青瓷, qīngcí, Bahasa Korea:청자, Cheongja) diperkenalkan dari Dinasti Song di masa pemerintahan Dinasti Goryeo (918-1392).[3] Seniman Goryeo menciptakan Teknik Sanggam untuk menghasilkan kreasi keramik yang baru dan berbeda daripada keramik hijau Cina.[4] Pada masa Dinasti Goryeo, kepopuleran keramik hijau mencapai Cina dan banyak bangsa lain yang mengagumi keindahannya.[3] Para seniman asal Cina bahkan menjulukinya sebagai salah satu dari "harta karun paling indah di bawah langit".[5] Keramik hijau pada saat itu menjadi komoditas perdagangan antara Goryeo dengan bangsa-bangsa lain.[6] Di Goryeo sendiri keramik hijau dinikmati kalangan bangsawan dan menjadi dekorasi karya seni yang menghiasi istana kerajaan dan kuil-kuil Buddha.[7]

Buncheong

Buncheong adalah jenis keramik yang berwarna coklat dinamakan dari warnanya yang agak kecoklatan dibanding jenis keramik lain.[butuh rujukan] Buncheong berkembang di abad ke-15 masa Dinasti Joseon dan dinikmati oleh semua kelompok masyarakat. [butuh rujukan]Ciri-cirinya adalah permukaannya yang kasar, goresannya gambarnya tebal dan cara pembuatannya lebih sederhana sehingga kurang dianggap cantik dibanding jenis keramik lain.[butuh rujukan] Pada masa Perang Imjin, produksi keramik Buncheong hampir mati karena banyak pengrajin yang diculik serta tungku pembakaran hancur.[1]

Joseon Baekja

Joseon Baekja atau Keramik Putih Joseon diproduksi pada masa Dinasti Joseon (1392-1910). Keramik putih menikmati kepopuleran dan mengambil alih posisi keramik hijau.[2] Pemerintahan Joseon memfokuskan pada upaya khusus untuk memproduksi dan mengelolanya, dan masyarakat pun sangat menyukai jenis keramik baru ini.[2] Karena besarnya dukungan dan keterkenalannya, produksi keramik putih mengalami pertumbuhan yang pesat.[2]

Onggi

Onggi adalah jenis tempayan yang terbuat dari tembikar yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari.[8] Orang Korea memanfaatkan Onggi sebagai tempat menyimpan makanan tradisional sejak lama seperti kimchi, jeotgal, kecap asin (ganjang), saus gochujang, doenjang dan sebagainya.[8]

Galeri

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h (Inggris)The Korean Pottery, koreafolkart. Diakses pada 24 April 2010.
  2. ^ a b c d e (Inggris)White Porcelain with Inlaid Lotus Scroll Design, koreana. Diakses pada 28 April 2010.
  3. ^ a b (Inggris)Pak, Young Sook (2003). Earthenware and Celadon. Laurence King Publishing. ISBN 1-85669-360-0. 
  4. ^ (Inggris)KOREAN CELADON POTTERY, zanzibararts. Diakses pada 8 Mei 2010.
  5. ^ (Inggris)Gangjin Celadon, Home of "the finest celadon under heaven"
  6. ^ (Inggris)Nahm. Ph. D, Andrew (2009). A Panorama of 5000 Years: Korean History. Hollym International Corp, Elizabeth, New Jersey. ISBN 0-930878-68-X. 
  7. ^ (Inggris)Korean Ceramics, Its History and Evolution, visitkorea. Diakses pada 19 April 2010.
  8. ^ a b (Inggris)Rha, Sunhwa (2006). Pottery, Korean Traditional Handicrafts. Ewha Woman University Press, Seoul. ISBN 89-7300-682-7-04630. 

Pranala luar