Lompat ke isi

Kitab Imamat

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Orang Yahudi mempersembahkan kurban bakaran di altar

Kitab Imamat adalah bagian dari kitab Taurat.[1] Dalam beberapa bahasa di daratan Eropa, kitab ini disebut Leviticus, yang diambil dari bahasa Latin Liber Leviticus dari bahasa Yunani (το) Λευιτικόν.[1] Dalam bahasa Ibrani, kitab ketiga dari Taurat ini disebut wayyiqra yang artinya adalah “Maka dipanggil-Nya/Ia memanggil”(Im. 1:1).[1], Kalimat wayyiqra adalah kalimat pertama dalam kitab Imamat.[1][2] Kitab ini berisi peraturan-peraturan untuk ibadat dan upacara-upacara agama bangsa Israel di zaman dahulu.[1] Juga untuk para imam (kaum Lewi) yang bertanggung jawab atas pelaksanaannya.[1] Yang menjadi pokok dalam buku ini ialah kesucian Tuhan, dan bagaimana manusia harus hidup dan beribadat supaya tetap mempunyai hubungan baik dengan Yahwe, Tuhan Israel.[1] Petikan yang paling terkenal dari buku ini ialah yang oleh Yesus disebut perintah utama yang kedua, "Cintailah sesamamu seperti kamu mencintai dirimu sendiri" (19:18).[1]

Tokoh Utama Kitab Imamat

Tokoh utama dalam kitab ini adalah Harun, seorang dari Suku Lewi.[2] Tugas keimaman yang dilukiskan dalam kitab ini terbatas pada putra-putranya.[2] Kepada mereka diberikan tugas untuk melaksanakan pelayanan imam.[2]

Penulisan Kitab Imamat

Penulis Kitab Imamat tidak disebutkan dalam kitab ini.[2] Dikatakan bahwa Tuhan berfirman berulang kali kepada Musa dan Harun, namun tidak diberikan perintah untuk menuliskan atas apa yang difirmankan tersebut.[2] Isi dari kitab ini merupakan penyataan ilahi yang diberikan di Sinai pada zaman Musa.[2]

Menurut teori sumber, kitab ini berasal dari Sumber Priest yang dikarang pada akhir zaman pembuangan dan sesudahnya.[3] Kitab Imamat ini tidak dikarang sekaligus.[3] Hal ini terlihat jelas dari susunan isinya yang tidak teratur. Penyusun memakai bahan yang bermacam-macam isi dan waktunya.[3] Ada persamaan besar antara beberapa peraturan tentang kurban dengan bahan-bahan yang didapatkan pada penggalian di Ras Sjamra di negeri Suriah, yang menurut ahli sudah ada sebelum zaman 1200 SM.[3] Namun ada juga sumber lebih dari zaman musa, misalnya Imamat 26 di susun pada waktu bangsa Israel sudah menduduki Tanah Kanaan.[3]

Keseluruhan kitab ini semacam perpaduan pelbagai peraturan yang disusun di kalangan para imam di Yerusalem pada zaman pembuangan ke Babel, yaitu antara tahun 597 SM dan 539 SM.[4] Para imam-pengarang tersebut memusatkan perhatianya pada ibadat dan hirarki imamat.[4] Mereka mengenangkan masa lampau supaya berguna sebagai petunjuk-petunjuk terhadap generasi di masa mendatang.[4] Secara defenitif kitab Imamat disusun sesudah kembalinya bangsa Israel dari pembuangan, yaitu antara tahun 538 dan 400 SM.[4]

Isi

Isi dari kitab ini merupakan penyataan ilahi yang diberikan di Sinai pada zaman Musa.[2] Kitab ini berisi rincian tentang peraturan-peraturan dalam ibadat dan upacara-upacara agama bangsa Israel di zaman dahulu.[2] Juga untuk para imam (kaum Lewi) yang bertanggung jawab atas pelaksanaannya.[2] Kitab ini menjadi petunjuk untuk bangsa imam dan wakil-wakil mereka, yaitu para imam.[2] Petunjuk tersebut menyangkut tentang ibadat dan upacara, sikap yang harus dipelihara oleh umat Allah jika mereka ingin adanya persekutuan yang tak terputus dengan-Nya, kekudusan Tuhan, bagaimana manusia harus hidup dan beribadat (supaya tetap mempunyai hubungan baik dengan Yahwe), menjadi pokok dalam kitab ini.[2] Tema inti dari Kitab Imamat ini dapat diungkapkan melalui istilah qodesy ‘kekudusan’ dan ‘qadosy’ kudus (Lihat Im. 19:2).[2]

Garis Besar Kitab Imamat

Bangsa Israel memelihara upacara tradisional yang mereka warisi dari nenek moyang mereka, seperti persembahan hewan dan kemudian dilengkapi dengan sejumlah upacara baru yang diadakan pada masa kemudian, sewaktu Israel telah mengenal pertanian dan menetap di Palestina (seperti: persembahan hasil bumi).[3] Upacara tersebut juga tercampur dengan upacara bangsa-bangsa tetangga, seperti Kanaan, Asyur-Babel dan Mesir, sejak [[zaman Musa] maupun sesudahnya.[3][4] Kesemuanya itu diseleksi dan dijiwai semangat iman dan disesuikan dengan hukum yang ditetapkan oleh Musa.[4] Dalam Im. 1-3 dijelaskan ada tiga macam korban, yaitu: ola atau kurban bakaran, mincha atau kurban makanan dan sjelim atau kurban keselamatan.[3] Pasal 4:1-6:7, memberikan pembagian lain, yaitu chattat atau kurban dosa dan asjam atau kurban kesalahan.[3] Pada pasal 6:8-7:38 memberi petunjuk kepada imam bagaimana memberi kurban bakaran, makanan, dosa, dan kurban keselamatan yang harus dipersembahkan dan bagian mana dari kurban tersebut yang menjadi hak imam.[3]

  • Imamat Im. 8-10[4]

Perlu ada kewenangan yang menjamin lancar dan tepatnya pelaksanaan ibadat suci, sehingga harus ada Imamat yang berperan.[4] Para raja Israel mempercayakan tugas imamat tersebut pada para imam yang memiliki pendidikan khusus.[4] Bagian ini bersifat historis dan merupakan pelaksanaan dari Keluaran 29.[3] Di sini diterangkan tentang penahbisan Harun dan anak-anaknya menjadi imam dan peristiwa kematian Nadab dan Abihu.[3]

  • Kekudusan Bangsa Imamat 11-15.[4]

Kitab Imamat memberi keterangan bahwa Israel adalah jemaat yang kudus.[4] Orang Israel harus hidup bersih dan tahir, sehingga mereka harus memerhatikan peraturan yang menjamin ketahiranya tersebut.[4] Peraturan tentang ketahiran lahiriah bertumpu pada peringatan perlunya ketahiran batiniah; orang Israel harus setia pada Hukum Taurat.[4] Untuk menjaga kekudusan bangsa Israel, maka binatang-binatang dibagi atas yang haram dan yang halal (Im. 11).[3] Ada juga perjanjian sesudah kelahiran anak (Im. 12), persoalan sakit kusta (Im. 13, 14) dan kenajisan yang berhubungan dengan kelamin diatur. (Im. 15).[3]

  • Grafirat (Imamat 16)[3]

Mengatur tentang hari grafirat, dan merupakan kelanjutan dari pasal 8-10. [3]

Menyangkut hukum kesucian meliputi bermacam bidang, baik yang berhubungan dengan kebaktian maupun kehidupan masyarakat.[3] Intinya dapat dinyatakan dalam Imamat 19:2 “hendaklah kamu suci, karena sucilah aku, Tuhan Allahmu”.[3] Tentang hari raja-raja (Imamat 23), tahun Sabbat dan tahun Yobel juga menjadi hal yang penting, ini memiliki peranan sosial, yaitu membantu orang miskin dan budak.[3]

Kitab ini merupakan suatu pasal tambahan tentang mengabulkan kaul.[3]

Rincian Peraturan Pokok dalam Kitab Imamat

Rincian enam pokok utama dalam Kitab Imamat tersebut adalah:[1][5]

  • Imamat 1-7 terdiri dari:[1][5]
  1. Kurban Bakaran (Im. 1: 1-17)[1]
  2. Kurban makanan atau tumbuhan(sajian). (Im. 2:1-16)[1]
  3. Kurban pendamaian/the peace offering. (Im. 3:1-17)[1]
  4. Kurban penghapus Dosa (Im. 4:1-5:13)[1]
  5. Kurban penebus kesalahan (Im. 5:14-19)[1]
  6. Kondisi yang memerlukan penebusan (Im. 6:1-7)[1]
  7. Persembahan bakaran (Im. 6: 8-13)[1]
  8. Kurban sajian (Im. 6:14-23)[1]
  9. Kurban penghapusan dosa (Im. 6:24-30)[1]
  10. Upacara tentang persembahan yang salah (Im. 7:1-10)[1]
  11. Upacara tentang persembahan bagi perdamaian (Im. 7:11-21)[1]
  12. Larangan darah dan lemak (Im. 7:22-27)[1]
  13. Lebih lanjut, peraturan tentang kurban pendamaian (Im. 7:28-38)[1]
  1. Persiapan penahbisan (Im. 8:1-5)[1][5]
  2. Upacara penahbisan (Im. 8: 6-13)[1][5]
  3. Upacara konsekrasi (Im. 8: 14-36)[1][5]
  4. Petunjuk tentang penghapusan dosa (Im. 9:1-7)[1][5]
  5. Harun memberi kurban (Im. 9:8-24)[1][5]
  6. Nasib Nadab dan Abihu (Im. 10: 1-7)[1][5]
  7. Larangan tentang kemabukan imam (Im. 10:8-11)[1][5]
  8. Peraturan tentang makanan yang dikuduskan(Im. 10:12-20)[1][5]
  • Kekudusan Bangsa(Imamat 11-15)[1][5]
  1. Binatang haram dan tidak haram (Im. 11:1-47)[1][5]
  2. Pemurnian setelah melahirkan (Im. 12:1-8)[1][5]
  3. Dalil tentang kusta (Im. 13:1-14:57)[1][5]
  4. Pemurnian laki-laki dan perempuan (Im. 15:1-33)[1][5]
  • Hukum Kesucian (Imamat 17-25)[1][5]
  1. Darah pengorbanan (Im. 17: 1-16).[1][5]
  2. Kepercayaan, hukum dan penghakiman (Im. 18:1-20:27)[1][5]
  3. Hukum kekudusan imam (Im. 21:1-22:33)[1][5]
  4. Masa pentahbisan/hari raya (Im. 23:1-24:23)[1][5]
  5. Tahun Sabat dan Yobel (Im. 25:1-55) [1][5]
  • Mengabulkan Kaul; Perjanjian, peringatan, dan tambahan (Imamat 26-27)[1][5]

Referansi

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al am an ao ap aq ar as .Martin Noth,Levitikus A Commentary, (Philadelphia: The Westminster Press, 1972) ISBN 0-664-20774-X,09-13. Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "Martin Noth" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m Lasor dkk, ‘’Pengantar Perjanjian Lama 1’’, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), 213, 215.
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w D.C. Mulder, Pembimbing ke dalam Perjanjian Lama, (Jakarta: Badan Penerbit Kristen, 1963), 66-72.
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m Stefan Leks, Menuju Tanah Terjanji: ulasan beberapa tema pokok kitab-kitab Keluaran, Bilangan, Imamat dan Ulangan, (Ende-Flores: Nusa Indah, 1978).96-100.
  5. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x R. K. Harrison, Introduction To The Old Testament,(Grand Rapids: WILLIAM B. EERDMANS PUBLISHIING COMPANY, 1969),ISBN 0-8028-3107-9, 598-592.

Lihat pula