Lompat ke isi

Mangkunegara II

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Pemerintahan Mangkunegara II

Mangkunegara II adalah sebutan untuk Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario Mangkunegara II Raja di Praja Mangkunegaran. Dalam penulisan sejarah sering hanya disebut dengan nama Mangkunegara II tetapi secara jelas tetap menunjukan sebagai yang dimaksud Raja Mangkunegaran.Semasa mudanya bernama RM.Sulomo kemudian dewasa bergelar Pangeran Surya Mataram dan Pangeran Surya Mangkubumi. Mangkunegara II lahir dari pasangan Ratu Alit dan Pangeran Hario Prabuwijaya.Dari pihak ibu Mangkunegara II adalah cucu dari Paku buwono III sedang dari pihak ayahnya adalah cucu dari Mangkunegara I yang terkenal dengan gelar Pangeran Sambernyawa. Ratu Alit adalah putri Paku buwono III sedang Pangeran Hario Prabuwijaya adalah putra Mangkunegara I. Pemerintahan Mangkunegara II berlangsung dari tahun 1796 sampai 1835.

Nama Pangeran Surya Mataram sempat membuat panik Belanda disebabkan nama itu memuat unsur keagungan yang dapat memancing kekeruhan stabilitas tiga kerajaan; Kasultanan-Kasunanan-Mangkunegaran.Pergantian nama dan gelar Pangeran Surya Mataram menjadi Pangeran Surya Mangkubumi membuat peralihan dari kepanikan Belanda menjadi mengundang kemarahan Sultan Hamengku buwono I. Belanda perlu khawatir karena nama Surya Mataram belum pernah ada waktu itu dan terasa betul unsur unsur keagungan nya yang bakal mengundang rasa curiga bagi pihak Keraton/Kerajaan yang lain.Rasa curiga bagi pihak lain mengundang ancaman perselisihan dan perang terbuka yang akan menyeret kembali Belanda kedalam peperangan.Belanda tidak ingin mengulang kembali keterlibatannya dalam perselisihan dan perang yang berlarut larut.Sultan Hamengku Buwono I mengajukan protes lewat patihnya karena nama Mangkubumi adalah nama untuk dirinya sebagai anggota tertua yang masih hidup dalam dinasti Mataram.

Pada masa Mangkunegara I penggunaan nama selalu mengundang faktor kecurigaan dan sensitif yang tinggi karena nama memuat sejumlah harapan dan cita cita yang dapat menjadi claim bagi hegemoni dan pelebaran kekuasaan.

Perluasan wilayah kerajaan

Dalam pemerintahan Mangkunegara II Mangkunegaran mengalami perluasan wilayah dari 4.000 cacah menjadi 5.500 cacah.Penambahan perluasan ini diperoleh semasa Raffless menjabat Gubernur Jenderal di Hindia Belanda.Pada jaman Daendels sebelum Raffless kedudukan Mangkunegara sebagai Pangeran Miji ditingkatkan menjadi Pangeran pinisepuh/yang dituakan .Pada tahun 1808 Legiun Mangkunegaran dibentuk dan dibangun.Legiun ini berkekuatan 1.150 personil dan dipersenjatai untuk memperkuat kedudukan dan posisi Mangkunegaran.Pertambahan luas wilayah Mangkunegaran diikuti juga dengan penambahan jumlah personil Legiun menjadi 1.500 orang.Pembentukan dan pembangunan Legiun menggunakan dana upeti Belanda ke Mangkunegaran dan sebagai Komandan pertama adalah Mangkunegara II.Praja Mangkunegaran dalam tata praja terdiri dari daerah daerah yang meliputi; Daerah Malangjiwan, Daerah Wonogiri dan Daerah Karanganyar. Masing masing daerah dipimpin oleh seorang Wedana Gunung.

Legiun Mangkunegaran mengangkat prestise Mangkunegaran ditingkat percaturan politik yang lebih mandiri.Kekuatan untuk memaksakan kehendak dalam politik bukan sekadar tanpa tindakan melainkan alat untuk memaksakan kehendak terhadap pihak lain sudah dipersiapkan.Pembangunan Korp Legiun Mangkunegaran dilengkapi dengan pendidikan kemiliteran yang disebut sebagai Sekolah Kadet Legiun Mangkunegaran.Komandan Legiun Mangkunegaran adalah Mangkunegara yang sedang bertahta dengan pangkat kemiliteran Kolonel. Dalam Korp Legiun ini terdapat Pasukan Infantri, Kavaleri dan Artileri. Dengan Legiun Mangkunegaran maka Praja Mangkunegaran menjadi satu satunya Istana dimana tradisi tradisi militer bangsawan Jawa tetap hidup meski berhadapan dengan kekuasaan kolonial. Dengan korp Militernya Mangkunegaran tampil aktif dan lebih terbuka terhadap ide ide baru.

Penggunaan kata "Legiun" dalam Korp kemiliteran Mangkunegaran merupakan serapan ide baru dalam hubungannya dengan Perancis melalui Daendels yang menjabat Gubernur Jenderal di Hindia Belanda. Seperti Korp Elite Militer Perancis sekarang Legiun Asing yang menyatukan anggotanya dengan bahasa Perancis, demikian juga Legiun Mangkunegaran anggotanya dipersyaratkan menguasai bahasa Belanda dan bahasa Melayu.Penggunaan bahasa Melayu di Korp militer Mangkunegaran menjadi catatan tersendiri untuk Mangkunegaran dalam sumbangsihnya untuk kepentingan Nasional Indonesia, karena bahasa Melayu kemudian ditetapkan menjadi bahasa Nasional Indonesia.Mangkunegaran telah memberikan kontribusi awal jauh sebelum Bangsa Indonesia Merdeka lewat tradisi berbahasa Indonesia yang kala itu disebut sebagai bahasa Melayu.Sebagai syarat bahasa Melayu adalah wajib yang harus dikuasai oleh anggota Legiun disamping bahasa Belanda.

Menengahi Konflik Di Yogyakarta

Pemerintahan Mangkunegara II mengalami kesuksesan dalam meredam konflik di Yogyakarta serta membentuk pemerintahan baru di Yogyakarta yakni Kadipaten Paku Alaman dengan wilayah yang diambil dari Kasultanan.Sebagai Adipati yang pertama di Kadipaten yang baru ini Pangeran Natakusuma diangkat sebagai Paku Alam I dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya.Tanggal 13 Maret 1813 merupakan awal dan hari jadi Kadipaten.

Pada masa Mangkunegara II, di Yogyakarta yang bertahta adalah Hamengku Buwono II.Sultan Yogyakarta ke dua ini dalam pemerintahannya mengalami intrik dan rongrongan kekuasaan dari kerabat dan saudaranya sehingga jalannya pemerintahan Kasultanan mengalami pasang surut dan penuh dengan ketegangan dan muatan konflik yang berakibat melemahnya pemerintahan.

Dalam dua periode Gubernur Jenderal (Daendels dan Raffles), Yogyakarta ditekan dengan kekuatan militer untuk memaksa Hamengku Buwono II turun tahta.Di bulan Desember tahun 1810 Daendels dengan pasukan 4.200 tentara menyerbu Yogyakarta.Daendels menurunkan Hamengku Buwono II kemudian mengangkat putera Mahkota Yogyakarta sebagai Hamengku Buwono III dan kembali ke Batavia dengan membawa Pangeran Natakusuma sebagai tawanan.Pada bulan Juli 1812 gantian Raffles dengan 2.000 tentara menyerbu Yogyakarta.Dalam waktu yang bersamaan Tentara Gurkha-Sepehi yang datang ke Jawa bersama Inggris terlibat rencana pemberontakan terhadap kekuasaan Inggris karena beredar desas desus bahwa mereka akan dijual ke Belanda dan ditinggalkan [[Inggris] sehingga untuk memperbesar jumlah pasukan menekan Yogyakarta maka Raffles mengkontak Pangeran Prangwadana dari Mangkunegaran untuk mengerahkan Legiun Mangkunegaran memback up pasukan Natakusuma.

Pustaka:

1. Peter carey : The Power of Prophecy Prince Dipanagara and The End of An Old Older in Java 1785-1855,

2. MC.Ricklefs; Jogjakarta Under Sultan Mangkubumi

3. Djumadi, Thojip,Majalah SENANG, Jakarta; 7 Maret 1982

4.Susilantini,Endah.,Mumfangati,Titi.,Suyami., Konsep Sentral Kepengarangan KGPAA.Mangkunegara IVProyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Pusat, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Rekonstruksi dan Suntingan : Rangga Suryo