Lompat ke isi

Musnad Ahmad

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 23 Agustus 2010 10.10 oleh Ricky Setiawan (bicara | kontrib) (←Membatalkan revisi 3524495 oleh 125.165.85.92 (Bicara))

Musnad al-Kabir atau lebih dikenal sebagai Musnad Ahmad adalah salah satu dari sembilan kitab hadits (kutubuttis'ah) yang dijadikan rujukan utama umat Islam Sunni. Kitab ini disusun oleh Imam Ahmad bin Hanbal. Musnad ini terbagi menjadi beberapa musnad besar yang terdiri dari beberapa musnad sahabat atau hadits sahabat. Musnad sahabat atau hadits sahabat ini kemudian memuat beberapa hadits. Di antara kutubuttis'ah, kitab ini merupakan kitab dengan jumlah hadits terbanyak.

Penomoran

Dalam menyusun kitab Musnadnya, Imam Ahmad tidak memberikan nomor. Di kemudian hari ditambahkan nomor pada Musnad Ahmad untuk memudahkan perujukan hadits, antara lain sebagai berikut:

Penomoran al-Alamiyah (26363)

Perujukan hadits pada penomoran al-Alamiyah berdasarkan hadits yang serupa. Setiap hadits yang serupa dihitung satu hadits.

Penomoran Ihya at-Turats (27100)

Perujukan hadits pada penomoran Ihya at-Turats berdasarkan sanad hadits. Setiap sanad dihitung satu hadits. Penomoran ini banyak digunakan dalam penulisan kitab, buku, dan artikel keislaman.

  • Penulisan: HR Ahmad (nomor hadits), maksudnya adalah hadits riwayat Imam Ahmad dalam Musnadnya pada nomor yang disebutkan.

Penomoran naskah al-Maimuniyah (6 jilid)

Perujukan pada nomor halaman dari naskah al-Maimuniyah. Naskah ini terdiri dari 6 jilid. Penomoran ini banyak digunakan dalam penulisan kitab keislaman, termasuk kitab-kitab Syaikh al-Albani.

  • Penulisan: HR Ahmad (Jilid/halaman), maksudnya adalah hadits riwayat Imam Ahmad dalam Musnadnya pada jilid dan halaman yang disebutkan.

Perbedaan penomoran menjadikan perbedaan perhitungan jumlah hadits dalam Musnad Ahmad. Menurut penomoran al-Alamiyah, terdapat 26363 hadits dalam Musnad Ahmad. Sedangkan menurut penomoran Ihya, ada 27100 hadits. Perbedaan ini timbul karena penomoran al-Alamiyah menghitung hadits yang serupa sebagai satu hadits; sedangkan penomoran Ihya menghitung setiap sanad hadits sebagai satu hadits, walaupun hadits tersebut serupa. Oleh karena itu, jumlah hadits menurut penomoran Ihya menjadi lebih banyak daripada al-Alamiyah.

Lihat pula

Pranala luar

  • (Arab) Musnad Ahmad, lengkap dengan sanad, penomoran al-Alamiyah.