Lompat ke isi

Aji Muhammad Sulaiman

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Berkas:Kutai-Sulaiman.jpg
Foto Sultan Sulaiman di dinding keraton Kutai Kartanegara
Berkas:Sultansulaiman-kukar.gif
Sultan Aji Muhammad Sulaiman bersama putra mahkota dan para menteri kerajaan.

Aji Muhammad Sulaiman yang bergelar Sri Paduka Sultan Aji Muhammad Sulaiman al-Adil Khalifatul-Mu'minin bin Muhammad Salehuddin (dilahirkan dengan nama Aji Biduk/Pangeran 'Umar) adalah Sultan Kutai Kartanegara ke-18, memerintah dari tahun 1845 sampai 1899 merupakan putera ke-8 dari Sultan Aji Muhammad Salehuddin, dengan istrinya Aji Kinchana.[1][2]

Biografi

Lahir pada tanggal 8 Februari 1838, menggantikan ayahnya menjadi Sultan pada saat kematian ayahnya tanggal 23 Juli 1845. Memerintah di bawah sebuah Konsul sampai ia dewasa dan secara formal dimahkotai sebagai Sultan dengan kekuatan penuh di Tenggarong pada tanggal 19 Oktober 1850, dan disetujui oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 4 Januari 1851. Sultan Aji Muhammad Sulaiman meninggal di Tenggarong pada tanggal 2 Desember 1899, dimakamkan di Pemakaman Kerajaan di Tenggarong.[1]

Penghargaan

Penghargaan yang diterima oleh Sultan adalah:

  • Commander of the Order of Orange Nassau (1898),
  • Knight of the Order of the Netherlands Lion (12.5.1874),
  • the Gold Medal for Civil Merit (1864).[1]

Istri

  1. Aji Ratu Shalbiah (meninggal pada 30 Oktober 1860, dimakamkan di Pemakaman Kerajaan di Tenggarong).
  2. Aji Rubia [Labiak], Aji Ratu Agung (meninggal sebelum 1888).
  3. Aji Saja [Soja] (meninggal pada 7 September 1861, dimakamkan di Pemakaman Kerajaan di Tenggarong), anak dari Aji Tepa
  4. sebelum 1857, Aji Siti Jawiah, anak dari Sultan Ibrahim Khaliluddin bin Pangeran Suriya Nata Negara, Sultan Pasir.
  5. menikah dengan 38 istri atau selir lainnya termasuk diantaranya adalah:
    1. Dayang Suking.
    2. Dayang Lainaly (meninggal pada 9 November 1866, dimakamkan di Tenggarong).
    3. Puwa Betta Jauzat (meninggal pada 7 Maret 1877, dimakamkan di Tenggarong).[1]

Keturunan

Sultan memiliki keturunan 84 orang anak, termasuk 41 anak laki-laki dan 28 anak perempuan

Anak Laki-Laki

  1. Aji Muhammad Yasin, Pangeran Saputra. Kadang dipanggil Panglima Besar dan Menteri Negara.
  2. Aji Muhammad Azim ud-din, Pangeran Prabu Anum, yang menggantikan sebagai Sultan Aji Muhammad Alimuddin, Sultan Kutai Karta Negara (anak dari Aji Rubia).
  3. Aji Muhammad Aminuddin, Pangeran Mangku Negara. lahir di Tenggarong, 1858. Sebelumnya bergelar Pangeran Sasra Negara. Menteri Negara 1902-1910, Perdana Menteri pada 1910-1911. Dianugerahi gelar Pangeran Mangku Negara pada 1910. Wali dari keponakannya dari tanggal 26 September 1911. Menghadiri pelantikan Ratu Wilhelmina dari Belanda, di Amsterdam, 1898. Menerima: Knt. of the Order of the Netherlands Lion, dan Officer of the Order of Orange-Nassau (14 September 1920). Menikah di Surabaya pada tahun 1874, dengan puteri tertua Raden Adipati Panji Chakra Negara, Bupati Surabaya.[1]
  4. Adji Mahmoed glr. Adji Raden Mangliwidjojo mendjadi Hoofd Kartiker van Sultant Koetei di Negeri Belanda.
  5. Adji Botoh glr. Adji Raden Atmodjosoepno mendjadi Menteri Keradjaan Oeroesan Kemakmoeran Koetei.

Anak Perempuan

  1. Aji Semen. Meninggal sebelum 1905.
  2. Aji Aniah [Enah], Radin Wasita. menikah dengan Pangeran Prawira.
  3. Aji Saleha.[1]

Referensi

Didahului oleh:
Aji Muhammad Salehuddin
Sultan Kutai Kartanegara
1845—1899
Diteruskan oleh:
Aji Muhammad Alimuddin