Mobon dari Goguryeo
Raja Mobon dari Goguryeo (? - 53, r. 48-53) merupakan raja ke-5 Kerajaan Goguryeo, Tiga Kerajaan Korea di bagian paling utara.
Mobon dari Goguryeo | |
Hangul | 모본왕 |
---|---|
Hanja | 慕本王 |
Alih Aksara | Mobon-wang |
McCune–Reischauer | Mobon-wang |
Nama lahir | |
Hangul | 해우 or 애루 or 막래 |
Hanja | 解憂 or 愛婁 or 莫來 |
Alih Aksara | Hae U or Aeru or Mangnae |
McCune–Reischauer | Hae U or Aeru |
Latar Belakang & Pemerintahan
Menurut riwayat Samguk Sagi, sejarawan Korea pada abad ke-12 Tiga Kerajaan, Mobon merupakan putra tertua dari raja ke-3 Goguryeo, Daemusin. Meskipun Mobon adalah putra mahkota pada saat Daemusin wafat, karena usianya yang masih sangat belia, adik Daemusin, Minjung yang mewarisi tahta. Mobon menjadi raja setelah Minjung wafat.
Namun di dalam riwayat Samguk Yusa, Mobon digambarkan sebagai abang Minjung.
Catatan dari Samguk Sagi menjelaskan bahwa tabiat Mobon kasar dan keras kepala yang mengakibatkan banyak orang membencinya. Pada tahun 49, ia menyerang Dinasti Han beberapa kali, akan tetapi kemudian membuat perjanjian perdamaian dengan Han.
Ia dibunuh oleh seorang pejabat istana, Duro, dari Mobon. Ia dimakamkan di Mobon-won.
Ia menunjuk putranya Ik sebagai putra mahkota, tapi setelah kematian Mobon, terjadi perselisihan di dalam memperebutkan tahta. Beberapa pelajar percaya bahwa Mobon memiliki nama keluarga Hae yang terakhir yang dimulai oleh raja ke-2 Goguryeo, Yuri, dan yang ke-6 raja Taejo memulai nama keluarga Go.
Kontroversi yang berkisar di masa akhir pemerintahan
Banyak sumber yang mengatakan bahwa Samguk Sagi dan Samguk Yusa, menjelaskan bahwa Raja Mobon adalah raja yang heabt yang memikirkan akan nasib rakyatnya, akan tetapi berubah menjadi seorang raja yang lalim di masa akhir pemerintahannya. Namun, jika diamati dari sumber yang sama yang telah disebutkan diatas, peristiwa seperti membuka gudang makanan untuk menolong rakyat yang kelaparan, bukanlah karakter dari seorang raja yang lalim. Dengan hal ini di dalam pikiran mereka, beberapa pelajar mencurigai bahwa ini merupakan salah satu rencana yang dibuat oleh para pendukung Raja Taejo dari Goguryeo untuk kudeta mereka. Para pelajar tersebut kemudian mendukung teori bahwa perbedaan nama di dalam pemimpin pertama Goguryeo adalah penyebab perubahan kekuasaan di antara lima keluarga bangsawan.