Lompat ke isi

Isabeau dari Bayern-Ingolstadt

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Elisabeth von Bayern-Ingolstadt

Elisabeth von Bayern-Ingolstadt (bahasa Prancis: Isabeau de Bavière skt. 137024 September 1435) adalah Ratu Perancis (1385-1422) istri dari Raja Charles VI, anggota dari wangsa Valois. Dia dianggap memegang peranan penting di depan publik selama bencana melanda pemerintahan suaminya.

Silsilah

Elisabeth adalah putri dari Stephan III von Bayern-Ingolstadt dan Taddea Visconti.

Kakendanya dari pihak ayah adalah Stephan II dari Bayern (putra dari Kaisar Ludwig IV) dan Elisabetta dari Sisilia (yang darinya Elisabeth von Bayern-Ingolstadt mendapatkan nama), putri Raja Fidiricu III dan istrinya Eleonora dari Anjou. Eleonora sendiri adalah putri Carlo II dari Napoli dan Mária dari Hongaria. Mária adalah putri István V dari Hongaria dan Erzsébet si Kuman (yang senama dengan cucu perempuannya), dan melalui itu, jadi namanya menjadi Ratu Elisabeth). Erzsébet adalah putri Kuthen, seorang kepala suku Kipchak dan pemimpin klan Kun yang telah menetap di Hongaria setelah Mongolia mengusir mereka ke bagian barat.

Kakendanya dari pihak ibu adalah Bernabò Visconti, Signore Milan dan Regina-Beatrice della Scala. Regina adalah putri dari Mastino II della Scala, Signore Verona pada tahun 1329 sampai 1351 dan istrinya Taddea di Carrara.

Karier

Christine de Pisan menghadiahkan bukunya kepada Ratu Isabeau. Ia dan pembantunya mengenakan bourrelet permata tajam berbentuk hati di atas rambut yang ditata dalam bentuk tanduk; dinding-dindingnya dihias dengan gabungan Fleurs-de-lys dan lencana Wittelsbach Isabeau.

Peranan Elisabeth von Bayern-Ingolstadt dalam sejarah Perancis telah menyebabkannya menjadi sasaran pena para sejarawan selama berabad-abad. Serangan pena ini berasal dari interpretasi miring di mana Elisabeth berperan penting dalam negosiasi dengan Inggris yang menghasilkan Perjanjian Troyes (1420) dan dari rumor kecil tentang perselingkuhannya yang dimulai di Paris pada tahun 1422-1429 selama penjajahan Inggris.[1] Gosip ini dimulai karena orang-orang mencurigai bahwa putra Elisabeth, Charles VII adalah anak dari hasil perselingkuhannya, yang kemudian berjuang untuk mengusir Inggris dan diterima oleh masyarakat sebagai raja Perancis yang sah. Rumor tersebut dapat ditemukan di sebuah puisi yang berjudul Pastoralet, yang beredar pada zaman itu.

Elisabeth ditempatkan dalam posisi yang memerlukan peran yang sangat kuat dalam pemerintah untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh suaminya yang mempunyai penyakit mental. Beberapa bulan setelah awitan penyakit sang Raja, dokter merekomendasikan program hiburan baginya, dan ini mengilhami anggota mahkamah menyarankan sang Raja memberi kejutan pada Ratu dan anggota istana yang lainnya berpakaian sebagai laki-laki garang dan mengagetkannya dengan tiba-tiba untuk memberi bola untuk merayakan pernikahan seorang pengiring Ratu. Di dalam perayaan tersebut itu, Bola Lelaki yang Terbakar (bahasa Prancis: Bal des Ardents, Elisabeth menyaksikan kecelakaan obor yang mengerikan yang dapat merenggut nyawa sang Raja.

Elisabeth dengan pelayannya.

Elisabeth merupakan duri di depan arena politik bukan hanya karena masalah mental suaminya, yang dipercaya terkena penyakit skizofrenia, tapi juga karena persaingan yang berkembang di antara beberapa anggota keluarga kerajaan. Dikarenakan raja tidak dapat mengenalinya dan sedih akan kehadirannya, hingga akhirnya dianjurkan untuk memberikan dia seorang wanita simpanan pada saat itu, Odette de Champdivers. Odette mungkin mengambil perannya pada tahun 1405,[2] tetapi selama tapi selama itu sang Raja masih memiliki hubungan dengan Elisabeth, yang kehamilan terakhirnya pada tahun 1407. Pada tanggal 11 Oktober 1418 sang Raja menulis sepucuk surat yang memerintahkan untuk memberikan 2.000 livres tournois kepada Isabeau untuk menolongnya menebus gesper berlian (fermail) yang diberikan Charles pada hari pernikahan mereka.[3]Perhiasan tersebut diambil dan dijual tanpa sepengetahuannya, sepertinya pada saat ia dibuang ke Tours pada tahun 1417. Tidak jelas, bagaimanapun juga, surat kerajaan yang dipertanyakan tersebut dikeluarkan oleh sang Raja sendiri. [4]

Di antara mereka yang mencoba mengendalikan pemerintah pada saat sang Raja tidak mampu adik sang Raja, Louis I dari Orléans, dan keponakan mereka Jean I dari Burgundia. Permusuhan getir Orléans dengan Burgundia mencapai titik krisis ketika sang pemimpin dibunuh pada tahun 1407. Kebencian memuncak dan masa perang saudara terjadi. Pendukung terakhir sang adipati dikenal sebagai Armagnacs.

Henry V dari Inggris mengambil keuntungan dari perselisihan internal dan menyerang pantai barat laut Perancis. Ia mengirimkan senjata perang ke Agincourt. Hampir seluruh generasi pemimpin militer mati atau ditawan dalam satu hari. Jean I yang Tak Kenal Takut masih memusuhi keluarga kerajaan dan Armagnacs, tetap netral karena Henry V menaklukkan kota-kota di utara Perancis.

Sebagian besar dua belas anak-anak Elisabeth tidak bertahan hidup sampai dewasa. Tak lama setelah itu anak kelima dan terakhir diberikan gelar dauphin sebagai pewaris tahta kerajaan, 16 tahun Charles VII dari Perancis bernegosiasi damai dengan Jean yang Tak Kenal Takut pada tahun 1419. Pejabat rumah tangga dauphin membunuh Jean sewaktu mereka bertemu di sebuah jembatan di bawah perlindungan Charles.

Ratu Elisabeth masuk Paris, miniatur dari Kronik Froissart, abad ke-15.

Adipati Burgundia yang baru, Philippe yang Baik bergabung untuk bekerjasama dengan Inggris. Dengan hampir seluruh bagian Utara Perancis di bawah dominasi luar negeri, Elisabeth setuju pada Perjanjian Troyes di tahun 1420. Ini merancang rencana pernikahan antara putrinya Catherine dari Valois dengan Henry V dan melantik calon keluarga kerajaan untuk Henry V dan anak-anak mereka. Charles VI menyetujui perjanjian tersebut dan menuduh Dauphin melakukan pengkhianatan. Dauphin sudah membangkang perintah ayahnya untuk kembali ke keluarga kerajaan; ia telah merebut otoritas kerajaan dengan mengambil gelar bupati, dan ia memiliki alasan dan berdusta tentang pembunuhan Adipati Burgundia.

Charles VI mangkat pada bulan Oktober 1422, dan karena Henry V sudah meninggal lebih dulu, putra Henry yang masih kecil, Henry VI, yang diberikan tahta oleh Charles VI dan Raja Perancis, seperti yang dituliskan di dalam perjanjian Troyes. Dauphin, Charles VII, 19 tahun ketika ayahnya wafat, mengklaim bahwa perjanjian Troyes adalah tak sah dan menganggap kepemimpinan dari partai Armagnac, menguasai daerah Perancis yang bukan dibawah kekuasaan Inggris dan Burgundia.

Kondisi Charles VII dan atas ketidaktaatannya kepada orang tuanya, iapun menghadapi hubungan yang sama dengan anaknya sendiri Louis XI. Guru Charles adalah ibu mertuanya Yolanda dari Aragon, yang menolak untuk mengijinkannya pergi ke pengadilan pada saat ibunya memanggilnya.

Elisabeth menetap di kekuasaan Inggris dan tidak ada pengaruh lebih jauh atas urusan publik. Ia wafat di Paris pada tahun 1435 dan dimakamkan di Basilika Saint Denis.

Warisan

Keturunan tidak begitu menguntungkan bagi Elisabeth von Bayern-Ingolstadt. Pepatah mengatakan bahwa Perancis sudah dikalahkan karena seorang wanita tapi akan dipulihkan kembali oleh seorang gadis. Banyak yang mengira ramalan ini adalah untuk Jeanne d'Arc.

Di dalam cerita fiksi, hidupnya adalah suatu inspirasi Marquis de Sade, sebuah novel pada tahun 1813 Histoire secrete d'Isabelle de Baviere, reine de France.

Keturunan

Referensi

  1. ^ R.C. Famiglietti, Tales of the Marriage Bed from Medieval France (1300-1500), hal. 194.
  2. ^ R.C. Famiglietti, Tales, hal. 89.
  3. ^ B. Pocquet du Haut-Jussé, La France gouvernée par Jean sans Peur, Paris, 1959, hal. 70, no. 54
  4. ^ Lihat pembahasan ketidakteraturan dalam bentuk surat kerajaan yang memerintahkan pembayaran dari tahun 1418 hingga 1420 dalam B. Pocquet du Haut-Jussé, "Le compte de Pierre de Gorremont," Bibliothèque de l'Ecole des chartes, XCVIII (1937), hal. 55-56.

Pranala luar

Silsilah Keluarga

Prancis
Didahului oleh:
Jeanne dari Bourbon
Ratu Perancis
1385–1422
Diteruskan oleh:
Marie dari Anjou