Lompat ke isi

Walter Benjamin

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 14 Oktober 2006 02.33 oleh Kalakay (bicara | kontrib)

Walter Benjamin [[Image:Grab Walter Benjamin.jpg|frame|Makam Walter Benjamin di Portbou, Spanyol]

Walter Benjamin (Berlin, 15 Juli 1892Portbou, Spanyol, 27 September 1940) ialah seorang filsuf asal Jerman yang seringkali dianggap sebagai salah satu pemikir terpenting Mazhab Frankfurt. Beberapa pemikiran yang mempengaruhi tulisan-tulisannya antara lain Marxisme Bertolt Brecht, mistisisme Yahudi Gershom Scholem. Karya-karyanya memiliki landasan teori yang sangat kuat, tapi gaya penulisan dan pemilihan subyek kajiannya seringkali tidak mengikuti standar zamannya. Beberapa studi yang dilakukan setelah kematiannya menunjukkan bahwa dia ialah pemikir brilian yang seringkali tidak diakui semasa hidupnya. Dia meninggal setelah tentara Nazi menyita seluruh isi perpustakaannya dan dia terpaksa meninggalkan Jerman. Di perbatasan Jerman dan Perancis, dia menemui ajalnya. Sampai saat ini, tidak diketahui apakah dia melakukan bunuh diri atau tidak.

Hidup dan Karya

Walter Benjamin dilahirkan di dalam sebuah keluarga Yahudi di Berlin. Dia dikenal semasa hidupnya sebagai seorang esais, penerjemah dan kritikus sastra. Semenjak penerbitan kumpulan tulisannya pada tahun 1955, 15 tahun setelah kematiannya, karya-karya Walter Benjamin telah dijadikan kajian berbagai buku dan esai. Sebagai seorang sosiolog dan kritikus kebudayaan, Walter Benjamin menggabungkan ide-ide dari mistisismeYahudi dan materialisme sejarah di dalam sebuah proyek intelektual yang merupakan sebuah sumbangan baru terhadap filsafat Marxisme dan teori estetika. Sebagai penerjemah, dia menerjemahkan karya-karya Marcel Proust dan Charles Baudelaire. Salah satu esai Walter Benjamin, 'The Task of the Translator dianggap sebagai salah satu teks terbaik di dalam teori penerjemahan.

Beberapa karya terpentingnya adalah:

  • Goethes Wahlverwandtschaften (Goethe's Elective Affinities / 1922),
  • Ursprung des deutschen Trauerspiels (Origin of German Tragic Drama [Mourning Play] / 1928),
  • Einbahnstraße (One Way Street / 1928),
  • Das Kunstwerk im Zeitalter seiner technischen Reproduzierbarkeit (The Work of Art in the Age of Mechanical Reproduction / 1936),
  • Berliner Kindheit um 1900 (Berlin Childhood around 1900 / 1950, published posthumously),
  • Über den Begriff der Geschichte (On the Concept of History / Theses on the Philosophy of History) / 1939, published posthumously).
  • Das Paris des Second Empire bei Baudelaire (The Paris of the Second Empire in Baudelaire / 1938)

Karya terakhir Benjamin yang tidak sempat terselesaikan berjudul Passagenwerk atau Arcades Project direncanakan sebagai sebuah mahakarya mengenai kehidupan di kota Paris di abad ke-19, terutama mengenai pasar beratap yang menciptakan keunikan kehidupan jalanan dan terciptanya budaya "jalan-jalan". Setelah kematian Walter Benjamin, karya ini telah diedit dan diterbitkan di dalam bentuknya yang belum selesai.

Walter Benjamin seringkali bertukar pikiran dengan Theodor Adorno dan Bertolot Brecht, dan juga beberapa kali mendapatkan sumbangan finansial dari Lembaga Penelitian Sosial Frankfurt yang, pada waktu itu, berada di bawah kepemimpinan Adorno dan Max Horkheimer. Pengaruh-pengaruh yang bertabrakan dari mistisisme Yahudi, Critical Theory dan Marxisme merupakan sebuah arena konflik pusat di dalam pemikiran Walter Benjamin, dan sampai di akhir hayatnya dia belum bisa membuat sebuah sintesa di antara ketiga paham teori tersebut.

Gaya penulisan yang digunakan Walter Benjamin bisa dikatakan sangat mampu membangkitkan minat dan juga rumit. Susan Sontag membuat komentar bahwa kalimat-kalimat yang digunakan oleh Walter Benjamin tidak memiliki kesinambungan seperti di dalam penggunaan biasa. Hubungan antar kalimat seringkali seperti tidak memiliki hubungan logis, dan setiap kalimat seakan-akan memiliki "sesuatu yang penting untuk dikatakan", tapi "kemudian lenyap karena kekuatan konsentrasinya sendiri". Memang sampai di akhir hayatnya, Walter Benjamin masih belum menyatukan seluruh proyek intelektualnya ke dalam sebuah penyatuan teoritis.

Selain itu, Walter Benjamin, seperti Adorno, menyatakan bahwa proses penulisan seharusnya hanya memiliki arti denotatif dalam hubungannya dengan subyek kajian. Di dalam salah satu esainya (The Task of the Translator), Benjamin menyatakan secara terbuka bahwa sebuah proses penerjemahan akan dipengaruhi oleh 'kesalahan membaca' yang tidak bisa dihindari dan sebuah perkelahian dengan teks asli yang tidak mungkin dipindahkan keseluruhan artinya ke dalam sebuah bahasa asing. Argumen ini secara langsung memengaruhi filsafat dekonstruksi Jacques Derrida di hari kemudian.

Pranala Luar