Lompat ke isi

Karier diplomatik Muhammad

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Muhammad, nabi dan rasul utama agama Islam, dikenal juga dalam sejarah atas kepemimpinan dan peran diplomatiknya atas komunitas Islam saat itu. Ia membangun komunikasi dengan para pemimpin suku maupun pemimpin negara lain dengan mengirim utusan yang membawa surat darinya,[1][2] atau bahkan mengunjunginya (kunjungann ke Ta'if).[3] Korespondensi melalui surat antara lain dilakukannya dengan Heraclius (kaisar Romawi ), Raja Negus (penguasa Ethiopia) dan Khusrau (penguasa Persia).

Saat hijrah ke Madinah, ia mengubah situasi politik dan sosial yang selama puluhan tahun dipenuhi oleh persaingan antar suku yang didominasi suku Aus dan Khazraj.[4] Salah satu cara yang ia gunakan untuk mencapai kondisi ini adalah penandatangan perjanjian kesepakatan yang dikenal dengan nama Piagam Madinah,[1] sebuah dokumen yang berisikan peraturan-peraturan mengenai kehidupan sosial antar semua elemen masyarakat di sana. Hasilnya adalah terbentuknya sebuah komunitas yang bersatu di Madinah dibawah pimpinannya.[5][6]

Hijrah pertama ke Abbisinia

Ajaran Muhammad kepada publik Mekkah mendapat rintangan yang sangat berat dari para pemuka Quraish di sana. Walaupun Muhammad sendiri dalam kondisi yang lebih aman karena berada dalam perlindungan pamannya (Abu Thalib, pemimpin Bani Hasyim), namun para pengikutnya sendiri tidak lepas dari gangguan. Beberapa orang pengikutnya disiksa, dipenjarakan atau dibiarkan kelaparan.[7] Oleh karena itu ia kemudian berkeputusan mengirimkan 15 muslim untuk melakukan emigrasi ke Abbisinia (Ethiopia saat ini), untuk mencari suaka di bawah pemimpin kristen di sana (Raja Negus).[8]. Emigrasi ini walaupun awalnya dimaksudkan untuk menghindari siksaan suku Quraish, kemudian juga membuka jalur ekonomi antara kedua pihak [5] [9]

Para pemuka Quraish, demi mendengar usaha tersebut, mengirimkan sekelompok orang yang dipimpin oleh Amr bin Ash dan Abdullah bin Abu Rabia untuk mengejar pada muslim. Namun, mereka tidak berhasil dalam pengejarannya karena para muslim berhasil mencapai wilayah yang aman. Mereka kemudian menghadap Raja Negus dan berusaha membujuknya untuk mengembalikan para migran muslim tersebut. Kemudian pada sebuah pertemuan dengan Negus dan para Pendeta Ethiopia, Ja'far bin Abi Thalib mewakili para muslim meyampaikan apa yang diajarkan Muhammad dan mengutip ayat Al Qur'an mengenai Islam dan Kristen, termasuk beberapa ayat dari surat Maryam.[10] Dalam hadits Ja'far dikatakan berucap :

Raja Negus, tertarik dengan perkataan ini kemudian mengijinkan para migran tersebut untuk tinggal, dan mengirim para duta Quraish pulang.[10] Diperkirakan bahwa Negus kemudian masuk Islam.[13] Setelah membangun hubungan baik dengan Negus, Muhammad kemudian mengirim kelompok lainnya untuk hijrah ke Abbisinia sehingga total migram muslim ditempat itu mencapai sekitar 100 orang.[8]

Hijrah ke Ta'if

Ikrar Aqabah

Reformasi Madinah

Kehidupan sosial di Madinah sebelum hijrah

Konstitusi Madinah

Efek

Perjanjian Hudaibiyah

Korespondensi dengan pemimpin lain

Surat untuk Heraklius

Surat untuk Negus

Surat untuk Khusrau

Lain-lain

Lihat pula

Catatan kaki

  1. ^ al-Mubarakpuri (2002) p. 412
  2. ^ Irfan Shahid, Arabic literature to the end of the Umayyad period, Journal of the American Oriental Society, Vol 106, No. 3, p.531
  3. ^ Watt (1974) p. 81
  4. ^ Watt. al-Aws; Encyclopaedia of Islam
  5. ^ a b Buhl; Welch. Muhammad; Encyclopaedia of Islam
  6. ^ Watt (1974) pp. 93—96
  7. ^ Forward (1998) p. 14
  8. ^ a b Forward (1998) p. 15
  9. ^ Watt (1974) pp. 67—68
  10. ^ a b van Donzel. al-Nadjāshī; Encyclopaedia of Islam
  11. ^ al-Mubarakpuri (2002) p. 121
  12. ^ Ibn Hisham, as-Seerat an-Nabawiyyah, Vol. I, pp. 334—338
  13. ^ Vaglieri. Dja'far b. Abī Tālib; Encyclopaedia of Islam

Pranala luar