Lompat ke isi

Amelia Dyer

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Amelia Elizabeth Dyer (1838 – 10 Juni 1896) adalah pembunuh peternakan bayi yang paling terkemuka pada masa Inggris era Victoria. Ia diadili dan dihukum gantung atas tuduhan pembunuhan, tetapi tidak diragukan lagi bahwa ia bertanggung jawab atas banyak kematian sejenis - kemungkinan sekitar 400 atau lebih – selama periode 20 tahun.

Latar belakang

Tidak seperti kebanyakan generasinya, Amelia Dyer bukanlah buah dari kemiskinan yang merajalela. Dia lahir sebagai anak bungsu dari lima bersaudara (dengan tiga saudara laki-laki, Thomas, James, dan William, serta seorang saudara perempuan) di sebuah desa kecil di Rawa Pyle, timur Bristol, anak dari pembuat sepatu kondang, Samuel Hobley, dan Sarah Hobley. Ia belajar membaca dan menulis dan mengembangkan kecintaannya atas literatur dan puisi. Namun demikian, masa kecilnya yang berlimpah harta dirusak oleh penyakit mental yang diidap ibunya yang disebabkan oleh tifus. Amelia menyaksikan tabiat ibunya yang merusak dan terpaksa harus merawatnya hingga wafat pada tahun 1848. Peneliti kemudian berkomentar bahwa hal ini memiliki dampak psikologis bagi Amelia, dan juga menjadi apa yang akan mengajari Amelia mengenai tanda-tanda yang melingkupi mereka yang tampak mengidap penyakit jiwa lewat penyakit. Setelah kematian ibunya, Amelia tinggal bersama seorang bibi di Bristol untuk beberapa waktu, sebelum mengikuti program magang dengan seorang pembuat korset. Ayahnya meninggal pada tahun 1859, dan kakak sulungnya, Thomas, mewarisi usaha sepatu keluarganya. Pada tahun 1861, saat berusia 24 tahun, Amelia menjadi terasing secara permanen dari setidaknya salah satu saudara laki-lakinya, James, dan pindah ke tempat-tempat penginapan di Trinity Street, Bristol. Di sana, ia menikahi George Thomas. George berusia 59 tahun dan keduanya berbohong mengenai usia mereka masing-masing pada sertifikat pernikahan untuk mengurangi celah usia. George mengurangi 11 tahun dari umur sebenarnya, dan Amelia menambahkan 6 tahun dari usia sebenarnya – banyak sumber kemudian memberitakan bahwa umur ini adalah fakta, menyebabkan banyak kebingungan.

Kejuru-rawatan

Selama beberapa tahun, setelah menikahi George Thomas, Amelia menjalani pelatihan kejuru-rawatan, sebuah pekerjaan yang sangat meletihkan pada era Vctorian, tetapi dilihat sebagai suatu pekerjaan yang cukup dihormati, dan membuatnya mendapatkan kemampuan-kemampuan yang berguna. Lewat hubungan dengan seorang bidan, Ellen Dane, Amelia mempelajari cara mudah mendapatkan uang – dengan menggunakan rumahnya sendiri untuk menyediakan penginapan-penginapan bagi wanita-wanita muda yang hamil secara tidak sah dan kemudian mengambil bayi-bayinya untuk diadopsi atau membiarkan mereka untuk mati akibat kelaparan dan malnutrisi. (Ellen Dane kemudian dipaksa untuk pergi ke Amerika Serikat, sesaat setelah menemui Amelia, untuk kabur dari perhatian pihak berwenang.) Ibu-ibu yang tidak menikah pada era Inggris Victorian seringkali berjuang untuk mendapatkan pemasukan, sejak Undang-Undang Kemiskinan 1834 telah mencabut semua kewajiban keuangan dari ayah-ayah anak tidak sah ini, memaksa mereka untuk mengasuh anak-anak ini di tengah masyarakat yang melihat orang tua tunggal dan anak tidak sah sebagai suatu hal yang tercela. Hal ini mengakibatakan munculnya praktik peternakan bayi di mana individu-individu berperan sebagai agen perawat dan adopsi, dengan pembayaran berkala atau sekali pembayaran di awal sebagai balas jasanya. Banyak usaha yang diatur untuk mengambil dan merawat ibu-ibu muda ini sampai mereka melahirkan. Ibu-ibu ini kemudian meninggalkan anak-anaka mereka yang tidak diinginkan untuk diurus sebagai “anak perawat. Keberadaan dan keterlibatan orang tua sering kali dimanfaatkan demi keuntungan finansial: jika sang bayi berasal dari orang tua berada yang hanya sekedar cemas dan menginginkan rahasianya terjaga, biaya penitipan tunggal bisa mencapai £80. Harga ini masih bisa dinegosiasikan sampai serendah £50 jika ayah sang bayi ingin menutup-nutupi sendiri keterlibatannya. Namun demikian, sudah menjadi hal yang lazim untuk wanita-wanita miskin, yang “amoralitasnya” bahkan menghalanginya untuk diterima ke panti-panti sosial. Wanita-wanita semacam ini di tagih biaya sebesar £5. Para penjaga terpaksa membuat bayi-bayi ini kelaparan, untuk menyimpan uang atau bahkan untuk mempercepat kematian. Bayi-bayi yang berisik dan penuntut dapat ditenangkan dengan alkohol dan/atau opium yang dapat dengan mudah ditemukan. ‘’Godfrey’s Cordial’’ – dikenal dalam bahasa sehari-hari sebagai “Sahabat ibu”, (sirup yang mengandung opium) – adalah salah satu pilihan populer, tetapi pilihan-pilihan lain yang serupa juga tersedia. Banyak bayi-bayi yang mati sebagai hasil dari praktik yang meraguka ini: “Opium membunuh jauh lebih banyak lewat kelaparan daripada secara langsung lewat overdosis.” Dr. Greenhow, yang melakukan investigasi untuk Privy Council, mencatat bagaimana anak-anak “dirawat pada kondisi narkotisme berkelanjutan yang membuat mereka segan untuk makan, dan akan diberi nutrisi secara tidak sempurna.” Kematian akibat malnutrisi berat menjadi akibatnya, tetapi koroner seringkali mencatat kematian semacam ini sebagai “ ‘kelemahan sejak lahir,’ atau ‘kekurangan air susu ibu,’ atau hanya ‘kelaparan’ saja.” Ibu-ibu yang memilih untuk mengklaim kembali atau hanya memeriksa kesejahteraan mereka seringkali menghadapi kesulitan, tetapi kebanyakan hanya terlalu takut atau malu untuk melaporkan adanya tindak kriminal ke pihak kepolisian. Bahkan pihak kepolisian seringkali menghadapi kesulitan mencari jejak anak-anak yang dilaporkan menghilang. Inilah dunia yang dibukakan bagi Amelia oleh Ellen Danes yang kini telah pergi. Amelia harus meninggalkan dunia kejuru-rawatannya setelah kelahiran putrinya, Ellen Thomas. Pada tahun 1869, George Thomas meninggal dan Amelia membutuhkan pemasukan.

Pembunuhan

Amelia tampaknya ingin mencoba membuat uang dari bisnis peternakan bayi, dan disamping merawat ibu-ibu hamil, ia mengiklankan jasa perawatan dan adopsi bayi, dengan bayaran sekali di awal dan pakaian yang layak bagi bayi-bayinya. Dalam iklan dan pertemuannya dengan berbagai klien, dia meyakinkan para klien bahwa ia adalah seorang yang terhormat, menikah, dan bahwa ia akan menyediakan rumah yang aman dan penuh cinta bagi para bayi.

Pada sebuah titik pada karier peternakan bayinya, Amelia siap untuk menghilangkan biaya dan ketidaknyamanan dari membiarkan anak-anak untuk mati lewat pengabaian dan kelaparan; segera setelah ia menerima bayinya, ia membunuh mereka, dengan demikian memampukan dia untuk menyimpan sebagaian besar atau semua biaya untuk dirinya sendiri.

Untuk beberapa waktu, Dyer menghindari kepentingan polisi dan pemeriksa dari badan baru NSPCC. Ia kemudian ditangkap pada tahun 1879 setelah seorang dokter curiga mengenai jumlah kematian bayi yang besar yang berada di dalam pengawasan Dyer.Namun demikian, alih-alih didakwa atas tuduhan pembunuhan, Amelia justru dihukum kerja paksa enam bulan atas dakwaan pengabaian . Pengalaman ini diperkirakan hampir merusak kondisi jiwanya, meskipun banyak pihak tidak percaya atas kelonggaran hukuman yang didapatkan Amelia ketika dibandingkan dengan mereka yang dihukum untuk tindak kriminal yang lebih ringan pada waktu itu.

Setelah dibebaskan, Amelia mencoba kembali ke karier kejuru-rawatannya. Ia sempat dikirim ke rumah sakit jiwa karena ia diperkirakan mengalami gejolak mental yang mengarah pada kecenderungan untuk bunuh diri; ini agaknya bertepatan dengan waktu ketika Amelia merasa nyaman untuk “menghilang”. Menjadi seorang juru-rawat bekas penghuni rumah sakit jiwa, Amelia tahu bagaimana cara berperilaku yang dapat menjamin kondisi yang relatif nyaman sebagai seorang penghuni RSJ. Dyer tampaknya mulai menyalahgunakan alkohol dan produk-produk berbasis opium pada awal karier pembunuhannya; ketidakstablian mental bisa jadi berhubungan dengan penyalahgunaan obat-obatan ini. Pada tahun 1890, Dyer mengurus bayi ilegal seorang guru. Ketika ia kembali untuk menjenguk anaknya, Si Guru segera curiga dan membuka baju bayi tersebut untuk melihat tanda lahir yang ada di pinggulnya. Tanda lahir itu tidak ada, dan kecurigaan yang berkepanjangan dari pihak yang berwajib membuat Dyer mengidap, atau berpura-pura mengidap, gangguan jiwa. Dyer pernah pada suatu hari meminum dua botol laudanum dalam suatu usaha percobaan bunuh diri yang cukup serius, tetapi penyalahgunaan berkepanjangan telah membuatnya imun terhadap produk-produk opium, sehingga ia selamat.

Tak pelak, ia kembali ke bisnis peternakan bayi, dan membunuh. Dyer sadar atas kesalahannya melibatkan dokter untuk menerbitkan serifikat kematian dan mulai membuang mayat-mayatnya sendiri. Sifat genting dan luasnya kegiatan pembunuhan Dyer mengundang perhatian yang tidak diinginkan; ia mewaspadai perhatian polisi – dan orang tua yang mencoba mengklaim kembali anak-anak mereka. Ia dan keluarganya seringkali berpindah tempat ke kota-kota lain untuk menghindari kecurigaan, mendapatkan anonimitas kembali – dan untuk membangun usaha baru. Dalam beberapa tahun, Dyer menggunakan banyak nama alias.

Pada tahun 1893, Dyer dipecat dari tempat kerjanya yang terakhir yaitu pekuburan RSJ Wells. Tidak seperti “gangguan-gangguan mental” sebelumnya, gangguan mental yang diidapnya kali ini mengundang paling banyak tentangan para ahli dan Dyer tidak pernah lagi masuk ke RSJ manapun. Dua tahun kemudian, Dyer pindah ke Caversham, Berkshire, ditemani oleh teman yang tidak dicurigai oleh polisi, Jane “Granny” Smith, yang oleh Amelia direkrut dari pertemuan singkat di panti sosial, dan anak serta menantunya, Mary Ann (lebih dikenal sebagai Polly) dan Arthur Palmer. Perpindahan ini diikuti dengan perpindahan ke Kensington Road, Reading, Berkshire pada akhir tahun yang sama. Smith dibujuk oleh Dyer untuk disebut sebagai ‘ibu’ di depan wanita-wanita tak berdosa saat memberikan anaknya. Ini merupakan usaha untuk menunjukkan gambaran anak-ibu yang peduli.

Studi kasus: pembunuhan Doris Marmon

Pada bulan Januari 1896, Evelina Marmon, seorang gadis bar terkenal berusia 25 tahun, melahirkan seorang anak ilegal bernama Doris di sebuah rumah bordil di Cheltenham. Ia segera menawarkan anaknya untuk diadopsi dan menerbitkan sebuah iklan di bagian “Serba-serbi” koran ‘’Bristol Times & Mirror’’. Iklan berbunyi: “Dicari, wanita terhormat untuk mengurus seorang anak kecil.” Marmon bermaksud untuk kembali bekerja dan berharap agar suatu saat ia dapat mengklaim kembali anaknya.

Secara tidak sengaja, disamping iklannya sendiri, terdapat sebuah iklan yang berbunyi: “Pasangan suami istri tanpa anak ingin mengadopsi anak yang sehat, rumah bagus di daerah pedesaan. Kondisi berlaku, £10”. Marmon menanggapi iklan tersebut dan terhubung dengan seorang “Ny. Harding“, dan beberapa hari kemudian ia menerima balasan surat dari Dyer. Dari Oxford Road di Reading, “Ny. Harding” menulis bahwa “Saya akan sangat senang untuk bisa memiliki seorang bayi yang cantik, bayi yang dapat saya rawat dan saya sebut sebagai anak saya sendiri.” Dyer melanjutkan: “Kami sederhana, orang rumahan, dan dalam kondisi yang cukup baik. Saya tidak ingin mengambil anak untuk kepentingan uang semata, tetapi untuk sebagai teman dan kenyamanan di rumah. … Saya sendiri dan suami saya sangat menginginkan hadirnya seorang anak. Saya tidak memiliki anak. Seorang anak yang tinggal bersama saya akan memiliki rumah yang baik dan kasih saying seorang ibu.

Evelina Marmon ingin membayar biaya mingguan yang lebih terjangkau, tetapi “Ny. Harding” memaksa agar uang pembayarannya diberikan sekali di depan. Marmon sedang putus asa, jadi ia dengan ogah-ogahan setuju untuk membayar £10, dan seminggu kemudian, “Ny. Harding” sampai di Cheltenham.

Marmon agaknya terkejut dengan usia dan perawakan Dyer yang cukup tua, tetapi Dyer tampak sangat menyayangi Doris. Evelina menyerahkan anaknya, sekotak pakaian, dan kemudian £10. Masih cukup sedih setelah menyerahkan anaknya, Evelina menemani Dyer ke stasiun Cheltenham dan kemudian menuju Gloucester.