Lompat ke isi

Sastra hikmat

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sastra hikmat adalah karya sastra yang banyak memuat pengalaman-pengalaman hidup dan pengajaran-pengajaran yang ditampilkan secara ringkas dalam bentuk pepatah dan aforisme.[1] Biasanya sastra hikmat dituliskan dalam bentuk puisi.[1] Ribuan tahun sebelum bangsa Israel ada dalam sejarah, di wilayah Timur Dekat sudah berkembang sebuah jenis sastra yang dikenal sebagai sastra hikmat dan menggunakan baris-baris puisi. [1] Jenis sastra ini dimulai dalam bentuk susunan beberapa nasihat yang mandiri. [1] Di dalam kanon Perjanjian Lama juga ditemukan tulisan-tulisan hikmat, seperti Amsal, Ayub dan Pengkhotbah. [2]

Tujuan

Tulisan-tulisan hikmat Perjanjian Lama tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan pengungkapan dari suatu gerakan moral dan intelektual yang telah ada sejak dini dalam sejarah agama Ibrani. [2] Hal yang sama juga terjadi di luar Israel. [2] Buku-buku hikmat memuat cerita tentang orang-orang yang sungguh-sngguh mencari kebenaran, yang bergumul dengan masalah-masalah lama dan baru. [2]

Proses Pembuatan

Tradisi hikmat, baik tertulis ataupun lisan, bukan hanya hasil dari pengalaman tetapi juga bertolak dari anggapan bahwa pengalaman bukanlah bersifat menipu.[2] Pengalaman memberikan bukti kuat yang memungkinkan untuk mengambil keputusan-keputusan tertentu tentang hidup manusia dan dunia pada umumnya.[2] Hikmat dalam Alkitab dimaknai sebagai hikmat ilahi.[2] Lewat hikmat, Allah hadir dan menyatakan diri dalam kebutuhan-kebutuhan yang paling dalam dari manusia.[2] Hikmat di Perjanjian Lama sangat erat hubungannya dengan kenyataan-kenyataan iman Perjanjian Israel. [2]

Kitab-kitab Hikmat

Amsal

Menurut Amsal hikmat ialah sesuatu yang bersifat praktis bukan mengenai dugaan falsafi atau metafisik, atau mistik, atau sesuatu yang tinggi, melainkan mengenai etika kehidupan sehari-hari. [1] Orientasi hikmat dalam Amsal ialah situasi, maksudnya mengarahkan orang bertindak kepada situasi yang baik. [1] Ia memberikan serangkaian nasihat dan peringatan. [1]

Dalam kitab Amsal kita dapat menemukan arti hikmat secara luas bahwa tidak selalu berupa pengertian-pengertian saja, melainkan mencakup keterampilan yang situasional. [1] Sebagai contoh, Amsal 26:4-5, kedua ayat ini berorientasi kepada situasi. [1] Ayat keempat mengarahkan agar tidak atau lebih baik jangan menjawab orang bebal, jika kita tidak memiliki pegetahuan atau mempunyai jawaban. [1] Kemudian pada ayat kelima, jika kita memang memiliki pengetahuan yang melampaui orang bebal dan dapat menjawab pertanyaannya, Amsal mengarahkan agar kita menjawabnya . [1] hal ini sebagai upaya untuk menunjukkan bahwa orang tersebut tidaklah bijak. [1]

Amsal seringkali dikaitkan dengan Salomo, namun harus tetap kita ingat bahwa ada Amsal-Amsal dari yang lainnya. [3] Amsal Salomo sebetulnya ialah perkataan manusia yang mengandung pengalaman, pengajaran dan kebijaksanaan yang diperoleh orang beriman sambil memandang dan mempertimbangkan hidup. [3] Secara ringkas, hikmat secara keseluruhan dalam kitab Amsal berbicara jelas tentang hitam dan putih, suatu analog antara yang baik dan yang jahat. [1]

Ayub

Kitab ini dibuka dengan perkenalan tokoh Ayub.[3] Ia diceritakan sebagai seseorang yang menerima banyak berkat Tuhan yakni keturunan-keturunan (7 putera dan 3 Puteri), kekayaan (banyak ternak) dan keternamaan. [3] Ayub tokoh sentral di kitab ini, seorang yang saleh, jujur serta takut akan Allah. [3]

Kitab Ayub merupakan bentuk baru yang unik dari sastra hikmat karna dalam ayat-ayatnya ditampilkan perdebatan yang besar, rumit dank eras. [3] Sosok Ayub sebagi seorang yang benar di hadapan Allah harus mengalami penderitaan yang luar biasa. [1] Dirinya merasa telah menjadi korban kesewenang-wenangan Allah. [1] Ia mengarah langsung kepada Allah dan menjelaskan masalahnya dengan seolah memerintah Allah untuk konsekuen dan berpegang teguh kepada prinsipNya. [1] Jadi kitab Ayub secara keseluruhan mempersoalkan integritas Tuhan. [1] Ada resiko terhadap segala sesuatunya baik perbuatan jahat maupun saleh, inilah pemahaman hikmat yang mencoba untuk disampaikan oleh kitab Ayub. [1]

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r (Indonesia) Jan Fokkelman. 2009. Menemukan Makna Puisi Alkitab: Penuntun Membaca Puisi Alkitab sebagai Karya Sastra. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 201-217.
  2. ^ a b c d e f g h i (Indonesia) F.F Bruce,DD/Horis P Nasution. 1994. Tafsiran Alkitab Masa Kini: Ayub-Maleakhi. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 40.
  3. ^ a b c d e f (Indonesia) W. Lempp. 2009.Karangan-Karangan Theologia: Sekolah Tinggi Theologia. Jakarta. 45-49.