Apodiktik
Apodiktik adalah istilah yang dipakai oleh Aristoteles untuk memperlihatkan sesuatu secara pasti dibedakan dari pandangan yang hanya kemungkinan-kemunginan saja.[1] Pengetahuan yang diajukan bersifat pasti dan bersifat niscaya.[1] Istilah ini berasal dari Bahasa Yunani apo = "dari" dan deiknynai berarti "memperlihatkan".[1]
Posisi yang dikemukakan Aritoteles dalam logikanya dibedakan dari istilah dialektika eristik atau dapat diperdebatkan. Baginya, apodiktik adalah sesuatu yang tidak dapat diperdebatkan karena sudah pasti dan jelas.[1] Dalam hal keputusan, maka keputusan itu bersifat mutlak benar.[1] Apodiktik menunjukkan bukti hakiki yang ditarik secara deduktif dari premis-premis yang mutlak benar.[1]
Dalam dunia hermeneutika Alkitab atau penafsiran Kitab Suci, penggunaan apodiktik terdapat hukum-hukum yang merupakan perintah dalam tradisi Israel dalam Perjanjian Lama.[2] Misalnya perintah untuk menuruti hukum-hukum yang tidak dapat dibantah oleh umat pada waktu itu.[2] Contohnya terdapat dalam Kitab Imamat 18 ayat 8 yang melarang seorang anak menggauli isteri ayahnya, mana mungkin seorang anak meniduri ibunya.[2] Masyarakat waktu itu jelas menerima dengan mutlak hukum itu.[2] Atau dalam Kitab Ulangan 17 ayat 6 yang menyaratkan sebuah hukuman hanya boleh diputuskan bila terdapat saksi yang harus lebih dari satu, yaitu dua atau tiga, dengan begitu kebenaran bisa dipertanggungjawahkan sesuai bukti-bukti.[2]