Lompat ke isi

Kitab Yehezkiel

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kitab Yehezkiel merupakan salah satu kitab dalam Perjanjian Lama yang berasal dari zaman pembuangan sekitar tahun 593-571 SM.[1] Kitab Yehezkiel menggambarkan tahapan baru dari nubutan Israel.[1]


Asal Kata

Kitab Yehezkiel dituliskan berdasarkan nama nabi besar Yehezkiel (dalam bahasa Ibrani יחזקאל Yekhezkel adalah nama seorang nabi dalam Alkitab Perjanjian Lama. Dalam Al-Qur'an, nabi ini juga dikenal dengan nama Nabi Zulkifli. Menurut Alkitab, nabi Yehezkiel tinggal dalam pembuangan di Babel, baik sebelum, maupun sesudah jatuhnya Yerusalem pada tahun 586 SM. Pesannya ditujukan kepada orang-orang yang dibuang di Babel dan mereka yang tinggal di Yerusalem.

Penulis

Nabi Yehezkiel adalah seorang nabi klasik yang bernubuat di dalam Pembuangan di Babel dari bulan Juli 593 SM - April 571 SM.[2] Nama lengkap nabi ini adalah Yehezkiel bin Busi. Dia seringkali dipanggil Allah dengan sebutan “anak manusia”. Sebutan atau gelar ini menitik beratkan pada kerendahan Yehezkiel sebagai seorang manusia biasa.[3] Menurut John Bright, waktu Yehezkiel masih muda ia sudah mendengar keluh kesah dari nabi Yeremia di Yerusalem.:[4]

Ia ikut dibawa dalam pembuangan pada tahun 597, yaitu pembuangan I untuk Yehuda. Sebelum menjadi nabi, ia adalah seorang imam yang melayani di Bait Allah (Yehezkiel 1:3). Ia muncul pada masa kemudian dari nabi Yeremia yang memberitahukan hukuman atas Yehuda sebagai penegakkan keadilan Allah kepada umat (menekankan kembali perjanjian antara Allah dan umat).

Para ahli Perjanjian Lama (PL) sepakat bahwa kitab Yehezkiel merupakan kitab yang ditulis oleh Yehezkiel sendiri. Hal ini terlihat hampir dalam setiap pasal selalu dimulai dengan frasa “firman Tuhan kepadaku” dan "aku melihat".

Firman-Nya kepadaku: "Hai anak manusia, bangunlah dan berdiri, karena Aku hendak berbicara dengan engkau

— Yehezkiel 2:1


Bukti lain yang dapat kita lihat adalah nabi Yehezkiel secara langsung bercerita dengan tegas apa yang dia lakukan dan ia kerjakan. Seringkali ia dengan tegas menyatakan kapan dan dimana terjadi nubuatan tersebut. Ada banyak tanggal yang dicatat, seolah-olah nabi membuat semacam “catatan harian” (Yehezkiel 1:1; 3:16; 8:1; 20:1; 26:1; 29:1; 29:17; 30:20; 31:1; 32:1,17; 33:21; 40:1). Hal ini pun rupanya masuk dalam susunan yang teratur.[5]

Nabi Yehezkiel adalah seorang nabi klasik yang bernubuat di dalam Pembuangan di Babel dari bulan Juli 593 SM - April 571 SM. Bukti lain yang dapat dilihat kitab ini ditulis oleh seorang nabi yang bekerja pada masa pembuangan adalah bahasa yang digunakan. Menurut para ahli, bahasa Ibrani yang digunakan Yehezkiel sangat dipengaruhi bahasa Babel. Ciri-ciri tersebut menunjuk kepada ciri kenabian lama yaitu kekuatan mimpi, ekstase dan penglihatan-penglihatan gaib.[6] Kitab ini juga beberapa kali menyinggung peristiwa yang terjadi pada masa itu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, tidak mungkin seseorang diluar Babel dapat menulis seperti ini.[7] Pandangan ini lebih mendekati karena memang benar Yehezkiel ikut dalam pembuangan dan pada saat itu Yeremia menyampaikan nubuatnya. Panggilan kenabiannya terjadi di Sungai Kebar, daerah Tel Abib (Yehezkiel 1:1) yaitu sungai yang menghubungkan Babel dan Uruk dan juga melalui jalan Niphur.[8]


Yehezkiel Dalam Kanon

Origen

Kitab Yehezkiel terdiri dari 48 pasal, yang mana dalam Alkitab Ibrani terletak di antara Yeremia dan dua belas nabi kecil, sedangkan dalam Alkitab Yunani kitab ini terletak antara Surat Yeremia dan Susanna atau Daniel. Bentuk yang lebih pendek dari teks ini dapat ditemukan dalam LXX, secara umum kitab Yehezkiel termasuk dalam kitab nabi-nabi besar. Dalam Alkitab yang dimiliki umat Protestan saat ini, kitab Yehezkiel berada sesudah Ratapan (ini mengikuti urutan yang ada dalam LXX).[2]

Kedudukan Dalam Kanon

Kitab Yehezkiel tulis tersusun secara baik dan teratur. Kitab Yehezkiel sangat berbeda dengan nabi-nabi yang lain, seperti Yeremia ataupun Yesaya. Kitab Yehezkiel mempunyai kedudukan yang berbeda-beda dalam beberapa susunan Kitab. Lembaga Alkitab Indonesia menempatkan Kitab Yehezkiel sesudah kitab Yeremia dan Kitab Ratapan. Sedangkan dalam kanon Ibrani, kitab Yehezkiel ditempatkan sesudah kitab Nabi Yeremia. Demikian dalam kanon Yunani, kitab Yehezkiel ditempatkan sesudah kitab Yeremia.[5] Menurut C.C. Torey]], kitab ini ditulis pada abad ke 3, kitab ini tidak merefleksikan kondisi aktual saat itu, tetapi berisi kekejian pada Zaman pemerintahan Manasye dan tindakan anti Samaria yakni melawan Bait di Gerizim (Pasal 40-48).[9]


Pembagian Kitab Yehezkiel

  1. Peringatan kepada umat Israel bahwa Allah akan menghakimi mereka dan bahwa Yerusalem akan jatuh dan hancur.
  2. Pesan dari Tuhan bahwa Ia akan menghakimi bangsa-bangsa yang menindas dan menyesatkan umat-Nya.
  3. Penghiburan bagi Israel setelah jatuhnya Yerusalem, dan janji tentang masa depan yang cerah.
  4. Gambaran Yehezkiel tentang Bait Allah dan bangsa yang diperbaharui.

Yehezkiel adalah orang yang teguh imannya dan hebat daya khayalnya. Sebagian besar dari pesannya didapatnya melalui penglihatan-penglihatan, dan dinyatakannya dengan perbuatan yang merupakan lambang yang jelas bagi bangsa Israel. Yehezkiel menekankan perlunya pembaharuan hati dan jiwa, serta tanggung jawab setiap orang atas dosa-dosanya sendiri. Ia juga menyatakan harapannya akan pembaharuan hidup bagi bangsa Israel. Sebagai imam dan juga selaku nabi, Yehezkiel memberi perhatian khusus kepada Bait Allah dan pentingnya hidup menurut kehendak Tuhan.

Konteks

Politik

Kematian Yosia dan pemecatan Yoahas oleh Mesir membawa keguncangan bagi kerajaan Yehuda. Yoyakim yang pro Mesir tidak disukai oleh rakyat. Apalagi pemerintahnnya dinilai tirani. Pertentangan antara Babel dan Mesir dalam memperebutkan Siria dan Filistin berakhir dengan kemenangan Babel pada tahun 605 SM.

Kemenangan ini menentukan kekuasaan Babel atas kedua daerah tersebut. Hal in berdampak pada Yehuda yang kemudian takluk pada tiga tahun kemudian. Akan tetapi sekitar tahun 600 SM Yoyakim memberontak terhadap Babel. Hal-hal yang mendorong Yoyakim memberontak adalah kegagalan invasi ke Mesir. Yoyakim berpandangan bahwa, kegagalan Babel itu memberikan harapan untuk mendapat bantuan dari Mesir. Permintaan bantuan ini diperkuat dengan sebuah surat yang ditemukan di Saqqarah Mesir.

Surat itu ditulis dalam bahsa Aram ditujukan kepada Firaun dengan maksud memohon bantuan untuk melawan tentara Kasdim. Untuk menghadapi pemberontakan Yoyakim tersebut, Nebudkanezar mengirimkan tentara yang terdiri dari orang Kasdim, Moab, Amon dan Edom ke medan pertempuran (II Raja-raja 24:2). Pada tahun 598 SM tentara tersebut mengepung Yehuda. Kemungkinan pada pengepungan ini Yoyakim mati terbunuh. Setelah Yoyakim meninggal, ia diganti oleh Yoyakin anaknya pada tahun 597 SM dan Yoyakin kemudian takluk kepada Nebukadnezar (II Raja-raja 24:12; 2 Taw 36:10). Pada tahun itu juga Yoyakin dan kalangan atas Yehuda dibuang ke Babel, juga tua-tua, keluarga kerajaan, para imam dan arsitek. Termasuk juga Yehezkiel.[10]

Yehuda tidak berdiri sendiri namun, masuk dalam propinsi yang lain dalam lingkungan Babel dan dipimpin oleh seorang gubernur yaitu Gedalya. Yang kemudian dibunuh oleh Ismael yang melarikan diri ke Mesir karena tidak ada simpati dari rakyat Yehuda.[6]

Selain bukti diatas terdapat juga beberapa bukti lain yang terdapat dalam Alkitab dan juga dalam inskripsi Mesopotamia. Baik Asyur mapun Babel menempatkan para buangan di tempat-tempat yang dihancurkan dengan maksud untuk membagun kembali tempat-tempat seperti itu. Selain itu juga para buangan ditempatkan pada wilayah-wilayah yang dikembangkan menjadi daerah pertanian. Selain itu juga ditempatkan pad pusat-pusat administrasi. Perlu kita catat bahwa kita tidak memperoleh informasi yang jelas tentang kehidupan yang pahit para buangan. Tidak ada informasi adanya penindasan selama tahun 587-536 SM. Bahkan ada keterangan bahwa mereka menikmati kebebasan untuk mengatur masyarakat mereka (Yehezkiel 33:30-33). Pemimpin orang Yehuda dipembuangan adalah keturunan Daud yang dibantu oleh tua-tua (Yehezkiel 8:1; 14:1; 20:1).[10]

Agama

Hal yang menarik ialah walaupun merka yang ada di pembuangan berintegrasi dalam kehidupan sosial dan ekonomi secara umum, namun mereka tetap memilihara keunikan etnik dan kebangsaan mereka. Identitas keagamaan mereka tetap dipertahankan. Karena itu misalnya upacara-upacara hari Sabat dan sunat masih mereka berlakukan (Yehezkiel 44:6 bdk. Yesaya 56:4; 58:13). Bagi para nabi kemenangan babel atas Yehuda tidak bearti kemenangan dewa Bael, bahkan para nabi mnyatakan bahwa Allah adalah satu-satunya yang menguasai bangsa-bangsa. Keyakinan para nabi ini bertentangan dengan sebagian umat Yehuda yang beranggapan dengan jatuhnya Yerusalem dan hancurnya bait Allah maka Allah telah dikalahkan. Itulah sebabmya banyak orang buangan yang meminta pertolongan pada dewa-dewa Babel sekaligus melakukan ibadah kepada dewa-dewa tersebut. Inilah yang dikecam Yehezkiel. Nabi berpendapat bahwa, masih ada pengharapan dan penebusan yang akan terjadi. Selain itu juga pengaruh keagamaan Babel dapat kita lihat dalam berkembangnya pemahaman tentang setan dan juga perkembangan astrologi yang turut memengaruhi agama Israel.

Sosial dan Ekonomi

Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas kita dapat mengetahui bahwa, dalam pembuangan memang umat diberikan sedikit kebebasan dalam kehidupannya. Dari beberapa penjelasan dalam catatan nabi-nabi kita melihat bahwa pemimpin umat dalam pembuangan adalah orang yang dari garis keuturunan Daud yang dibantu oleh tua-tua. Mereka juga bebas untuk memiliki harta (Yeremia 29:5). Menurut keterangan Ezra 1:6; 2:68, mereka yang berada di dalam pembuangan sempat mengirim sumbangan-sumbangan dalam jumlah yang besar ke Yerusalem. Di antara mereka ada juga yang bergabung ke dalam unit-unit militer sesuai dengan kebiasaan Asyur dan Babel.[10]


Tema Teologi Kitab Yehezkiel

Secara garis besar kitab Yehezkiel mengandung tema, kesucian, keagungan Tuhan dan pertobatan umat.[11] Yehezkiel melihat bahwa, mula-mula Allah mengasihi, memilih dan merawat umat yang menjadi istri-Nya. Tetapi umat hanya melacurkan diri saja dalam Yehezkiel 16.[11] Keberdosaan umat menurut Yehezkiel telah sampai pada titik tertinggi yaitu keberdosaan dalam ibadah dll.[11] Dia melihat keberdosaan umat ini berlawanan dengan kekudusan Allah. Allah adalah Allah yang melampaui segala sesuatunya.[11] Allah tidak terikat ataupun terkurung oleh apapun.[11] Maka Allah tidak hanya hadir alam bait suci-Nya di Yerusalem, tetapi juga hadir pada kaum buangan di Babel.[11] Yehezkiel melihat kemulian Allah, ialah kemulian Allah yang menyatakan diri berkuasa, meninggalkan bait Allah yang telah dicemarkan dan hadir di Babel (Yehezkiel 10:1-20; 11:22-25).[11]

Tetapi engkau mengandalkan kecantikanmu dan engkau seumpama bersundal dalam menganggarkan ketermasyhuranmu dan engkau menghamburkan persundalanmu kepada setiap orang yang lewat. Engkau mengambil dari pakaian-pakaianmu untuk membuat bukit-bukit pengorbananmu berwarna-warni dan engkau bersundal di situ; seperti itu belum pernah terjadi dan tidak akan ada lagi....


Struktur Kitab Yehezkiel

Struktur Kitab Yehezkiel[6]


A. Pendahuluan

Yehezkiel 1:1-3:27

Panggilan nabi, sekaligus sebagai penjaga bangsa Nubuat Penghakiman

Yehezkiel 4:1-5:17

Tindakan kenabian mengisyaratkan hukuman atas Yehuda dan Yerusalem Karena dosa mereka

Yehezkiel 6:1-7:27

Nubuat akan hari Yahwe yang akan menjadi kehancuran bagi Israel

8:1-11:25

Penglihatan tentang malaikat yang meneliti Yerusalem karena dosa mereka terutama karena penyembehan berhala. Hal ini tidak berkenan kepada Yahwe dan Yahwe tidak mau hadir di Kenisah lagi

12:1-14:23

Rangkaian Nubuat dan tindakan kenabian yang melukiskan kesalahan raja Zedekia, para nabi, para imam dan seluruh umat.

15:1-17:24

Seri tiga perumpamaan pohon anggur yang tidak berguna, anak yatim piatu dan istri yang tidak setia dan dua rajawali yang menunjukan ketidak setiaan Yehuda.

18:1-20:44

Tiga renungan tentang kesalahan Israel berdasarkan tiga pepatah populer. Yehezkiel 18 tentang tanggung jawab pribadi; Yehezkiel 19 tentang ratapan akhir kerajaan; Yehezkiel 20 mengenai kegagalan eksodus.

21:1-24:14

Nubuat mengenai kedatangan serbuan Babel, dan keterangan mengapa kota jatuh karena kesalahannya.

24:15-27

Akhir kumpulan pertama, kematian istri nabi menjadi sebab perenungan tentang kehancuran kota.


B. Nubuat Melawan Bangsa-Bangsa

25:1-17

Nubuat melawan Amon, Moab, Edom dan Filistin.

26:1-28:26

Nubuat melawan Tirus dan Sidon.

29:1-32:32

Nubuat melawan Mesir.


C. Nubuat Pembangunan

33:1-33

Pengantar Kedua, menegaskan peranan nabi sebagai penjaga bangsa, agar Allah menyelamatkan

34:1-31

Kontras antara gembala lama dengan gembala baru seperti yang dikehendaki Yahweh.

35:1-36:38

Penyembuhan tanah dan perjanjian baru.

37:1-28

Penglihatan tentang pembangunan Israel, tulang-tulang dibangkitkan.

38:1-39:29

Serbuan Gog dan Magog, perlawanan menentukan untuk mempertahankan tanah Persekutuan Baru.

40:1-43:12

Penglihatan akan kehadiran kembali Yahwe di Kenisah dan pembaharuan Kenisah dalam bentuk semula.

43:13-46:24

Pengaturan kembali ibdat dan kurban, peraturan tentang para imam dan levit serta Kenisah baru.

47:1-12

Penglihatan tentang air yang mengalir dari sisi Kenisah, sebagai tanda kesuburan dan kehidupan.

47:13-48:35

Tanah dibagikan menurut suku-suku, Kenisah menjadi pusat kehidupan, dan kehadiran Tuhan di tengah-tengah bangsa.

Referensi

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b (Indonesia) W.s. Lasor, D.a. Hubard. Pengantar Perjanjian Lama 2. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1973. Hal.383.
  2. ^ a b (Inggris) Otto Kaiser. Introduction to The Old Testament. Oxford: Basil Blackwell. 1973. Hal.255-256, 250.
  3. ^ (Indonesia) J. Blommendaal. Pengantar Kepada Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1993. 1992. Hal.122-123
  4. ^ (Inggris) John Bright. A History Of Israel. London: SCM Press. 1962. Hal.316
  5. ^ a b (Indonesia) C. Groenen. Pengantar Ke Dalam Perjanjian Lama. Yogyakarta : Kanisius. 1992. Hal.269, 273
  6. ^ a b c (Indonesia) Darmawijaya. Warta Nabi Masa Pembuangan dan Sesudahnya. Yogyakarta: Kanisus. 1990. Hal.23-24, 28-29
  7. ^ (Indonesia) R. Wahyosudibyo. Kitab Nabi-Nabi I. Flores: Nusa Indah. 1966. Hal.395
  8. ^ (Inggris) George Fohrer. History Of Israelite Religion. London: SPCK. 1981. Hal.316-317
  9. ^ (Inggris) Dillard, Raymond B, dan Tremper Longman III. An Introduction to the Old Testament. Michigan : Zondervan Publishing House. 1993. Hal.316
  10. ^ a b c (Indonesia) Barnabas Ludji. Perkembangan Sosial Ekonomi Israel Kuno dan Zaman Leluhur Israel. Jakarta: STT Jakarta. Hal.44-45, 49
  11. ^ a b c d e f g (Indonesia) Wismoady Wahono. Di Sini Kutemukan. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2009. Hal.250,383.