Lompat ke isi

Bahasa Ilahi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 9 Oktober 2011 08.57 oleh Sulhan (bicara | kontrib) (New page, raw translation from en:Divine language rev. 2011-09-09 at 21:28:34.)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Bahasa Ilahi, bahasa Dewa, atau, dalam monoteisme, bahasa Tuhan (atau malaikat) adalah konsep mistik atau proto-bahasa ketuhanan, yang mendahului dan menggantikan bahasa manusia.

Tradisi Abrahamik

Dalam Yahudi dan Kristen, tidak jelas apakah bahasa yang digunakan Tuhan untuk menunjuk Adam adalah bahasa Adam, sebagai pemberi-nama, (Genesis 2:19) yang digunakan untuk menamakan semua mahluk hidup, atau ia merupakan bahasa ilahi yang berbeda. Tetapi karena Tuhan digambarkan menggunakan perkataan saat penciptaan, dan saat memanggil Adam sebelum Gen 2:19, beberapa ahli mengasumsikan bahasa Tuhan berbeda dari bahasa surga yang ditemukan oleh Adam, sementara kebanyakan para ahli Yahudi abad pertengahan menyatakan bahwa bahasa Yahudi adalah bahasa Tuhan, yang diterima di Eropa Barat sejak abad ke-16 sampai awal abad ke-20.[1]

Ahli Filologi Jerman menulis tahun 1851 bahwa jika Tuhan menggunakan bahasa, tentu saja semua bahasa menggunakan konsonan gigi, Tuhan pastilah memiliki gigi, dan karena gigi dibuat bukan untuk berbicara melainkan untuk makan, maka akan berlaku juga bahwa Tuhan juga makan, dimana, sebagaimana Frits Stall menyebutkan, "mengarah ke begitu banyak asumsi yang tak diinginkan sehingga kita lebih baik mengindahkan semua ide tersebut" [2].

Bahasa suci dalam Islam adalah Arab Kuno, bersama dengan Yahudi dan Aram, yang keduanya digunakan oleh Yesus Kristus, adalah turunan dari bahasa Proto-Semit. Arab bersama dengan Yahudi dan Arama juga merupakan Abrahamik yang pada awalnya merupakan salah satu dari tiga bahasa utama Semit. Ia suci karena Arab adalah bahasa dimana Allah mengungkapkan perkataannya kepada Muhammad lewat malaikat Jibril.


Tradisi India

Dalam agama Vedic, "pengucapan" Vāc, contohnya bahasa kebaktian, sekarang dikenal sebagai Vedic Sanskrit, dianggap sebagai bahasa dewa.

Pelajar Hindu akhir, terutama sekolah hermeneutika Vedic Mīmāṃsā, membedakan Vāc dengan Śábda, sebuah perbedaan yang mirip dengan Saussurian langue and parole. Konsep dari Sphota diperkenalkan sebagai aspek transenden dari Śábda.

Dalam Mistis nasional Tamil, bahasa Tamil dianggap "lebih ilahi" daripada Sanskrit (lihat Devaneya Pavanar).

Okultisme

Pada tahun 1510, Heinreich Cornelius Agrippa menerbitkan buku pertamanya dari De Occulta Philosophia (diterjemahkan ke bahasa Inggris sebagai Three Books of Occult Philosophy). Bab 23 dari buku tersebut berjudul "Of the tongue of Angels, and of their speaking amongst themselves, and with us" (Bahasa Malaikat, dan bagaimana berbicara antar mereka, dan dengan kita") -- disana ia menyatakan:

Kita mungkin meragukan apakah Malaikat, atau Setan, karena mereka adalah roh asli, menggunakan suara vokal, atau bahasa diantara mereka sendiri, atau kepada kita (manusia); tapi Paul pada suatu saat mengatakan, Jika Saya berbicara dengan menggunakan bahasa manusia, atau malaikat: tetapi apa yang mereka katakan atau bicarakan adalah, banyak diragukan oleh kebanyakan. Bagi yang berpikir bahwa mereka menggunakan Idiom apapun, yakni bahasa Yahudi, karena ia merupakan awal dari segalanya, dan datang dari surga, dan sebelum adanya kebingungan akan bahasa ada di Babylon, dimana Hukum telah diberikan oleh Tuhan sang Ayah, dan Gospell telah diagungkan oleh Christ anak-Nya, dan begitu banyak Oracles yang telah diberikan kepada nabi-nabi oleh Roh Kudus: dan dengan melihat semua bahasa yang ada, dan melewati berbagai mutasi, dan korupsi, dan hanya ini satu-satunya yang selalu terus tidak terjamah.

Selanjutnya, pada bab 27, Agrippa menyebutkan Bahasa Ilahi kembali:

Tetapi karena huruf dari setiap bahasa, seperti yang telah diperlihatkan di buku pertama, banyak jumlahnya, urutannya, dan menggambarkan keaslian dari Kesempurnaan dan Ketuhanan, Saya harusnya dengan mudah memberikan perhitungan mengenai nama-nama dari roh tidak hanya dengan huruf Yahudi, tapi juga dengan Chaldean, dan Arab, Egip, Yunani, Latin, dan lainnya ...

Pada akhir abad ke 16, ilmuwan dan ahli matematik dari Elizabethan John Dee dan alkemis dan medium Edward Kelley (keduanya akrab dengan tulisan Agrippa) mengklaim bahwa selama sesi skrying, "Perkataan Surgawi" diterima secara langsung dari Malaikat. Mereka mencatat banyak bagian dari bahasa di dalam jurnal mereka (diterbitkan sebagai "The Five Books of the Mysteries" dan "A True and Faithful Relation ..."), bersama dengan sebuah tulisan komplit mengenai bahasa yang dinamakan "Book of Loagaeth" (atau "Speech From God"). Bahasa Dee, disebut "Angelical" dalam jurnalnya, yang sering kali pada masa sekarang dikenal dengan istilah yang tidak cocok "Enochian", mengikutkan dasar mitologi Yahudi-Kristen mengenai bahasa Ilahi. Menurut jurnal "A True and Faithful Relation ..." Angelical seharusnya merupakan bahasa yang digunakan Tuhan untuk menciptakan dunia, dan kemudian digunakan oleh Adam untuk berbicara dengan Tuhan dan Malaikat dan untuk menamakan semua benda yang ada. Adam kemudian kehilangan bahasa ini saat dikeluarkan dari surga, dan menciptakan sebuah bahasa berbentuk proto-Yahudi berdasarkan ingatan kabur mengenai Angelical. Bahasa proto-Yahudi ini, kemudian, merupakan bahasa universal manusia sampai pada masa Confusion of Tongue pada Tower of Babel. Setelah itu, berbagai macam bahasa manusia kemudian berkembang, termasuk berubahnya bahasa Yahudi (yang kita ketahui sekarang sebagai "Alkitab Yahudi"). Sejak pada masa Adam sampai masa Dee dan Kelley, Angelical tersembunyi dari manusia dengan satu pengeculian pada masa patriarki Enoch - yang menulis "Book of Loagaeth" untuk kemanusiaan, tetapi buku tersebut hilang pada masa Banjir Besar Nuh.

George William Russell dalam The Candle of Vision (1918) beralasan bahwa (p. 120) "Pikiran manusia dibuat dalam gambaran Ketuhanan, dan elemen-elemen dari perkataan berkaitan dengan kekuatan di dalam pikirannya dan lewatnya keberadaan Oversoul. Akar sebenarnya dari bahasa hanya sedikit, alfabet dan akar-akar yang identik.

Referensi

  1. ^ Versteegh, Kees, The Arabic language, Edinburgh University Press, 2001, p.4
  2. ^ J. Grimm , Über den Ursprung der Sprache (1851, reprint 1958); Staal , Noam Chomsky Between the Human and Natural Sciences , Janus Head. Journal of Interdisciplinary Studies in Literature , Continental Philosophy , Phenomenological Psychology , and the Arts , Winter 2001 , pp. 25-66. [1]

Lihat juga