Lompat ke isi

Pesantren Keresek

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 31 Oktober 2011 00.42 oleh SU34Marlina (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi ''''Pesantren Keresek''' merupakan salah satu pesantren tertua dan banyak dikenal masyarakat adalah Pasantren Keresek di Cibatu, Garut.<ref name="Pasantren Keresek"...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Pesantren Keresek merupakan salah satu pesantren tertua dan banyak dikenal masyarakat adalah Pasantren Keresek di Cibatu, Garut.[1] Paesantren ini bukan hanya dikenal masyarakt Garut, tapi juga banyak dikenal oleh masyarakt nusantara.[1] Buktinya, ada beberapa santri dari luar Jawa, sepertib dari Sumatra dan Lombok, yang sengaja datang ke Garut untuk mondok di Keresek.[1] Pesantren Keresek terkenal karena cerita tentang jinnya.[1] Pada tahun 60-an, cerita tentang jin ini menjadi cerita bersambung di majalah Sunda Mangle, dan banyak mendapat perhatian pembaca. Konon, cerita tentang jin keresek bukan cuma isapan jempol.[1] Sampai sekarang pun, keberadaan jin keresek masih diakui pengelola pesantren.[1] Kini Pesantren Keresek masih menjadi tujuan banyak santri yang ingin mondok.[1] Terutama santri-santri yang ingin memperdalam nahu sorof dan bilagoh (sastra Arab), karena kedua ilmu itu telah menjadi ciri khas pesantren yang berusia sudah lebih seabad ini.[1]

Sejarah

Pesantren Keresek didirikan pada 1887 oleh K.H. Muhammad Tobrik. Beliau adalah keturunan Mbah Ma’lum dari pesantren Pasir Kondang. Sedangkan nama keresek diambil dari nama Kampung tempat pesantren ini berdiri.[1] Setelah didirikan, pengelolaan pesantren diserahkan kepada putranya yang bernama K.H. Ahmad Nahrowi.[1] K.H. Ahmad Nahrowi dikenal dengan sebutan Mama Bintang, karena pernah diberi bintang tanda jasa oleh pemerintah kolonial Belanda.[1] Pemerintah kolonial menganggap pesantren Keresek telah berjasa memajukan pendidikan masyarakat pribumi dan tidak melakukan pembangkangan kepada pemerintah.[1] Setelah Mama Bintang wapat, pesantren diserahkan kepada putranya, K.H. Usrol Karim.[1] Pada saat pesantren dipimpin oleh beliau inilah, terjadi beberapa peristiwa yang bukan saja menggemparkan warga pesantren, tetapi juga warga keresek pada umumnya.[1] Seperti dikisahkan dalam buku kecil Jin Kersek, keluarga Usrol Karim sempat diganggu oleh jin perempuan yang konon jatuh cinta pada sang ajengan. Karena kejahilan jin itu, banyak peristiwa di luar akal yang bersifat gaib muncul dan terkadang mengganggu penghuni pesantren.[1] Namun, pada akhirnya jin itu bisa “dijinakkan” oleh Ajengan Usrol Karim.[1] Sepeninggal K.H. Usrol Karim, pengelolaan pesantren dilanjutkan oleh putranya yang bernama K.H. Hasan Basri hingga sekarang. Selain mendalami ilmu agama, Hasan Basri yang sering dipanggil Buya, juga seorang penulis.[1] Buku kecil Jin Kersek, adalah hasil tulisannya yang sbeleumnya dimuat secara bersambung di majalah Mangle.[1] Yang menarik, kisah itu ditulis Buya ketika ia aktif di HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) semasa kuliah di IAIN Sunan Gunung Jati Bandung.[1] Menurutnya, ia menuliskan kisah itu untuk melawan paham PKI (Partai Komunis Indonesia) dan CGMI (Comite Gerakan Mahasiswa Indonesia) yang berafiliasi pada PKI, karena keduanya sama-sama tidak mempercayai hal-hal gaib.[1] Buya meyakinkan jika hal-hal gaib bukanlah isapan jempol.[1] Terbukti, tulisannya banyak diminati dan disukai masyarakat.[1]

catatan

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v [1]