Lompat ke isi

Tutur Tinular III: Pendekar Syair Berdarah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 1 November 2011 18.27 oleh 114.79.60.8 (bicara)
Tutur Tinular III (Pendekar Syair Berdarah)
SutradaraSofyan Sharna
ProduserHasok Soebroto
PemeranMurti Sari Dewi
Sandy Nayoan
Baron Hermanto
Wingky Harun
Sawung Sembadha
Devi Permatasari
Deddy Sutomo
Amin Ansari
Wenda Wijaya
Golden Casmara
Torro Margens
Intan Fully
Penata musikSherman
SinematograferThomas Susanto
PenyuntingArturo GP
Tanggal rilis
1992
Durasi79 menit
NegaraIndonesia

Tutur Tinular III (Pendekar Syair Berdarah) adalah film Indonesia tahun 1992 dengan disutradarai oleh Prawoto S. Rahardjo dan dibintangi oleh Murti Sari Dewi dan Sandy Nayoan.

Sinopsis

Arya Dwipangga (Baron Hermanto) mengacau Majapahit dengan tujuan membalas dendamnya pada Kamandanu (Sandy Nayoan), namun pihak kerajaan mengira pengacaunya Mpu Bajil (Wingky Haroen), yang sedang memperdalam ilmu Aji Segara Geni. Untuk itu ia sudah mandi darah tujuh anak laki turunan satria. Untuk korban kedelapan ia akan menculik kemenakan Kamandanu, Pandji (Sawung Sembadha), anak Dwipangga dengan Ratih. Maka terjadi perkelahian antara Bajil dan Kamandanu yang memang ditugaskan untuk membawa kepala Bajil oleh raja. Di tengah perkelahian muncul Arya Dwipangga. Terjadilah perkelahian segitiga. Panji berhasil diselamatkan, dan Kamandanu yang terluka juga berhasil dilarikan istrinya, Sakawuni (Murti Sari Dewi). Luka ini mula-mula diobati oleh seorang tabib yang juga ditewaskan Dwipangga. Lalu Empu Lungga (Deddy Sutomo), yang sebenarnya masih merawat luka Kamandanu, bersama anaknya (Devi Permatasari) berhasil memulihkan Kamandanu, karena cintanya, meski akhirnya tak bisa berbalas. Kamandanu lalu membantu Sakawuni yang mencoba merebut Panji yang sudah hampir jadi korban. Bajil dikalahkan. Dwipangga muncul lagi. Setelah perkelahian sejenak, Panji muncul memanggil ayahnya. Dwipangga tak sampai hati meneruskan perkelahian. Ia menghilang sambil menyatakan dendamnya tidak bisa punah. Bajil diserahkan pada Majapahit.[1]

Referensi

  1. ^ Laman Tutur Tinular III, diakses pada 16 Februari 2010

Pranala luar