Lompat ke isi

Belsyazar

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Lukisan minyak cerita Belsyazar dari kitab Daniel oleh Rembrandt, 1635

Belsyazar (bahasa Akkadia: Bêl-šar-usur) adalah raja terakhir Babilon sebelum direbut oleh Koresh, raja Persia. Kitab Daniel menyatakan bahwa ia adalah “raja” (bahasa Aram: מֶלֶך "melekh") pada malam jatuhnya ibukota Babel (Daniel 5:1) dan mencatat bahwa “ayah”nya (bahasa Aram: אַב "ab") adalah Nebukadnezar (Daniel 5:2,11,13,18). Ayah kandungnya bernama Nabonidus, yang menggantikan raja Ewil-Merodakh, anak raja Nebukadnezar. Belsyazar mati terbunuh di malam jatuhnya ibukota Babilon tanggal 15 Oktober 539 SM.[1]

Raja bersama dengan Nabonidus

Informasi mengenai Belsyazar dan kedudukannya sebagai raja bersama Nabonidus, ayahnya, diketahui dari Silinder Nabonidus.

Silinder Nabonidus

.

  • Dalam Silinder Nabonidus, Nabonidus memohon kepada Dewa Sin sebagai berikut: “Dan mengenai Belsyazar anak sulungku, biarlah rasa takutmu kepada Ilahi yang agung mengisi hatinya dan semoga kiranya ia tidak berbuat dosa; dan kiranya ia menikmati kebahagiaan dalam hidupnya".
  • Selain itu, Laporan Syair tentang Nabonidus (British Museum tablet 38299) menyatakan, “[Nabonidus] mempercayakan tentara (?) kepada anaknya yang tertua, anaknya yang sulung, pasukan-pasukan di negeri ini diperintahnya di bawah komandonya. Ia melepaskan segala-galanya, mempercayakan kerajaan kepadanya, dan, ia sendiri, ia memulai suatu perjalanan yang panjang. Pasukan-pasukan militer Akkad berbaris bersamanya, ia berbelok ke Temâ jauh di sebelah barat” (Col. II, lines 18 - 29. 18). Sejalan dengan pernyataan bahwa Nabonidus "mempercayakan kerajaan" kepada Belsyazar sementara ia tidak ada, terdapat bukti bahwa nama Belsyazar digunakan dengan nama ayahnya dalam rumusan-rumusan sumpah, bahwa ia mampu mengeluarkan edik, menyewakan tanah perladangan, dan menerima "hak-hak istimewa kerajaan" untuk memakan makanan yang dipersembahkan kepada dewa-dewa.
  • Informasi yang tersedia mengenai pemerintahan bersama Belsyazar tidak dicatat lagi setelah tahun ke-14 Nabonidus. Menurut Tawarikh Nabonidus, Nabonidus kembali dari Temâ pada tahun ke-17 pemerintahannya (539 SM) dan merayakan pesta Tahun Baru (Akk. Akitu). Apakah Belsyazar melanjutkan pemerintahan bersamanya dengan ayahnya setelah kepulangannya atau tidak, tidak dapat dibuktikan dari dokumen-dokumen yang tersedia. Sebagian mengklaim bahwa tidak dirayakannya Akitu pada masa Nabonidus tidak ada membuktikan bahwa Belsyazar tidak boleh disebut "Raja" karena hal itu membuktikan bahwa ia tidak dapat memimpin festival tersebut. Namun demikian, Laporan Syair tentang Nabonidus mengatakan, "Nabonidus berkata: 'Aku akan membangun kuil baginya (Sin, Dewa Bulan)...hingga aku mencapainya, hingga aku memperoleh apa yang menjadi kerinduanku, aku akan menghapuskan semua festival, Aku bahkan akan memerintahkan agar pesta perayaan Tahun Baru dihentikan!'" Jadi, penghentian Akitu tersebut tampaknya dilakukan dengan perintah Raja dan bukan suatu ketidakmampuan pada pada pihak Belsyazar. Sebagian juga telah mengatakan bahwa ia tidak boleh disebut "Raja" karena ia tidak pernah disebut demikian dalam dokumen-dokumen yang ada. Walaupun memang benar bahwa tak satupun dari dokumen-dokumen ini secara tegas menyebut Belsyazar "Raja," aline sebelumnya menunjukkan bahwa dokumen-dokumen itu memang memperlihatkan bahwa Belsyazar bertindak dalam kapasitas raja. Lebih jauh, istilah bahasa Aram מלך (mlk, raja) dapat digunakan untuk menerjemahkan gelar-gelar para pejabat yang lebih rendah pangkatnya seperti yang dapat dilihat dalam kasus sebuah prasasti dwi-bahasa Akadia/Aram abad ke-9 SM yang ditemukan di Tell Fekheriyeh pada 1979 yang menggunakan sebutan "raja" untuk “gubernur” Akadia.

Polemik

  • Sebelum 1854, para arkeolog dan sejarahwan tidak tahu apa-apa tentang Belsyazar di luar Kitab Daniel. Xenophon (Cyropaedia, 7.5.28-30) maupun Herodotus (The Histories, 1.191) menceritakan jatuhnya Babel ke tangan Koresh Agung, tetapi keduanya tidak menyebutkan nama raja Babel. Lebih jauh, daftar raja yang disusun oleh Berossus dan Ptolemeus menyebutkan nama Nabonidus (bahasa Akkadia: Nabû-nā'id) sebagai Raja Babel terakhir, namun tidak menyebutkan nama Belsyazar. Hal ini menyebabkan Ferdinand Hitzig mengklaim pada 1850 bahwa Belsyazar adalah "rekaan dari imajinasi si penulis Yahudi."

Kemudian di tahun 1854 ditemukan Silinder Nabonidus yang memastikan keberadaan Belsyazar, anak Nabonidus, serta pemerintahannya bersama dengan ayahnya, ketika Nabonidus tinggal di Temâ.

  • Dalam Daniel 5:16 dicatat kata-kata Belsyazar kepada Daniel: "Jika engkau dapat membaca tulisan itu dan dapat memberitahukan maknanya kepadaku, maka kepadamu akan dikenakan pakaian dari kain ungu dan pada lehermu akan dikalungkan rantai emas, dan dalam kerajaan ini engkau akan mempunyai kekuasaan sebagai orang ketiga." Di sini dapat disimpulkan bahwa Belsyazar dan ayahnya, Nabonidus, adalah orang-orang kedua dan pertama dalam Kerajaan itu, sedangkan Daniel, jika berhasil mengartikan tulisan itu, akan menjadi orang ketiga.
  • Tak satupun teks-teks di luar Alkitab yang menunjukkan hubungan darah antara Nebukadnezar dan Belsyazar, sehingga sejumlah pakar meragukan catatan dalam Kitab Daniel. Ada sejumlah penguasa Babel yang hidup di antara Nebukadnezar dan Nabonidus/Belsyazar. Banyak pakar yang menduga bahwa tidak disebutkannya para penguasa ini sebagai tanda bahwa si penulis keliru menganggap kedua penguasa itu menjabat secara berturut-turut. Para editor Jewish Encyclopedia (1901-1906), percaya bahwa Kitab Daniel ditulis jauh belakangan (lihat 'Waktu penulisan'), "pada masa tradisi lisan yang panjang raja-raja Babel yang tidak penting dapat dengan mudah terlupakan, dan raja terakhir, yang dikalahkan oleh Koresy, tampaknya dianggap sebagai pengganti dari Nebukadnezar yang terkenal." Berdasarkan penalaran ini, para sejarahwan menganggap rujukan kepada hubungan Belsyazar dengan Nebukadnezar semata-mata sebagai kesalahan yang didasarkan pada kesalahpahaman di atas. Tapi pandangan ini dibantah karena kata "ayah" dalam bahasa Aram, sebagaimana dalam bahasa Ibrani, dapat diartikan "leluhur" atau "kakek".

Referensi

Pranala luar