Deuterokanonika
Deuterokanonika adalah buku-buku Kitab Suci Perjanjian Lama yang dianggap sebagai kanon kedua. "Penetapan Kanon yang kedua kali" adalah arti dari "deuterokanonika" pula, karena hanya didapati dalam versi Septuaginta, yaitu terjemahan Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan orang-orang Yahudi yang berkebudayaan Yunani. Yesus dalam Pernjajian Baru mengutip Perjanjian Lama versi Setuaginta. Disebut dengan istilah deuterokanonika karena perbuatan Martin Luther saat mengeluarkan 7 kitab. Konsili Trente pada abad ke 16 kemudian menetapkan kanon Kitab Suci untuk kedua kalinya dengan jumlah kitab yang sama saat dikanonkan pada sinoda Nikea pada abad ke 4.
Kitab-kitab yang tergabung dalam kanon ini tidak terdapat dalam kitab-kitab yang diterima oleh konsili para rabi Yahudi di Yamnia (90 M.) sekitar 300 tahun setelah Septuaginta diselesaikan akan tetapi tradisi dari kitab-kitab deuterokanonika seperti perayaan Hanukah (Pendedikasian Bait Allah di Yerusalem) dan sejarah Masada, umat Yahudi menggunakan Perjanjian Lama versi Septuaginta yang mengandung duterokanonika. Agama Yahudi dan Gereja-gereja Protestan, yang mengikuti kanon Yahudi, tidak mengakui buku-buku ini, sedangkan Gereja Katolik dan Ortodoks mengakuinya.
Kitab-kitab yang tergolong Deuterokanonika adalah:
- Tobit
- Kitab Yudit
- Tambahan Ester
- Kebijaksanan Salomo
- Kitab Yesus bin Sirakh
- Kitab Barukh
- Tambahan Daniel
- I Makabe
- II Makabe
Meskipun menolak kanonisitas kitab-kitab dalam Deuterokanonika ini, pada umumnya Gereja-gereja Protestan menerimanya sebagai dokumen sejarah yang berharga untuk lebih memahami perkembangan agama Yahudi dan dasar-dasar kekristenan.
Lihat pula
Pranala luar Kitab-kitab Deuterokanonika dalam bahasa Indonesia