Lompat ke isi

Tu Di Gong

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Tu Di Gong, (Hanzi: 土地公; Pinyin: tǔ dì gōng)

Tu Di Gong (Hanzi: 土地公; Pinyin: tǔ dì gōng; Pe̍h-ōe-jī: Thó-tī-kong/Thó͘-tī-kong), juga dikenal dengan sebutan Tu Di (土地), Tu Gong (土公), dan Dabo Gong (大伯公), adalah dewa bumi yang dipuja di Asia Timur, dengan sumber berasal dari Cina. Seorang dwa yang terkenal, ia disembah oleh penganut kepercayaan tradisional Tionghoa dan Taoisme. Nama resmi Tu Di Gong adalah Hanzi: 福德正神; Pinyin: Fúdé zhèngshén, yang berarti dewa bumi akan kemakmuran dan jasa.[1][2]

Di Cina, setiap wilayah memiliki tempat pemujaan untuk Tu Di Gong. Ia adalah seorang dewa yang berkuasa untuk mengatur kejadian atas wilayah tertentu. Pada masa tradisional, wilayah yang dimaksud biasanya berhubungan dengan pertanian atau cuaca. Dewa ini tidak sepenuhnya berkuasa, tetapi ia adalah seorang birokrat langit yang rendah hati yang mana penduduk dapat menyampaikan harapan pada saat kekeringan atau kelaparan.[1]

Sekarang ini, ia masih dipuja oleh masyarakat Tionghoa, dengan tempat pemujaan kecil beserta penggambarannya, biasanya diletakkan dibawah altar, atau di bawah dekat pintu rumah. Banyak pemuja berdoa kepadanya untuk kemakmuran dan kesejahteraan. Ia juga biasanya disembah sebelum pemakaman jenasah guna berterima kasih atas penggunaan lahan dan mengembalikan tubuh mereka ke bumi.[1]

Penduduk biasa seringkali menyebut Tu Di Gong, "Kakek", yang menggambarkan kedekatan hubungan dengan masyarakat awam.[1]

Tu Di Gong digambarkan sebagai seorang lelaki tua dengan jenggot putih yang panjang, mengenakan topi hitam atau keemasan dan jubah merah atau kuning, yang menegaskan kedudukannya sebagai seorang birokrat. Ia membawa tongkat kayu di tangan kanannya dan batang logam emas di tangan kirinya.[1]

Tu Di Po

Pada kawasan pedesaan, ia seringkali digambarkan memiliki seorang istri, Tu Di Po (土地婆 tǔ dì pó, secara harafiah berarti Dewi Bumi), pada altar -berada disebelahnya. Ia dinilai sebagai seorang dewi yang setara dan penuh kebaikan seperti suaminya, atau sebagai seorang wanita tua yang menggerutu yang menunda doa suaminya, hal ini menjelaskan mengapa seseorang tidak selalu mendapatkan perlakuan adil atas kelakuan yang baik.[1]

Cerita lain menyampaikan bahwa Tu Di Po seharusnya adalah seorang wanita muda. Setelah Tu Di Gong menerima peringkat langit, ia memberikan segala sesuatu yang masyarakat minta. Ketika salah satu dari dewa turun ke Bumi untuk melakukan pemeriksaan, ia melihat bahwa "Tu Di Gong membagikan berkat tidak seperlunya. Segera setelah itu, dewa tersebut kembali ke Istana Langit dan menyampaikan kepada Kaisar.[1]

Setelah Kaisar mendengar berita tersebut, ia mengetahui bahwa ada seorang wanita yang akan dibunuh, tetapi wanita itu tidak bersalah. Oleh karena itu, Kaisar memerintahkan seorang dewa untuk turun ke Bumi dan membawa wanita tersebut ke langit. Ketika wanita itu dibawa ke langit, Kaisar menganugerahinya sebagai istri Tu Di Gong. Ia diperintahkan untuk memantau seberapa banyak berkat yang dibagikan oleh Tu Di Gong dan berkat tersebut tidak seharunya dibagikan secara sia-sia. Hal inilah yang menyebabkan banyak penganut tidak ingin menyampaikan doa kepada Tu Di Po karena takut jika Tu Di Po tidak memperbolehkan Tu Di Gong memberikan berkat kemakmuran yang banyak kepada mereka.[1]

Dewa Di Zhu

Foto Papan Dewa Di Zhu di Malaysia

Dizhu (Hanzi: 地主神, berarti Roh Bumi) adalah roh dalam kepercayaan Cina, yang setara dengan Tu Di Gong. Papan Roh Di Zhu bertuliskan (dua baris di tengah) "kiri: Dewa Bumi untuk masyarakat Tang yang berada di luar wilayah), kanan: Naga dari lima sisi dan lima bumi (Fengshui). Tulisan disamping berarti "Kemakmuran datang dari sepuluh ribu arah dan bisnis datang dari ribuan mil." Hal ini dipercayai bahwa Dewa Di Zhu memiliki kuasa untuk mengumpulkan kemakmuran, dan penempatan papan harus diletakkan sesuai dengan aturan Feng Shui.[1]

Dewa-dewa desa dalam Taoisme

Dalam Taoisme, Dewa Desa terbentuk dari penyembahan akan bumi. Sebelum Dewa Kota mendominai di Cina, penyembahan akan tanah (bumi) memiliki tingkat hirarki dewa yang secara tegas berlaku atas aturan sosial, dimana kaisar, raja, adipati, pejabat dan penduduk awam diperbolehkan untuk menyembah kepada dewa-dewa tanah (bumi) dalam wilayah kekuasaannya; dewa tanah (bumi) tertinggi adalah Ratu Bumi - satu dari empat penguasa. Berada pada peringkat dibawah Dewa kota, Dewa desa sangatlah terkenal dikalangan penduduk desa sebagai dewa-dewa utama sejak abad ke-14 dimasa Dinasti Ming. Beberapa pelajar berpendapat bahwa perubahan ini disebabkan oleh maklumat kerajaan, karena dicatat bahwa kaisar pertama Dinasti Ming lahir di kuil Dewa Desa. Perwujudan akan Dewa Desa adalah berpakaian sederhana, tersenyum, lelaki berjenggot-putih. Istrinya, Nenek Desa, tampak seperti seorang wanita tua biasa.[1]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j The Encyclopedia of Malaysia, vol. Religions & Beliefs, edited by Prof. Dr M. Kamal Hassan & Dr. Ghazali bin Basri ISBN 981-3018-51-8 www.selectbooks.com.sg
  2. ^ Keith G. Stevens, Chinese Mythological Gods, Oxford University Press, USA, (November 8, 2001), pages 60, 68, 70, #ISBN-10: 0195919904 or # ISBN-13: 978-0195919905

Pranala luar