Lompat ke isi

Bunyi jantung

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 22 Juli 2012 06.46 oleh 22Kartika (bicara | kontrib) (cabut {{kelayakan}} --> http://en.wiki-indonesia.club/wiki/Heart_sounds)

Bunyi Jantung

Bunyi jantung adalah bunyi yang terdengar pada stetoskop yang disebabkan akibat adanya getaran pada jantung dan pembuluh darah besar. Dimana proses membuka dan menutupnya katup jantung sangat berperan dalam menghasilkan suara jantung ini, karena pada saat itu akan terjadi aliran turbulen yang menghasilkan getaran dalam rentang yang dapat didengar oleh manusia. Adapun jumlah dan kualitas bunyi jantung bergantung pada desain stetoskop dan tekanannya pada dinding dada, lokasinya, orientasi tubuh, serta fase bernapas. Umumnya, bunyi tidak dihantarkan dengan baik dari cairan atau udara sehingga bunyi jantung tidak terdengar denga baik apabila melewati paru.[1]

Pengkajian terhadap bunyi jantung secara ilmiah pertama kali dilakukan oleh René-Théophile-Marie-Hyacinthe Laennec, dia adalah orang yang pertama kali menemukan stetoskop. Dimana dalam tulisannya De l'auscultation médiate (1819), Dia mengusulkan suatu cara baru dalam diagnosis, yaitu menggunakan stetoskop untuk mendengarkan suara organ tubuh. [2]

Bunyi Jantung Pertama & Kedua

Bunyi jantung normal pada dasarnya dapat dibedakan menjadi bunyi jantung pertama (S1) dan bunyi jantung kedua (S2). Bunyi jantung pertama (S1) muncul akibat 2 penyebab yaitu : penutupan katub atrioventrikular (katub mitral dan trikuspidalis) dan kontraksi otot-otot jantung. Bunyi jantung kedua disebabkan dari penutupan katub semilunaris (katub aorta dan pulmonal). Bunyi jantung pertama memiliki frekuensi yang lebih rendah dan waktu yang sedikit lebih lama dibandingkan dengan bunyi jantung kedua. Bunyi jantung kedua memiliki frekuensi nada yang lebih tinggi dan memiliki intensitas yang maksimum di daerah aorta.[3]


Referensi

  1. ^ Cameron, John R (2003). Fisika Tubuh Manusia Ed.2. Jakarta: EGC. hlm. 189–190. 
  2. ^ Delf, Mohlan.H (1996). Mayor Diagnosis Fisik. Jakarta: EGC. hlm. 293–295. 
  3. ^ Burnside, John.W (1995). Adams Diagnosis Fisik. Jakarta: EGC.