Lompat ke isi

Kerak kerbau

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Jalak hitam
Acridotheres javanicus
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
A. javanicus
Nama binomial
Acridotheres javanicus

Jalak hitam (Acridotheres javanicus) atau juga diketahui jalak kebo, kerak kerbau, jalak ungu, dan jalak penyu adalah spesies beo yang merupakan termasuk familia jalak.[1] Ia ditemukan terutama di Jawa.

Deskripsi badan dan suara

Berukuran sedang (25 cm). Diselimuti bulu berwarna abu-abu tua (hampir hitam)/ungu kehitaman (hampir hitam) pada kepala, sayap, dan ekor,[1] kecuali bercak putih pada bulu primer (yang terlihat mencolok sewaktu terbang), serta tunggir dan ujung ekor yang berwarna putih.[2] Jambulnya pendek. Mirip kerak jambul, perbedaan terletak pada lebar warna putih pada ujung ekor, yang mana kalau jalak hitam memiliki warna putih lebih lebar daripada kerak jambul,[3] warna paruh yang kuning, dan tunggir yang putih.[4] Burung remaja berwarna lebih coklat. Iris jingga; paruh dan kaki kuning.[2][5]

Postur tubuh burung jalak hitam jantan lebih panjang ketimbang betina. Tatapan matanya pun lebih tajam. Betina juga bisa berkicau sebagaimana pejantan.[6]

Kicauannya berbunyi parau dengan nada berkeriut “ciriktetowi“; juga berbagai siulan dan nada berderik “criuk, criuk” yang khas, terutama sewaktu terbang.[2] Kadang meniru kicauan burung lain. Belum tersedia rekaman suara yang diambil di wilayah Indonesia.[5]

Karena kicauannya yang bagus inilah, jalak hitam banyak dicari. Apalagi spesies bermata dan kaki putih, mentalnya amatlah berani dan jalak hitam pun termasuk hewan yang rajin berkicau dengan variasi yang harmonis.[1]

Persebaran dan habitat

Karena spesies jalak suren lebih sedikit daripada jalak hitam, maka harga jalak hitam lebih murah.

Burung ini endemik dan asalnya dari Pulau Jawa.[3] Persebaran burung ini agak luas. Dari Pulau Jawa, diintroduksi Sumatra, Sulawesi, Bali, Asia Timur, hingga ke China.[1] Ia tersebar di Asia Tenggara terkecuali di Semenanjung Malaya.[4]

Diintroduksi ke Taiwan, Thailand tenggara, Singapura, Puerto Rico, serta juga ke Pulau Honshu, Jepang.[3] Kadang diperlakukan sebagai ras dari Kerak India (A. fuscus), ada juga yang memasukkannya sebagai ras dari Kerak Besar (A. grandis).[2] Introduksi ke Singapura bermula pada tahun 1925, semenjak itu jalak hitam termasuk spesies jalak yang paling banyak di Singapura selain kerak ungu.[7][8]

Populasi di Sumatera, kemungkinan besar terbentuk dari burung peliharaan yang terlepas, terutama dari daerah Medan, dan saat ini telah tersebar di seluruh pulau Sumatera.[2]

Dikarenakan spesies ini lebih banyak daripada jalak suren, maka harga jalak hitam lebih murah daripada jalak suren.[1] Habitatnya di padang rumput, sawah, kebun, mangrove, pedesaan, perkotaan. Tersebar sampai ketinggian 1.500 m dpl.[5]

Kebiasaan

Jalak hitam hidup dalam kelompok besar atau kecil. Sebagian besar mencari makan di padang rumput, pemukiman, lahan pertanian, dan di kota.[9] Di alam bebas, jalak hitam sering mendatangi areal yang menjadi ladang penggembalaan kerbau. la senang bertengger di punggung kerbau, sambil mencari kutu yang menempel di tubuh kerbau tersebut. Oleh sebab itu, ia dikenal sebagai jalak kerbau.[6][1] la juga senang mencari makanan di tanah. Makanan apapun yang ditemukannya di tanah langsung disantap.[6]

Apabila hewan ini dalam pemeliharaan kita, hendaknya diberi makan berupa voer dan serangga seperti jangkrik, ulat hongkong, atau ulat bambu.[1] Lubang atau pelepah pohon dijadikannya tempat untuk kawin di musim kawin. Apabila hendak tidur, ia mengeluarkan suara khusus.[10] Selain memakan kutu, ia juga memakan buah-buahan,[11] belalang, dan cacing tanah.[6] Sarang pada lubang pohon. Telur berwarna hijau biru pucat, jumlahnya 2-3 butir. Berkembang-biak pada bulan Mei-November.[5]

Dalam kebudayaan dan pemanfaatan

Sebelum banyak dipelihara penggemar burung, ia biasa dijual di restoran sebagai menu burung goreng seperti halnya burung tekukur. Umumnya, jalak hitam digemari penggemar burung kelas bawah. Orang Sunda menyebut ini sebagai kerak,[10] tapi orang Jawa menyebut burung ini jalak kaleng karena bunyi teriakannya seperti bunyi kaleng yang dipukul-pukul.[1]

Untuk penyakit sesak nafas, bakarlah daging burung ini hingga benar-benar masak. Lalu tambahkan dengan sedikit asam, garam, lombok, merica/lada, serta gula jawa yang telah ditumbuk halus. Makanlah secara rutin ramuan daging jalak bakar ini 3 kali sehari.[12]

Jalak yang paling pintar adalah jalak hitam, ia dapat meniru suara manusia, suaranya tidak jauh beda dengan beo. Dikarenakan populasinya yang berkurang di Pulau Jawa, pedagang burung di Jawa mengandalkan populasi di Sumatra.[13] Anakan burung jalak murah harganya, Rp75.000,00. Kalau yang sudah bisa berbicara, harganya mencapai Rp300.000,00. Penggemar burung menjadikannya sebagai burung rumahan. Tetapi ada juga yang memeliharanya untuk dijadikan burung master, atau pengisi suara burung-burung ocehan lainnya.[13][6]

Bahasa lain

Referensi

Catatan bawah

Bibliografi