Lompat ke isi

Bahasa Jawa Yogyakarta

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 4 November 2012 03.26 oleh Aldo samulo (bicara | kontrib) (←Suntingan 125.161.24.203 (bicara) dikembalikan ke versi terakhir oleh Albertus Aditya)

Bahasa Jawa Yogyakarta adalah dialek yang diucapkan masyarakat Yogya. Masyarakat Yogyakarta biasanya menyingkat kata, atau menambahi kalimat agar mantap dan enak didengar.

Contoh kalimat

Wah, piye ta iki, wis dikandhani kok ra ngrungokke. Jan!

(Wah, bagaimana sih, sudah dikasih tau kok (dia) tidak mendengarkan. Kata "Jan" tak memiliki arti khusus. Kata "Jan" digunakan supaya terdengar mantap dan enak didengar).

Piye, wis dhong apa durung??

(Bagaimana, sudah mengerti atau belum??).

Wo, jan payah tenan cah iki, ra dhongan.

(Wah, memang payah sekali anak ini, susah mengertinnya).

Piye je?

Kalimat ini sering digunakan orang Yogya jika lagi bingung, biasanya digunakan oleh orang Yogya yang tinggal agak jauh dari kota.

Sakjane/jan-jane(sak tenane)= Jan-jane yo mbak wong kuwi ra. (Dari kata ora=tidak).

Sekolah neng UGM, ukara sing tenan dadi sak tenane yo mbak wong kuwi ora sekolah neng UGM.

Penambahan huruf m di depan kata

Orang Jawa juga suka menambahi huruf m di depan sebuah kata. Misalnya,

  • Baciro = mBaciro (nama kampung).
  • Besuk = mBesuk.
  • Bantul = mBantul.
  • Bandung = mBandung.
  • Bogor = mBogor.
  • Bogem = mBogem (tempat supitan anak-anak).

Tingkatan bahasa

Bahasa Jogja juga punya 3 tingkatan bahasa, yaitu:

  • Bahasa sangat halus (Krama Alus)
  • Bahasa halus (Krama Lugu/Ngoko Alus)
  • Bahasa biasa (Ngoko Lugu)

Misalnya,

  • Dalam Bahasa Indonesia = Memberi
  • Dalam Bahasa Jawa Krama Inggil = Nyaosi
  • Dalam Bahasa Jawa Krama = Maringi
  • Dalam Bahasa Jawa Ngoko = Menehi
  • Dan sebagainya.