Lompat ke isi

Kaum Masorah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 8 November 2012 04.08 oleh Mikhailov Kusserow (bicara | kontrib) (rapikan)

Kaum Masoret adalah para penyalin Ibrani yang tidak disebutkan namanya yang menyalin Kitab Suci atau Tulisan-Tulisan Kudus dengan sangat hati-hati dan minat pengasih. Kaum Masoret adakalanya disebut 'para pemelihara tradisi' yang tidak cukup dihargai.

Meskipun mayoritas penulis-penulis ini tidak diketahui namanya dewasa ini, setidaknya ada satu nama keluarga yang diketahui dari Kaum Masoret yang secara jelas tercatat—Ben Asyer. Apa yang diketahui tentang mereka dan rekan-rekan Masoret mereka melalui catatan yang tersedia?

Sejarah Singkat Keluarga Ben Asyer

Bagian dari Alkitab yang mula-mula ditulis dalam Bahasa Ibrani, yang sering disebut Perjanjian Lama, dengan teliti disalin oelh para penyalin Yahudi. Mulai abad keenam hingga abad kesepuluh M, para penyalin ini disebut "Kaum Masoret".

Selama berabad-abad bahasa Ibrani ditulis hanya dengan konsonan, sedangkan huruf-huruf hidupnya dibubuhkan oleh sang pembaca. Akan tetapi, pada zaman Kaum Masoret, pengucapan yang tepat dari bahasa Ibrani tidak diketahui lagi, karena banyak orang Yahudi tidak lagi fasih dalam bahasa tersebut. Kelompok-kelompok Kaum Masoret di Babilon dan Israel mencetuskan simbol-simbol tertulis untuk ditempatkan di sekitar konsonan untuk menunjukkan aksen dan pengucapan yang tepat dari huruf-huruf hidup. Sedikitnya tiga sistem yang berbeda dikembangkan, tetapi sistem yang terbukti paling berpengaruh adalah dari Kaum Masoret di Tiberias, di Laut Galilea, tempat keluarga Ben Asyer berasal.

Sumber-sumber menyebutkan adanya lima generasi Masoret dari keluarga yang unik ini, diawali dengan Asyer yang tertua dari abad kedelapan M. Yang lainnya adalah Nehemia Ben Asyer, Asyer Ben Nehemia. Pria-pria ini berada di barisan depan dari orang-orang yang menyempurnakan simbol-simbol tertulis yang dengan tepat akan menyatakan apa yang mereka mengerti sebagai pengucapan yang benar dari teks Alkitab Ibrani. Untuk mengembangkan simbol-simbol ini, mereka harus menentukan dasar dari sistem tata bahasa Ibrani. Sistem peraturan yang pasti untuk tata bahasa Ibrani tidak pernah dicatat. Karena itu, dapat dikatakan bahwa Kaum Masoret ini termasuk di antara orang-orang pertama yang menjadi para pakar tata bahasa Ibrani.

Daya Ingat Luar Biasa Dituntut

Minat utama kaum Masoret adalah menyampaikan secara akurat tiap kata, bahkan tiap huruf yang ada dalam teks Alkitab. Untuk memastikan keakuratan, kaum Masoret menggunakan margin samping dari tiap halaman untuk mencatat informasi yang akan menunjukkan perubahan apa pun yang mungkin dibuat atas teks, entah dibuat secara tidak disengaja atau disengaja oleh para penyalin sebelumnya. Dalam catatan margin ini, kaum Masoret juga mencatat bentuk-bentuk dan kombinasi kata yang tidak lazim, dengan menandai berapa sering hal ini muncul dalam sebuah buku atau dalam seluruh Kitab Ibrani. Komentar-komentar ini dicatat dengan suatu kode yang sangat singkat karena ruang terbatas. Sebagai alat pengecekan silang tambahan, mereka menandai kata dan huruf yang ada di tengah dalam buku-buku tertentu. Mereka berbuat sampai sejauh menghitung setiap huruf dalam Alkitab untuk memastikan penyalinan yang akurat.

Di margin atas dan bawah halaman, kaum Masoret mencatat komentar-komentar yang lebih ekstensif untuk beberapa catatan yang singkat dalam margin samping.* Ini berguna untuk pemeriksaan silang karya mereka. Karena ayat-ayat pada waktu itu tidak bernomor dan tidak ada konkordansi Alkitab, bagaimana kaum Masoret mengacu ke bagian-bagian lain dari Alkitab untuk melakukan pemeriksaan silang ini? Di margin atas dan bawah, mereka membuat daftar dari abgian suatu ayat paralel untuk mengingatkan mereka di mana lagi kata atau kata-kata yang ditunjuk itu mincul di dalam Alkitab. Karena keterbatasan ruang, sering kali mereka menulis hanya satu kata kunci untuk mengingatkan mereka akan tiap ayat yang paralel. Agar catatan margin ini berguna, para penyalin ini benar-benar harus mengingat seluruh Alkitab di luar kepala.

Daftar yang terlalu panjang untuk margin-margin dipindahkan ke bagian lain dari manuskrip.

Kepercayaan Kaum Masoret

Selama zaman kemajuan kaum Masoret ini, Yudaisme terlibat dalam pertempuran ideologi yang sudah berurat-berakar. Sejak abad pertama Masehi, kekuasaan Yudaisme para rabi makin besar. Dengan ditulisnya Talmud dan interpretasi para rabi, teks Alkitab menjadi nomor dua setelah interpretasi hukum lisan dari para rabi. Karena itu, pentingnya mempertahankan teks Alkitab dengan hati-hati dapat menjadi luntur.

Pada abad kedelapan, suatu kelompok yang dikenal sebagai orang-orang Kara menentang haluan ini. Untuk menekankan pentingnya pelajaran Alkitab pribadi, mereka menolak wewenang dan interpretasi para rabi dan Talmud. Mereka menerima ayat Alkitab saja sebagai wewenang mereka. Hal ini meningkatkan perlunya penyampaian teks itu secara akurat, maka penelitian Masoret mendapat dorongan yang diperbarui. M. H. Goshen-Gottstein, seorang pakar dalam manuskrip-manuskrip Alkitab Ibrani, menyatakan, "Kaum Masoret yakin . . . bahwa mereka memelihara tradisi purba, dan bagi mereka mengacaukan hal itu dengan sengaja adalah suatu kejahatan yang paling buruk".

Kaum Masoret menganggap penyalinan Alkitab yang tepat sebagai suatu tugas yang suci. Meskipun mereka secara pribadi mungkin sangat dimotivasi oleh pertimbangan keagamaan lain, tampaknya karya Masoret itu sendiri tidak dipengaruhi oleh masalah-masalah ideologi. Catatan margin yang sangat padat tidak memberikan banyak kesempatan untuk perdebatan teologis. Ayat Alkitab itu sendiri merupakan minat utama dalam kehidupan mereka; mereka tidak akan merusaknya.

Memperoleh Manfaat Karya Mereka

Meskipun bangsa Israel bukan lagi umat pilihan Allah, para penyalin Yahudi ini berdedikasi penuh untuk memelihara Firman Allah dengan akurat. (Matius 21:42-44; 23:37, 38) Prestasi keluarga Ben Asyer dan orang-orang Masoret lain dengan tepat diringkaskan oleh Robert Gordis, yang menulis, "Para pekerja yang rendah hati namun gigih tersebut . . . secara tidak menonjolkan diri melakukan tugas mereka yangberat untuk menjaga Teks Alkitab agar tidak hilang dan menyimpang". (The Biblical Text in the Making) Sebagai hasilnya, pada waktu para Reformis abad ke-16 seperti Luther dan Tyndale menentang wewenang Gereja dan mulai menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa-bahasa yang umum agar dapat dibaca semua orang, mereka memiliki teks Ibrani yang dipelihara dengan baik untuk digunakan sebagai dasar bagi karya mereka.

Karya Kaum Masoret tetap bermanfaat bagi kita dewasa ini. Teks-teks Ibrani mereka menjadi dasar untuk Kitab-Kitab Ibrani dari Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru. Terjemahan ini terus diterjemahkan ke dalam banyak bahasa dengan semangat pengabdian yang sama dan minat untuk keakuratan yang diperlihatkan oleh kaum Masoret pada zaman purba.

Referensi

  • ^ Menara Pengawal 15 September 1995, h. 26-9, Watchtower Bible and Tract Society of New York, Inc.