Anatomi burung
Anatomi burung atau struktur fisik tubuh burung memperlihatkan banyak adaptasi, yang kebanyakan bertujuan untuk menunjang kemampuan terbang. Burung memiliki sistem kerangka yang ringan dan otot yang ringan tapi kuat, dengan sistem kardiovaskular dan sistem pernapasan yang mampu dalam tingkat metabolisme yang tinggi serta asupan oksigen yang memungkinkan burung untuk terbang. Perkembangan paruh telah membawa evolusi pada sistem pencernaan. Kekhususan anatomi tersebut telah menempatkan burung dalam klasifikasi ilmiah mereka dalam filum vertebrata.
Sistem kerangka
Kerangka burung sangat beradaptasi untuk terbang. Kerangka tersebut sangat ringan, namun cukup kuat untuk menahan tekanan pada saat lepas landas, terbang dan mendarat. Salah satu kunci adaptasi yakni tergabungnya tulang dalam osifikasi tunggal. Hal ini membuat burung memiliki jumlah tulang yang sedikit dibanding vertebrata lain yang hidup di darat. Burung juga tidak memiliki gigi bahkan rahang, namun memiliki paruh yang lebih ringan. Paruh pada anak burung memiliki "gigi telur" yang digunakan untuk membantu keluar dari cangkang telur.
Burung memiliki banyak tulang yang berongga yang saling bersilang untuk menambah kekuatan struktur tulang. Jumlah tulang berongga bervariasi antar spesies, meskipun burung yang terbang dengan melayang atau melambung cenderung memiliki tulang berongga yang lebih banyak. Kantung udara dalam sistem pernapasan sering membentuk kantung-kantung udara dalam tulang semi berongga pada kerangka burung.[1] Beberapa burung yang tidak mampu terbang seperti penguin atau burung unta hanya memiliki tulang yang padat, hal ini membuktikan hubungan antara kemampuan terbang burung dengan adaptasi pada sistem rongga pada tulang.
Burung juga memiliki tulang leher yang lebih banyak dibanding binatang lainnya. Kebanyakan memiliki tulang leher yang sangat fleksibel yang terdiri dari 13 - 25 tulang. Burung merupakan satu-satunya binatang vertebrata yang memiliki tulang selangka yang menyatu (furcula atau tulang dada). Hal ini berfungsi sebagai penopang otot pada saat terbang, atau serupa pada penguin untuk menopang otot pada saat berenang. Adaptasi ini tidak dimiliki oleh burung yang tidak bisa terbang seperti burung unta. Menurut catatan, burung perenang memiliki tulang dada yang lebar, burung yang berjalan memiliki tulang dada yang panjang atau tinggi, sementara burung yang terbang memiliki tulang dada yang panjang dan tingginya mendekati sama.[2]
Burung memiliki bengkokan tulang rusuk yang merupakan perpanjangan tulang yang membengkok yang berfungsi untuk menguatkan tulang rusuk dengan saling bertumpang tindih.
Tengkorak burung terdiri dari lima tulang utama: frontal (atas kepala), parietal (belakang kepala), premaksilari dan hidung (paruh atas), dan mandibula (paruh bawah). Tengkorak burung normal biasanya beratnya sekitar 1% dari berat badan keseluruhan burung. Mata burung menempati sebagian besar tengkorak dan dikelilingi oleh cincin mata-sklerotik, cincin tulang kecil yang mengelilingi mata.
Sistem tulang belakang dapat dibagi menjadi tiga bagian: cervical (11-25) (leher), Synsacrum (menyatu pada tulang punggung, juga menyatu pada pinggul), dan pygostyle (ekor).
Dada terdiri dari furcula (tulang garpu) dan coracoid (tulang leher), dimana dua tulang, bersama-sama dengan tulang belikat membentuk pectoral korset. Sisi dada dibentuk oleh tulang rusuk, yang bertemu di tulang dada.
Bahu terdiri dari skapula (tulang belikat), coracoid (tulang leher), dan humerus (lengan atas). Lengan atas bergabung dengan tulang pengumpil dan ulna (lengan) untuk membentuk siku. Tulang-tulang karpus dan metakarpus membentuk "pergelangan tangan" dan "tangan" dari burung, dan jari-jari yang digabungkan bersama. Tulang-tulang di sayap sangat ringan sehingga burung bisa terbang lebih mudah.
Pinggul terdiri dari panggul yang meliputi tiga tulang utama: Illium (atas pinggul), iskium (sisi pinggul), dan pubis (depan pinggul). Ketiga tulang ini menyatu menjadi satu (tulang innominate). Tulang innominate merupakan evolusi yang signifikan yang memungkinkan burung untuk bertelur. Mereka bertemu di acetabulum (soket pinggul) dan mengartikulasikan dengan tulang paha, yang merupakan tulang pertama dari kaki belakang.
Kaki bagian atas terdiri dari tulang paha. Pada sendi lutut, tulang paha menghubungkan ke tibiotarsus (tulang kering) dan fibula (sisi tungkai bawah). Tarsometatarsus membentuk bagian atas kaki, serta jari yang membentuk kaki. Tulang kaki burung merupakan tulang yang paling berat, berkontribusi pada rendahnya titik berat burung. Hal ini membantu dalam penerbangan. Sebuah kerangka burung terdiri dari hanya sekitar 5% dari total berat badan burung.
Kaki burung
Kaki burung diklasifikasikan menjadi anisodactyl, zygodactyl, heterodactyl, syndactyl atau pamprodactyl.[3] Anisodactyl merupakan bentuk kaki burung yang paling umum, dengan tiga jari di depan dan satu di belakang. Bentuk seperti ini banyak ditemui di burung penyanyi, burung pengicau, elang, rajawali, dan falkon.
Beberapa burung memiliki bentuk kaki syndactyl yakni bentuk kaki yang menyerupai anisodactyl namun jari ke tiga dan ke empat atau ketiga jari depan menyatu seperti yang terdapat pada burung raja udang. Jenis kaki ini merupakan karakteristik burung dari ordo Coraciiformes.
Zygodactyl (dari bahasa Yunani ζυγον, kuk) adalah bentuk kaki burung, dengan dua jari kaki menghadap ke depan (jari 2 dan 3) dan dua jari menghadap ke belakang (jari 1 dan 4). Pengaturan ini paling sering terjadi pada spesies arboreal, terutama spesies yang naik batang pohon atau memanjat melalui dedaunan. Bentuk kaki zygodactyl dapat dijumpai pada burung bayan, burung pelatuk dan beberapa burung hantu. Dari hasil penelusuran, zygodactyl telah ditemukan dari peride 120 - 110 juta tahun yang lalu (awal jaman kapur), 50 juta tahun sebelum fosil zygodactyl pertama kali diidentifikasikan.[4]
Heterodactyl menyerupai zygodactyl, yang membedakan hanya pada heterodactyl jari 3 dan 4 menghadap ke depan sedang jari 1 dan 2 menghadap ke belakang. Bentuk kaki seperti ini hanya ditemukan pada trogon, sedangkan pamprodactyl adalah susunan jari kaki dimana keempat jari dapat menghadap ke depan, atau burung dapat memutar kedua jari belakang. Bentuk kaki seperti ini merupakan karakteristik dari burung walet.
Sistem otot
Kebanyakan burung memiliki sekitar 175 otot yang berbeda, yang sebagian besar mengontrol sayap, kulit dan kaki. Otot terbesar dari seekor burung adalah otot pektoralis atau otot dada yang mengatur gerakan sayap dan burung penerbang, berat otot ini sekitar 15 - 25% dari berat tubuhnya. Otot ini memberikan kepakan sayap yang kuat untuk terbang.
Otot medialis (bawah) sampai pectorals adalah supracoracoideus. Otot ini mengangkat sayap pada saat burung mengepakkan sayap. Kedua otot supracoracoideus dan pectorals ini memiliki berat sekitar 25 - 35% dari keseluruhan berat badan burung.
Otot-otot kulit membantu burung pada saat terbang dengan menyesuaikan arah bulu yang melekat pada otot kulit dan membantu burung saat melakukan manuver penerbangan.
Bagian tubuh dan ekor hanya memiliki beberapa otot, tetapi otot-otot tersebut sangat kuat dan sangat penting bagi burung. Pygostyle mengontrol semua gerakan di bagian ekor dan mengontrol bulu di bagian ekor. Hal ini menjadikan ekor memiliki permukaan yang lebih besar yang membantu menjaga burung di udara.
Sistem integumen
Sisik
Sisik burung terdiri dari keratin yang sama seperti yang terdapat pada paruh, cakar, dan taji. Sisik-sisik ini ditemukan terutama pada jari kaki dan metatarsus, namun pada beberapa burung dapat ditemukan juga di pergelangan kaki. Kebanyakan sisik burung tidak terlalu tumpang tindih, kecuali pada burung raja udang dan burung pelatuk. Sisik burung dianggap homolog dengan sisik pada reptil dan mamalia.[5]
Pada tahap janin, kulit burung mulai berkembang dalam kondisi mulus. Di kaki, stratum, atau lapisan terluar, kulit ini dapat terkeratin, menebal dan sisik mulai terbentuk. Sisik-sisik ini dapat digolongkan dalam;
- Cancella – sisik yang hanya berupa penebalan serta pengerasan dari kulit, saling bersilang dengan alur yang dangkal.
- Reticula – kecil tapi berbeda, terpisah, berbentuk sisik. Ditemukan pada permukaan lateral dan medial metatarsus ayam. Sisik ini terbuat dari alpha-keratin.[6]
Referensi
- ^ Ritchison, Gary. "Ornithology (Bio 554/754):Bird Respiratory System". Eastern Kentucky University. Diakses tanggal 2007-06-27.
- ^ Ayhan Duezler, Ozcan Ozgel, Nejdet Dursun (2006) Morphometric Analysis of the Sternum in Avian Species. Turk. J. Vet. Anim. Sci. 30:311-314
- ^ Proctor, N. S. & Lynch, P. J. (1998) Manual of Ornithology: Avian Structure & Function. Yale University Press. ISBN 0300076193
- ^ "Earliest zygodactyl bird feet: evidence from Early Cretaceous roadrunner-like tracks". Naturwissenschaften. 2007.
- ^ Lucas, Alfred M. (1972). Avian Anatomy - integument. East Lansing, Michigan, USA: USDA Avian Anatomy Project, Michigan State University. hlm. 67, 344, 394–601.
- ^ Peter R. Stettenheim (2000) The Integumentary Morphology of Modern Birds—An Overview. American Zoologist 2000 40(4):461-477; DOI:10.1093/icb/40.4.461
- Peter Grant & Killian Mullarny The New Approach to Identification, in Birding World, Vols. 1&2 ISSN 0969-6024
Pranala luar
- (Inggris) Bird skulls and skeletons
- (Inggris) The avian respiratory system