Lompat ke isi

Pepaya gunung

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 12 Januari 2013 11.53 oleh Xqbot (bicara | kontrib) (r2.7.3) (bot Menambah: jv:Carica)
Pepaya gunung
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
V. cundinamarcensis
Nama binomial
Vasconcellea cundinamarcensis

Pepaya gunung atau karika (sering ditulis carica, Vasconcellea cundinamarcensis, syn. Carica pubescens [1], Carica quercifolia, Carica goudotiana [2] [3], dan Cariaca candamarcensis [2] [3]) adalah kerabat pepaya yang menyukai keadaan dataran tinggi basah, 1.500-3.000 m di atas permukaan laut. Di wilayah Wonosobo tanaman ini biasa disebut Carica, dan di Bali tanaman ini disebut Gedang Memedi [3]. Daerah asalnya adalah dataran tinggi Andes, Amerika Selatan.

Tanaman pepaya gunung merupakan pohon kecil atau perdu yang tidak berkayu, mirip dengan pepaya biasa (Carica papaya L.) tetapi mempunyai cabang yang lebih banyak dan ukuran semua bagian tanaman lebih kecil [3]. Tinggi rata-rata adalah 1-2 meter, bunga jantan memiliki tangkai yang panjang hingga 15 cm dan bunga betina berukuran lebih besar dengan tangkai yang keras dan pendek [2].

Buah pepaya gunung berbentuk bulat telur dengan ukuran panjang 6-10 cm dan diameter 3-4 cm [2]. Buah matang berbentuk telur sungsang dengan ukuran 6-15 cm x 3-8 cm, dagingnya keras, berwarna kuning-jingga, rasanya agak asam tetapi harum, di sekeliling rongganya terdapat banyak sekali biji yang terbungkus oleh sarkotesta yang putih dan berair [3]. Buah yang belum matang memiliki kulit yang berwarna hijau gelap dan akan berubah menjadi kuning setelah matang. Biji buah berwarna hitam dengan jumlah yang banyak dan padat [2]. Buahnya mengandung getah, dan getah ini akan semakin berkurang dengan semakin mendekati kematangan. Getah ini mengandung papain yang bersifat proteolitik[4].

Pepaya gunung merupakan sumber kalsium, gula, vitamin A dan C [2]. Pepaya gunung mengandung banyak minyak atsiri dan merupakan turunan dari asam lemak. Kebanyakan merupakan senyawa 3-hidroksiester, yang juga ditemukan pada beberapa tanaman tropika lainnya seperti nanas, mangga, gooseberry, tamarillo, dan sawo. [5].

Pepaya gunung diintroduksi ke Indonesia pada masa menjelang Perang Dunia II oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda, dan berhasil dikembangkan di Dataran Tinggi Dieng. Sekarang "carica" menjadi salah satu buah tangan khas dari daerah itu.

Buah ini dapat dijadikan sirup, jus, manisan, dan selai. Buah ini cocok dimakan oleh orang yang memiliki perut lemah terhadap buah-buahan karena mempunyai sifat memperbaiki pencernaan [2]. Daging buahnya juga dapat dimakan segar. Di Jawa, buah ini dijual kepada wisatawan, digunakan untuk konsumsi setempat, dan dikalengkan. Di Amerika Selatan, buah ini dijadikan minuman ringan non alkohol dan dijadikan selai [3]. Buah yang masih muda biasanya dikeringkan untuk dijadikan serbuk bahan pembuatan obat penyakit kulit atau kosmetik. Daunnya dapat digunakan sebagai pelunak daging karena mengandung zat papain. Selain itu, zat papain digunakan dalam berbagai industri makanan dan farmasi. Di daerah Dieng buah pepaya gunung masuh merupakan konsumsi lokal dan dibuat minuman awetan dalam kaleng namun masih dalam jumlah terbatas.

Tanaman pepaya gunung lebih tahan terhadap udara dingin dan virus yang biasa menyerang pepaya biasa [3][2].

Jenis ini dipakai sebagai tetua bagi jenis buah hibrida "Babaco", sejenis pepaya yang populer di Amerika Selatan.

Referensi

  1. ^ "Neglected Crops: 1492 from a Different Perspective. Plant Production and Protection Series No. 26" (html) (Siaran pers) (dalam bahasa Bahasa Inggris). FAO. 1994. Diakses tanggal 27 Agustus 2007. 
  2. ^ a b c d e f g h Hidayat, S. 2001. Prospek Pepaya Gunung (Carica Pubescens) dari Sikunang, Pegunungan Dieng, Wonosobo. Prosiding Seminar Sehari: Menggali Potensi dan Meningkatkan Prospek Tanaman Hortikultura Menuju Ketahanan Pangan. Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor-LIPI, Bogor.
  3. ^ a b c d e f g Verhey, E. W. M. dan R. E. Coronel. 1997. Prosea Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang Dapat Dimakan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
  4. ^ Hendro, S. 2005. Seri Agribisnis: Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya, Jakarta.
  5. ^ Krajewski, D. et al. 1997. Aliphatic β-D-Glucosides from Fruits of Carica pubescens. Phytochemistry Vol 45, No 8.

Rujukan